Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Konsep Taubat dalam Al Qur'an Surur, Miftahus
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol 8 No 2 (2018): Agustus
Publisher : Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v8i2.3012

Abstract

Manusia, yang merupakan perpaduan dari dua unsur utama (nafsu dan akal), tidak mungkin bisa luput dari kesalahan sepanjang hidupnya. Allah SWT, dengan rahmat-Nya, memberikan jalan keluar bagi manusia saat terlanjur melakukan suatu kesalahan, yaitu taubat, agar bisa kembali ke jalan yang benar. Perintah bertaubat disebutkan berkali-kali oleh al-Qur’an, sebagian berbentuk komunikasi langsung, sebagian lagi berbentuk narasi (cerita). Beberapa ayat menjelaskan tentang taubat yang diterima oleh Allah SWT. dan sebagian yang lain menegaskan taubat yang tidak diterima. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan taubat. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman yang utuh tentang konsep taubat perspektif al-Qur’an. Penelitian ini dilakukan dengan metode induktif, yaitu mengamati semua ayat-ayat tentang taubat dari berbagai macam literatur tafsir – untuk mendapatkan kesimpulan umum yang komprehensif. Hasilnya adalah bahwa – berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an – taubat tersusun dari empat unsur penting, yaitu penyesalan, segera menghentikan maksiat, memohon ampunan, dan tekad kuat untuk tidak mengulangi lagi di masa depan. Dari ayat-ayat yang lain penulis berhasil menyaring dua syarat taubat, yaitu taubat harus segera dilakukan dalam waktu dekat dalam arti yang sebenar-benarnya (tidak boleh ditunda-tunda) dan harus disertai meningkatkan amal-amal saleh.
Teori Produksi Imam al-Ghazali & Ibnu Khaldun Perspektif Maqashid al-Syari’ah Miftahus Surur
Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam Vol 5 No 1 (2021)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.432 KB) | DOI: 10.35316/istidlal.v5i1.307

Abstract

Imam al Ghazali dan Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa teori produksi harus dilakukan oleh setiap manusia karena memproduksi merupakan kebutuhan dasar manusia pada umumnya yang menjadi ibadah. Demikianlah pandangan imam al Ghazali dan Ibn Khaldun terhadap teori produksi dan bagaimana Maqashid al shari'ah memandang teori produksi mengenai berbagai tingkat kebutuhan manusia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan tipe penelitian pustaka, dengan melakukan dokumentasi sebagai metode pengumpulan data dan mencari sumber data pendukung dalam penulisan ini. Dokumentasi dianalisis menggunakan metode analisis isi dan interpretasi sumber data yang diperoleh. Melalui metode ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pandangan imam al Ghazali dan Ibnu Khaldun tentang teori produksi sangat sesuai dengan konsep Maqashid al syari'at, dimana tujuan utama produksi adalah untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan untuk dijual kepada konsumen yang membutuhkan. itu dalam istilah al Rawaj atau al Tabadul dalam konsep Maqashid al shari'ah
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Peristiwa Isra Mikraj Perspektif Al Qur’an Dan Hadis Sahih Miftahus Surur
Ambarsa : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2 No. 2 (2022): Pendidikan Agama Islam dalam Era Merdeka Belajar
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Togo Ambarsari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telling story is one of the most effective learning methods. Stories are very interesting to listen and the lessons can deeply penetrate into the soul. Therefore, the Qur'an encourages Islamic people to take lessons from the stories of the previous people in the pass, as in Yusuf verse 111. Likewise, stories based on historical events of the Prophet Muhammad ﷺ, such as the story of Isra’ Mi’raj. The Isra’ Mi’raj event contains various lessons about good values ​​and good character that are very important for character education for Muslims. This study aims to describe the good values ​​of character education contained in the Isra’ Mi’raj event in a review of the Qur'an and Sahih Hadith. The type of research used in this study is library research with an interpretive approach and a historical research approach along with content analysis as the analysis technique. The data was obtained from the literature on the interpretation of the Qur'an and Sahih Hadith. This research is library research with an interpretive approach and a historical research approach along with content analysis as the analysis technique. The data is obtained from the literature on the interpretation of the Qur'an and Sahih Hadith. The Qur'an describes the events of Isra’ Mi’raj in outline, while the Hadith describes it in detail in the frame of a story according to the chronology of events experienced by the Prophet. Isra is the journey of Prophet Muhammad ﷺ from Masjid al Haram to Masjid al Aqṣa at night.
Penistaan Agama dalam Bingkai Kebhinekaan dan Persatuan Bangsa Perspektif al-Qur’an Miftahus Surur
Al-Manar: Jurnal Kajian Alquran dan Hadis Vol. 9 No. 1 (2023)
Publisher : UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/amn.v9i1.53

Abstract

لقد كان الاستهزاء بالدين ولمزه منذ بدء بعث الرسل و نزول الوحي. ومع ذلك عندما تتكرر حوادث الاستهزاء بالدين في المستقبل وان كان في شكل واحد فبدت المواجهة بين الطرفين اعني بين أولئك الذين يلمزون والذين يدافعون ضرورة لا مفر منها كما قد اعتبر كلام باسوكي تجهاجا بورناما الملقب بأهوك أنه قد استهزأ الاية 51 من سورة المائدة وأهانها. وبناءً على ذلك تهدف هذه الدراسة إلى وصف موقف القران في مواجهة المستهزئين بالدين التي حدثت خلال فترة الوحي في إطار الفروق في المدينة المنورة مع ضمان وحدة المجتمع. وقد تم إجراء هذا البحث باستخدام منهج دراسة المخطوطات ودراسة التفسير الموضوعي. وانتهت هذه الدراسة الى ان القران له ثلاثة مواقف في مواجهة المستهزئين بالدين. فالاول تهديدهم بالعقاب الشديد في الاخرة. والثاني تحريم جعل المستهزئين بالدين أولياء ومساعدين وأصدقاء يتولون امور المسلمين حتى لا يكون لديهم القوة السياسية للاستهزاء بالدين. والثالث منع المسلمين عن الجلوس معهم وأمرهم بالاعراض عنهم. فالموقف الاخر له ثلاث مقاصد (ا) منع المسلمين من إرضاء السوء والفحشاء (ب) منع حدوث العداوة بين المجتمع في المدينة المنورة (ج) تقوية تضامن الامة الاسلامية.