p-Index From 2020 - 2025
0.882
P-Index
This Author published in this journals
All Journal e-GIGI
Pritartha S. Anindita
Universitas Sam Ratulangi

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Dry Socket in Smokers after Odontectomy Christian F. Poluan; Pritartha S. Anindita; Christy N. Mintjelungan
e-GiGi Vol. 10 No. 2 (2022): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v10i2.39676

Abstract

Abstract: Dry socket is delayed healing of a socket resulted from extraction due to the release of blood clot leaving visible bone surface. There are several risk factors of dry socket such as dentistry skills, perioperative infection, gender, extraction site, use of oral contraceptives, smoking, use of local anesthetics with vasoconstrictors, and position of impacted third molars. The risk of dry socket in smokers is greater than in non-smokers. This study aimed to obtain the occurrence of dry socket in smokers after odontectomy. This was a literature review study using databases of Google Scholar, PubMed, and Clinical Key. The results obtained 10 articles that were relevant to the topic of discussion. The incidence of dry socket was higher in smokers than in non-smokers. The high incidence of dry socket in smokers was influenced by the ingredients contained in cigarettes, among others, nicotine, carbon monoxide, and hydrogen cyanide. Nicotine affected the rate of epithelialization and blood flow, carbon monoxide caused a decrease in oxygen levels, and hydrogen cyanide could damage the metabolism of cellular respiration. These were related to the phase of wound healing at the stage of inflammation and epithelialization of fibroplasia. In conclusion, the incidence of dry socket after odontectomy is more common in smokers than in non-smokers.Keywords: dry socket; smoking; odontectomy Abstrak: Dry socket merupakan keadaan penyembuhan soket bekas pencabutan yang tertunda karena lepasnya bekuan darah sehingga permukaan tulang terlihat. Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya dry socket seperti keterampilan dokter gigi, infeksi perioperatif, jenis kelamin, lokasi pen-cabutan, penggunaan oral kontrasepsi, merokok, penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor, dan posisi gigi molar ketiga yang mengalami impaksi. Risiko terjadinya dry socket pada perokok lebih besar dibandingkan bukan perokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian dry socket pada perokok pasca tindakan odontektomi. Jenis penelitian berupa literature review menggunakan database Google Scholar, PubMed, dan Clinical Key. Hasil penelitian mendapatkan 10 artikel yang relevan dengan topik bahasan.  Kejadian dry socket lebih sering terjadi pada perokok dibandingkan non perokok. Tingginya kejadian dry socket pada perokok dipengaruhi oleh kandung-an rokok antara lain, nikotin, karbon monoksida, dan hidrogen sianida. Nikotin berpengaruh terha-dap penurunan laju epitelisasi dan aliran darah, karbon monoksida menyebabkan penurunan kadar oksigen, dan hidorgen sianida dapat merusak metabolisme respirasi seluler. Bahan-bahan ini berkaitan dengan fase penyembuhan luka pada tahap inflamasi dan epitelisasi fibroplasia. Simpulan penelitian ini ialah kejadian dry socket pasca tindakan odontektomi lebih tinggi pada perokok dibandingkan non perokokKata kunci: dry socket; merokok; odontektomi
Perilaku Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut pada Pengguna Ortodontik Cekat di Madrasah Aliyah Negeri I Manado Najwa F. Modjo; Pritartha S. Anindita; Christy N. Mintjelungan
e-GiGi Vol. 12 No. 1 (2024): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v12i1.47932

Abstract

Abstract: All groups, including teenagers use fixed orthodontic treatment worldwide, but they often often unaware of the risks and impacts of using orthodontic appliances. Fixed orthodontic appliance components attached to the tooth surface will make the user susceptible to oral hygiene problems. This study aimed to obtain the oral hygiene behavior of students of Madrasah Aliyah Negeri 1 Manado undergoing orthodontic treatment. This was a descriptive study using a cross-sectional approach. Samples were 36 students in grades 10-12 obtained by using total sampling technique. The results showed that most students in this study brushed their teeth using conventional toothbrushes twice a day with fluoride toothpaste and habitually consumed fiber rich food. However, daily use of supports such as interdental brush, dental floss and mouthwash was still very low. Many students still used toothpicks although not every day and the habit of brushing teeth in front of the mirror was still lacking. In conclusion, dental and oral hygiene behavior of fixed orthodontic wearers at Madrasah Aliyah Manado is not optimal and still need to be improved. Keywords: orthodontic treatment; fixed orthodontic appliance; oral hygiene behavior   Abstrak: Perawatan ortodontik cekat ramai digunakan oleh segala kalangan termasuk remaja walaupun sering kali tidak menyadari risiko dan dampak dari penggunaan alat ortodontik. Komponen-komponen alat ortodontik cekat yang terpasang pada permukaan gigi akan membuat penggunanya rentan mengalami masalah kebersihan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pada pengguna ortodontik cekat di Madrasah Aliyah Negeri I (MAN 1) Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel penelitian berjumlah 36 siswa kelas 10-12 pengguna ortodontik yang diambil menggunakan total sampling. Hasil penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar siswa pengguna ortodontik cekat MAN 1 Manado menyikat gigi menggunakan sikat gigi konvensional dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride dan memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan berserat setiap hari, namun penggunaan sehari-hari penunjang seperti interdental brush, dental floss dan obat kumur masih sangat rendah, masih banyak yang menggunakan tusuk gigi meskipun tidak setiap hari, dan kebiasaan becermin saat menyikat gigi juga masih kurang. Simpulan penelitian ini ialah perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pada pengguna ortodontik cekat di Madrasah Aliyah Negeri I Manado belum optimal dan masih perlu ditingkatkan. Kata kunci: perawatan ortodontik; ortodontik cekat; pemeliharaan kebersihan mulut
Gambaran Resesi Gingiva pada Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Tahun 2022 Ester Mundung; Juliatri Juliatri; Pritartha S. Anindita
e-GiGi Vol. 12 No. 1 (2024): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v12i1.49635

Abstract

Abstract: Gingival recession can be caused by various factors and have serious consequences if left unchecked. However, most people do not consider its importance and do not pay attention to gingival recession. This study aimed to describe the gingival recession in patients at Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Sam Ratulangi in 2022. This was a quantitative study using descriptive and observational design. Samples consisted of 46 periodontics medical records from March to November 2022 taken by using purposive sampling. The results showed that gingival recession in the maxillary region was most common in the anterior part (21.8%) with tooth 23 (11.5%). Gingival recession in the mandibular region most commonly occured in the anterior (35.5%) with tooth 33 (12.5%). The most frequent category of gingival recession was mild (65.2%) and the least category was poor (4.4%). The mild category of gingival recession was nearly the same in men and women (66.7% vs 63.2%). Most respondents aged 21-30 years experienced gingival recession in the mild category (61.5%) and the least was aged 51-60 years (33.3%). In conclusion, gingival recession is most common in the anterior part of the mandible, and canines are the most affected teeth. The most common gingival recession severity is mild category, followed by moderate category, and the least is poor category. Keywords: gingival recession; severity level; recession category; location of recession   Abstrak: Resesi gingiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan memberikan dampak serius jika dibiarkan. Namun demikian pada umumnya masyarakat tidak menganggap penting dan tidak memberikan perhatian terhadap resesi gingiva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resesi gingiva pada pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi tahun 2022. Jenis penelitian ialah kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif observasional. Sampel penelitian berjumlah 46 kartu status Bagian Periodonsia pada bulan Maret hingga November 2022 yang diambil menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian mendapatkan resesi gingiva di regio rahang atas paling banyak terjadi pada bagian anterior (21,8%) dan gigi  23 (11,5%).  Resesi gingiva di regio rahang bawah paling banyak terjadi pada bagian anterior (35,5%) dan gigi 33 (12,5%). Kategori resesi gingiva terbanyak ialah kategori ringan (65,2%) dan paling sedikit kategori berat (4,4%). Tingkat keparahan resesi gingiva dengan kategori ringan hampir sama pada laki-laki dan perempuan (66,7% vs 63,2%). Usia responden terbanyak ialah 21–30 tahun mengalami resesi gingiva kategori ringan (61,5%) dan yang paling sedikit ialah usia 51–60 tahun (33,3%). Simpulan penelitian ini ialah resesi gingiva lebih banyak ditemukan pada bagian anterior rahang bawah dengan gigi yang paling sering terkena ialah kaninus. Tingkat keparahan resesi gingiva terbanyak ialah kategori ringan diikuti kategori sedang, dan yang paling sedikit ialah kategori berat. Kata kunci: resesi gingiva; tingkat keparahan resesi; kategori resesi; lokasi resesi
Prevalensi Maloklusi pada Anak Usia 9−12 Tahun di Daerah Pesisir Kecamatan Malalayang Kota Manado Pritartha S. Anindita; Sherly Gosal; Pegy E. B. Ginting
e-GiGi Vol. 12 No. 1 (2024): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v12i1.50363

Abstract

Abstract: Malocclusion is a condition that deviates from normal occlusion. The prevalence of malocclusion in Indonesia is 80% of the total population. Age of 9-12 year-old is the second phase of mixed dentition phase which causes many problems. This study aimed to obtain the prevalence of tooth malocclusion in 9-12 years old children on the coastal area of Malalayang District, Manado. This was a descriptive study with a cross-sectional design. The population consisted of 819 children and the total sample was 269 children obtained by using proportionate stratified random sampling technique. This study was conducted by clinical examination and assessment based on Angle's classification. The results showed that the prevalence of malocclusion in children aged 9-12 years on the coastal area of Malalayang District, Manado was 100%, 217 children were categorized into class I malocclusion with a prevalence rate of 80.7%; 15 children were categorized into class II division 1 malocclusion with a prevalence rate of 5.6%, four children were categorized into class II division 2 malocclusion with a prevalence rate of 1.5%; and 33 children were categorized into class III malocclusion with a prevalence rate of 12.2%. In conclusion, the prevalence of maloclusion in children aged 9-12 years on the coastal area of Malalayang District, Manado, is 100%, and the most common type is Angle’s class I malocclusion. Keywords: children aged 9-12 years old; malocclusion; coastal area   Abstrak: Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari oklusi normal. Prevalensi maloklusi di Indonesia mencapai 80% dari total penduduk. Usia 9-12 tahun merupakan fase kedua dari fase geligi campuran yang banyak menimbulkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi maloklusi pada anak usia 9-12 tahun di daerah pesisir Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jenis penelitian ialah observasional deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian berjumlah 819 anak dengan jumlah sampel sebanyak 269 anak yang diperoleh dengan teknik proportionate stratified random sampling. Penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan penilaian maloklusi berdasarkan klasifikasi Angle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi maloklusi anak usia 9-12 tahun di daerah pesisir Kecamatan Malalayang Kota Manado sebesar 100%, maloklusi Angle kelas I dengan prevalensi 80,7% sebanyak 217 anak, maloklusi Angle kelas II divisi 1 dengan prevalensi 5,6% sebanyak 15 anak, maloklusi Angle kelas II divisi 2 dengan prevalensi 1,5% sebanyak empat anak, dan maloklusi Angle kelas III dengan prevalensi 12,2% sebanyak 33 anak. Simpulan penelitian ialah prevalensi maloklusi anak usia 9-12 tahun di daerah pesisir Kecamatan Malalayang Kota Manado sebesar 100% dan yang terbanyak ialah maloklusi Angle kelas I. Kata kunci: anak usia 9-12 tahun; maloklusi; pesisir pantai
Prevalensi Maloklusi pada Anak Usia 9-12 Tahun di Daerah Pesisir Kota Manado Pritartha S. Anindita; Kustina Zuliari; Syaloom M. Nanlessy
e-GiGi Vol. 12 No. 2 (2024): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v12i2.50386

Abstract

Abstract: Malocclusion is a major dental and oral health problem worldwide. Malocclusion occurs a lot during the orthodontic interceptive period or mixed dentition phase and is starting to be faced with a situation of potential malocclusion that must be treated immediately. Children who reside in coastal locations are more likely to have malocclusion due to environmental variables like awareness and bad habits. This study aimed to determine the prevalence of malocclusion in children aged 9–12 years on the coastal area of Manado City. This was a descriptive and observational study using total sampling technique. Malocclusion was checked and categorized based on Angle's categorization. The results showed that the prevalence of malocclusion was 99.28% with Angle Classification Class I Malocclusion, where there were 102 cases (73.39%), Angle Class II Division 1 Malocclusion, where there were 7 cases (5.03%), Angle Class II Division 2 Malocclusion, where there were 16 cases (11.51%), and Angle Class III Malocclusion, where there were In 14 cases (10.07%), girls had malocclusion of 52.2% and boys had malocclusion of 48.21%. In conclusion, the prevalence of malocclusion was 99.29%, with Angle Class I classification malocclusion 73.39%, Angle Class II Division 1 Malocclusion 5.03%, Angle Class II Division 2 Malocclusion 11.51%, and Angle Class III Malocclusion 10.07%. Keywords: malocclusion; Angle's classification; elementary school children; coastal area    Abstrak: Maloklusi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar di seluruh dunia. Maloklusi banyak terjadi pada periode interseptif ortodonti atau pada anak yang sedang berada di fase gigi bercampur yang mulai dihadapkan pada keadaan terjadinya potensi maloklusi yang harus segera dirawat. Kondisi ini dapat dijumpai pada anak-anak yang tinggal di daerah pesisir pantai dikarenakan faktor lingkungan seperti dalam hal pengetahuan dan kebiasaan buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi maloklusi pada anak usia 9-12 tahun di daerah pesisir Kota Manado. Jenis penelitian ini yaitu observasional deskriptif dengan metode total sampling. Setiap sampel dilakukan pemeriksaan maloklusi dengan penilaian berdasarkan klasifikasi Angle. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi maloklusi sebesar 99,28% dengan maloklusi klasifikasi Angle kelas I terdapat 102 kasus (73,39%), klasifikasi Angle kelas II divisi 1 terdapat tujuh kasus (5,03%), klasifikasi Angle divisi 2 terdapat 16 kasus (11,51%) dan klasifikasi Angle kelas III terdapat 14 kasus (10,07%). Anak perempuan mengalami maloklusi sebesar 52,2% dan anak laki-laki mengalami maloklusi sebesar 48,21%. Simpulan penelitian ini ialah prevalensi maloklusi pada penelitian ini sebesar 99,29% dengan maloklusi klasifikasi Angle kelas I sebesar 73,39%, diikuti klasifikasi Angle divisi 2 11,51%, klasifikasi Angle kelas III 10,07%, dan klasifikasi Angle kelas II divisi 1 5,03% Kata kunci: maloklusi; klasifikasi Angle; anak sekolah dasar; daerah pesisir