Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DESAIN PROTOTYPE STRIP TEST SKRINING ALKALOID Purnama Fajri; Ruth Elenora Kristanty
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 2 No. 4: September 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metode skrining fitokimia biasanya dilakukan melalui reaksi warna setelah proses ekstraksi atau menggunakan kromatografi lapis tipis. Metode ini relatif lama sehingga kurang efektif. Berdasarkan hal ini, tim peneliti ingin mengembangkan alat peraga yang praktis untuk mendukung pembelajaran praktikum yakni dengan menggunakan strip indikator atau strip tes. Metode penelitian ini bersifat eksperimental. Proses analisa dilakukan dalam skala laboratorium dan sederhana. Desain strip tes itu sendiri terdiri dari 3 bagian utama yaitu membran, reagen, dan detektor. Membran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kertas saring Whatman® karena bahan yang ekonomis dan mudah didapat. Reagen yang digunakan yaitu reagen asam fosfomolibdat dan Bouchardad. Sedangkan detektor pada strip tes yaitu berupa perubahan warna pada kertas. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk test strip buatan sendiri yang dapat menapis kandungan metabolit sekunder dalam simplisia dengan cepat dan praktis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua prototipe strip tes uji warna berbasis kertas yang mengandung reagen asam fosfomolibdat dan Bouchardad mampu mendeteksi larutan baku alkaloid dan adanya golongan senyawa alkaloid dalam sampel simplisia berdasarkan perubahan warna. Life time strip tes dengan reagen Bouchardad diperoleh hasil yang lebih lama dibandingkan asam fosfomolibdat, yaitu hingga 30 hari. Hal ini diduga karena reagen terabsorbsi dengan baik dalam kertas saring dan terbentuk senyawa kompleks yang lebih stabil.
PEMBERDAYAAN KADER PKK MELALUI PELATIHAN PENGELOLAAN TEPUNG GANYONG GARUT dan UBI UNGU SEBAGAI KETAHANAN PANGAN YANG SEHAT Wardiyah Wardiyah; Adin Hakim Kurniawan; Harpolia Cartika; Junaedi Junaedi; Purnama Fajri; Mochammad Rahmat
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 1 (2023): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i1.12001

Abstract

Abstrak: Keterampilan mengelola tepung dari bahan ubi ungu, ganyong dan garut sebagai sumber pangan belum banyak diketahui oleh kader PKK, yang mengakibatkan pemanfaatan umbi-umbian tersebut kurang dimanfaatkan masyarakat kelurahan Johar Baru. Konsumsi beras berlebih dapat menyebabkan risiko diabetes mellitus karena mengandung karbohidrat yang tinggi namun rendah serat. Dalam meningkatkan ketahanan pangan yang sehat diperlukan softskill melalui workshop dan training ibu kader PKK Kelurahan Johar Baru pada pengelolaan tepung ubi ungu ganyong dan garut. Metode yang digunakan pada program ini menggunakan presentasi, training dan demo. Mitra kegiatan ini berjumlah 25 orang kader PKK wilayah Kelurahan Johar Baru. Kegiatan pelatihan ini menghasilkan peningkatan keterampilan kader PKK sebesar 90,62%. Kesimpulan pemberdayaan masyarakat ini berdampak pada minat peserta dalam mengikuti pelatihan pengelolaan tepung.Abstract: The level of consumption of non-rice food sources is lower than that of rice. The commodities of purple yam flour, canna and arrowroot are underutilized by Indonesian people, who consider rice the primary source of carbohydrates. Excessive rice consumption can lead to the risk of diabetes mellitus because it contains high carbohydrates but low fibre. To improve healthy food, soft skills need through workshops and training for PKK cadres in Johar Baru Village on managing canna and arrowroot as alternative staples to maintain nutritional food security among families. With the presentation method, training and demonstration of flour making for PKK cadres with the aim of cadres having new knowledge to manage flour from purple yam, canna and arrowroot. This activity was implemented by 25 PKK cadres in the Johar Baru area. After participating in community service activities, the result was that PKK cadres better understood the management of making flour showed that 90,62%.Â