p-Index From 2020 - 2025
0.751
P-Index
This Author published in this journals
All Journal e-GIGI
Juliatri Juliatri
Universitas Sam Ratulangi

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Penatalaksanaan Kasus Black Triangle pada Gingiva Muhammad J. S. Hisyam; Juliatri Juliatri; Dinar A. Wicaksono
e-GiGi Vol. 11 No. 1 (2023): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v11i1.44384

Abstract

Abstract: Black triangle could become a space for food retention, therefore, it affects gingival health, pronunciation, and appearance of a person, especially if it occurs between the anterior teeth. This condition can be caused by periodontal disease due to poor oral and dental hygiene, abnormal crown shape and morphology, root angulation due to improper bracket placement during orthodontic treatment and others. Black triangle cases are more common in adults than adolescents undergoing orthodontic treatment. This study aimed to determine the management of gingival black triangle cases. This was a literature review study using databases of Pubmed, ScienceDirect, and Google Scholar and the keyword was black triangle. The results obtained 10 articles relevant to the topic of discussion. There were eight articles about treatment of black triangle cases with a surgical approach and two articles using hyaluronic acid gel. However, the results of black triangle case treatment are still unpredictable, so, further studies are needed to obtain better treatments. To date, reconstruction of missing interdental papillae is still a challenge in modern aesthetic dentistry. In conclusion, the most common treatment for black triangle cases is surgical treatment and hyaluronic acid gel. Keywords: black triangle; gingiva Abstrak: Black triangle dapat menjadi tempat retensi makanan sehingga memengaruhi kesehatan gingiva, pengucapan, dan penampilan seseorang terutama bila terjadi antara gigi anterior. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh penyakit periodontal akibat kebersihan gigi dan mulut yang buruk, bentuk mahkota dan morfologi gigi yang abnormal, angulasi akar karena penempatan braket yang tidak tepat selama perawatan ortodontik dan lain-lain. Kasus black triangle lebih sering terjadi pada dewasa dibanding remaja yang menjalani perawatan ortodontik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan kasus black triangle pada gingiva. Jenis penelitian ialah suatu literature review dengan menggunakan database Pubmed, ScienceDirect, dan Google Scholar dengan kata kunci black triangle. Hasil penelitian mendapatkan 10 artikel yang relevan dengan topik bahasan. Dari 10 artikel, terdapat delapan artikel yang melakukan perawatan kasus black triangle dengan pendekatan bedah dan dua artikel menggunakan gel asam hialuronat. Hasil perawatan kasus black triangle tidak dapat diprediksi, sehingga penting dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapat-kan hasil perawatan yang baik. Rekonstruksi hilangnya papila interdental merupakan tantangan dalam kedokteran gigi estetik modern. Simpulan penelitian ini ialah penatalaksanaan kasus black triangle pada gingiva yang paling umum dilakukan ialah pendekatan bedah dan penggunaan gel asam hialuronat. Kata kunci: black triangle; gingiva
Hubungan Teknik Menyikat Gigi dengan Terjadinya Resesi Gingiva Chezya M. Tandigau; Juliatri Juliatri; Johanna A. Khoman
e-GiGi Vol. 11 No. 2 (2023): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v11i2.45014

Abstract

Abstract: Success of maintaining dental health through the act of brushing teeth is influenced inter alia by right brushing technique. Moreover, improper brushing technique can cause gingival recession. This study aimed to determine the relationship between tooth brushing technique and the occurrence of gingival recession. This was a literature study. Data were obtained from Pubmed, Google Schoolar, and Science Direct databases. After the literatures being selected based on inclusion and exclusion criteria, a critical appraisal was carried out, and seven literatures were obtained consisting of six cross-sectional studies and one descriptive study. The results showed that the most used brushing techniques in the studies were horizontal dan vertical techniques. There were relationships between both techniques and the occurrence of gingival recession, but the worse recession was found in horizontal tooth brushing technique compared to the vertical one. In conclusion, horizontal and vertical brushing techniques could cause gingival recession, albeit, the worse recession was found in horizontal tooth brushing technique. Keywords: gingival recession; tooth brushing technique   Abstrak: Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi melalui tindakan menyikat gigi dipengaruhi oleh teknik atau cara menyikat gigi yang tepat. Teknik menyikat gigi yang dilakukan dengan cara kurang tepat dapat menyebabkan resesi gingiva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan teknik menyikat gigi dengan terjadinya resesi gingiva. Penelitian ini berbentuk suatu literature review  dengan pencarian data menggunakan database Pubmed, Google Scholar, Science Direct. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, dilakukan critical appraisal dan didapatkan tujuh literatur terdiri dari enam cross-sectional study dan satu descriptive study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik menyikat yang paling banyak digunakan oleh sampel dalam penelitian ini yaitu teknik menyikat gigi horizontal dan teknik menyikat gigi vertikal. Kedua teknik menyikat gigi ini memiliki hubungan dengan terjadinya resesi gingiva, tetapi keparahan resesi gingiva lebih tinggi pada teknik menyikat gigi horizontal dibandingkan teknik menyikat gigi vertikal. Simpulan penelitian ini ialah teknik menyikat gigi horizontal dan teknik menyikat gigi vertikal dapat menyebabkan terjadinya resesi gingiva dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi pada teknik menyikat gigi horizontal. Kata kunci: resesi gingiva; teknik menyikat gigi
Maloklusi pada Penderita Cerebral Palsy Virginia E. N. Abram; Sherly M. Gosal; Juliatri Juliatri
e-GiGi Vol. 11 No. 2 (2023): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v11i2.46372

Abstract

Cerebral palsy (CP) is a non-progressive disorder that affect the brain during the growth and development process. Various disorders in patients with cerebral palsy, such as dentocraniofacial and muscle abnormalities, can cause problems in dental and oral health, including malocclusion. The most common malocclusion described the patients with cerebral palsy is class II malocclusion with increased overjet and open bite. This literature review study aims to determine the classification and variation of malocclusion that occur in patients with cerebral palsy. This literature review research was conducted by searching for data using Google Scholar, Pubmed, and Science Direct databases. After being selected based on inclusion and exclusion criteria, a critical appraisal was carried out and 7 literatures were obtained. The result showed that Class II is the malocclusion that commonly occurs in patients with cerebral palsy, followed by Class I and Class III, with open bite as a common encounter malocclusion variant. In conclusion, the classification of malocclusion that occurs in patients with cerebral palsy is Class I, Class II and Class III. Generally, class II is the most common malocclusion in patients with cerebral palsy. Variations of malocclusion that occur in patients with cerebral palsy are open bite, crossbite, deep bite, crowding, spacing, a diastema, and increased overjet. The most prevalent variant is an open bite. Keywords: cerebral palsy, malocclusion   Abstrak: Cerebral palsy (CP) adalah gangguan atau kerusakan non-progresif pada otak saat proses pertumbuhan dan perkembangan. Berbagai gangguan pada penderita cerebral palsy, seperti kelainan pada dentokraniofasial dan ototnya, dapat menimbulkan masalah dalam kesehatan gigi dan mulut termasuk menyebabkan maloklusi. Maloklusi kelas II dengan peningkatan overjet dan open bite merupakan maloklusi yang sering terjadi pada penderita cerebral palsy. Penelitian literature review ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi dan variasi maloklusi yang terjadi pada penderita cerebral palsy. Penelitian dilakukan dengan pencarian data menggunakan database Google Scholar, Pubmed, dan Science Direct. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, dilakukan critical appraisal dan didapatkan 7 literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maloklusi kelas II merupakan maloklusi yang umumnya terjadi pada penderita cerebral palsy diikuti dengan kelas I dan kelas III, dengan variasi maloklusi yang sering ditemukan yakni open bite. Kesimpulan penelitian ini yakni klasifikasi maloklusi yang terjadi pada penderita cerebral palsy yaitu maloklusi kelas I, kelas II dan kelas III, dengan maloklusi kelas II merupakan maloklusi yang paling umum terjadi pada penderita cerebral palsy. Variasi maloklusi yang terjadi pada penderita cerebral palsy yaitu open bite, cross bite, deep bite, crowding, spacing, diastema dan peningkatan overjet. Variasi maloklusi yang paling umum ditemui pada penderita cerebral palsy merupakan open bite. Kata kunci: cerebral palsy, maloklusi
Gambaran Resesi Gingiva pada Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Tahun 2022 Ester Mundung; Juliatri Juliatri; Pritartha S. Anindita
e-GiGi Vol. 12 No. 1 (2024): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v12i1.49635

Abstract

Abstract: Gingival recession can be caused by various factors and have serious consequences if left unchecked. However, most people do not consider its importance and do not pay attention to gingival recession. This study aimed to describe the gingival recession in patients at Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Sam Ratulangi in 2022. This was a quantitative study using descriptive and observational design. Samples consisted of 46 periodontics medical records from March to November 2022 taken by using purposive sampling. The results showed that gingival recession in the maxillary region was most common in the anterior part (21.8%) with tooth 23 (11.5%). Gingival recession in the mandibular region most commonly occured in the anterior (35.5%) with tooth 33 (12.5%). The most frequent category of gingival recession was mild (65.2%) and the least category was poor (4.4%). The mild category of gingival recession was nearly the same in men and women (66.7% vs 63.2%). Most respondents aged 21-30 years experienced gingival recession in the mild category (61.5%) and the least was aged 51-60 years (33.3%). In conclusion, gingival recession is most common in the anterior part of the mandible, and canines are the most affected teeth. The most common gingival recession severity is mild category, followed by moderate category, and the least is poor category. Keywords: gingival recession; severity level; recession category; location of recession   Abstrak: Resesi gingiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan memberikan dampak serius jika dibiarkan. Namun demikian pada umumnya masyarakat tidak menganggap penting dan tidak memberikan perhatian terhadap resesi gingiva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resesi gingiva pada pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi tahun 2022. Jenis penelitian ialah kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif observasional. Sampel penelitian berjumlah 46 kartu status Bagian Periodonsia pada bulan Maret hingga November 2022 yang diambil menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian mendapatkan resesi gingiva di regio rahang atas paling banyak terjadi pada bagian anterior (21,8%) dan gigi  23 (11,5%).  Resesi gingiva di regio rahang bawah paling banyak terjadi pada bagian anterior (35,5%) dan gigi 33 (12,5%). Kategori resesi gingiva terbanyak ialah kategori ringan (65,2%) dan paling sedikit kategori berat (4,4%). Tingkat keparahan resesi gingiva dengan kategori ringan hampir sama pada laki-laki dan perempuan (66,7% vs 63,2%). Usia responden terbanyak ialah 21–30 tahun mengalami resesi gingiva kategori ringan (61,5%) dan yang paling sedikit ialah usia 51–60 tahun (33,3%). Simpulan penelitian ini ialah resesi gingiva lebih banyak ditemukan pada bagian anterior rahang bawah dengan gigi yang paling sering terkena ialah kaninus. Tingkat keparahan resesi gingiva terbanyak ialah kategori ringan diikuti kategori sedang, dan yang paling sedikit ialah kategori berat. Kata kunci: resesi gingiva; tingkat keparahan resesi; kategori resesi; lokasi resesi