Jati Saputra Nuriansyah
Universitas Negeri Malang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERKEMBANGAN BUDAYA INDIS PADA BIDANG ARSITEKTUR DI MALANG RAYA TAHUN 1900-1942 Jati Saputra Nuriansyah
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (719.485 KB) | DOI: 10.17977/um081v1i12021p52-63

Abstract

In this article, we discuss the development of Indis culture in Malang Raya which influences the culture of society, especially in the field of architecture. The writing of this article was motivated by the existence of buildings that were influenced by Indis culture in Malang Raya in 1900-1942. The purposes of this article are 1) To know the history of Indis culture and its development; 2) To know Malang Raya as the new city of the Dutch East Indies; 3) To determine the cross between Indies and Javanese cultures in Malang Raya.Dalam artikel ini memuat tentang perkembangan budaya Indis di Malang Raya yang berpengaruh pada kebudayaan masyarakat, khususnya pada bidang arsitektur. Penulisan artikel ini dilatarbelakangi oleh adanya bangunan-bangunan yang mendapat pengaruh dari budaya Indis di Malang Raya pada tahun 1900-1942. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini yaitu 1) Untuk mengetahui sejarah budaya Indis dan perkembangannya; 2) Untuk mengetahui Malang Raya sebagai perkotaan baru Hindia Belanda; 3) Untuk mengetahui persilangan budaya Indis dan Jawa di Malang Raya.
Dari Besuki ke Bondowoso: Perkembangan kawasan frontier terakhir di Jawa 1800-1930 Jati Saputra Nuriansyah; Intan Aninditya; Moh. Yopi Putra Ramadhani; Hastrida Firdaus Iva; Rizqy Syahrul Romadhon
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 4 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.52 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i42022p472-486

Abstract

This article describes the development of the Besuki residency as the last frontier area on the island of Java for the period 1800-1930. This writing is motivated by the development of government and the socio-economic life of the people in the Besuki Residency area. The methods used in this study include heuristics, verification, interpretation, and historiography. The purposes of writing this article are 1) To find out the development of government in Besuki Residency; 2) To describe the economic development in Besuki Residency; and 3) To describe the social conditions of the Besuki Residency community.Dalam artikel ini memuat tentang perkembangan Karesidenan Besuki sebagai wilayah frontier terakhir di Pulau Jawa periode 1800-1930. Penulisan ini dilatar belakangi oleh perkembangan pemerintahan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Karesidenan Besuki. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini yaitu 1) Untuk mengetahui perkembangan pemerintahan di Karesidenan Besuki; 2) Untuk mendeskripsikan perkembangan ekonomi di Karesidenan Besuki; dan 3) Untuk menjabarkan keadaan sosial masyarakat Karesidenan Besuki.
MENGGAUNGKAN WISATA PEDESAAN MELALUI KULINER YELLOW CHIPS PUMPKIN (YECHIPUM) KHAS DESA PADUSAN, MOJOKERTO Ronal Ridhoi; Rosyida Oktaviani; Jati Saputra Nuriansyah; Dhika Maha Putri
Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial (JPDS) Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um032v6i1p18-26

Abstract

ECHOING RURAL TOURISM THROUGH CULINARY YELLOW CHIPS PUMPKIN (YECHIPUM) TYPICAL OF PADUSAN VILLAGE, MOJOKERTOPumpkin can be used as a basic ingredient for making typical village culinary in the form of cookies. However, pumpkin has not been used optimally by rural communities as a traditional regional culinary product, in this case, Padusan Village, Mojokerto Regency. This paper aims to: (1) provide education on the potential utilization of pumpkin as the main raw material for Padusan special culinary; (2) developing an innovative micro business at Padusan Village; (3) provide information on how unique and attractive branding is. By using the training method, this paper tries to help and assist the residents of Padusan Village to take advantage of the opportunity to create a culinary industry made from pumpkin. In this study, pumpkin is processed into dry cookies called Yechipum, an acronym for Yellow Chips Pumpkin. After conducting training and practice with culinary practitioners, it can be concluded that Yechipum can be a typical souvenir of Padusan Village as a culinary support for rural tourism. In addition, the branding that has been made also has a novelty that can produce HKI for Padusan Village and also State University of Malang.Labu kuning dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kuliner khas desa dalam bentuk cookies. Meski demikian, labu kuning belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat pedesaan sebagai produk kuliner tradisional khas daerah, dalam hal ini yaitu Desa Padusan Kabupaten Mojokerto. Tulisan ini bertujuan untuk: (1) memberikan edukasi pemanfaatan potensi labu kuning sebagai bahan baku utama kuliner khas Padusan; (2) mengembangkan bibit-bibit UMKM baru di Desa Padusan yang inovatif; (3) memberikan informasi bagaimana branding yang unik dan menarik. Dengan menggunakan metode pelatihan, tulisan ini berusaha membantu dan mendampingi warga Desa Padusan memanfaatkan peluang untuk membuat industri kuliner berbahan dasar labu kuning. Dalam kajian ini, labu kuning diproses menjadi cookies kering yang diberi nama Yechipum, akronim dari Yellow Chips Pumpkin. Setelah melakukan pelatihan dan praktik bersama praktisi kuliner, dapat disimpulkan bahwa Yechipum bisa menjadi oleh-oleh khas Desa Padusan sebagai kuliner penunjang wisata pedesaan. Selain itu, branding yang telah dibuat juga mempunyai novelty yang dapat menghasilkan HKI untuk Desa Padusan dan Universitas Negeri Malang.
Politik etis dan priayi baru: mobilitas masyarakat di Pulau Jawa 1900-1942 Jati Saputra Nuriansyah; Ahmad S. Paramasatya; Reo Rafienza
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 3, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um081v3i32023p313-325

Abstract

This writing is motivated by the ethical political policy enacted by the Dutch Colonial government in Java.  The methods used in this research include topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography. The result of the discussion of this article is that the new priayi in Java was caused by ethical politics implemented by the Dutch, allowing people to mobilize social status. Social status mobility through education became commonplace for ordinary people and its existence threatened the lives of the pangreh praja or old priayi. The objectives of writing this article are 1) To describe the classification of the population on the island of Java; 2) To know the government and ethical politics in Java; and 3) To describe the emergence of new priayi in Java.Penulisan ini dilatarbelakangi oleh kebijakan politik etis yang diberlakukan oleh pemerintah Kolonial Belanda di Pulau Jawa.  Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  meliputi  pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari pembahasan artikel ini yaitu priayi baru di Jawa diakibatkan oleh politik etis yang diterapkan oleh Belanda sehingga memungkinkan masyarakat untuk bermobilisasi status sosial. Mobilitas status sosial melalui jalur pendidikan menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat biasa dan keberadaannya mengancam kehidupan para pangreh praja atau priayi  Adapun tujuan dari penulisan artikel ini yaitu 1) Untuk mendeskripsikan klasifikasi penduduk di Pulau Jawa; 2) Untuk mengetahui pemerintahan dan politik etis di Jawa; dan 3) Untuk menjabarkan kemunculan priayi baru di Pulau Jawa.