Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penatalaksanaan Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik Nurfana J. Mohtar; Cerelia E. C. Sugeng; Octavianus R. H. Umboh
e-CliniC Vol. 11 No. 1 (2023): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v11i1.44313

Abstract

Abstract: Anemia in chronic kidney disease (CKD) causes a decrease of quality of life, and increases of cardiovascular disease, cognitive impairment and death. Management of anemia in CKD with iron and erythropoiesis stimulating agents (ESA) could improve the patient's quality of life. This study aimed to determine the management of anemia in CKD focused on management of iron and ESA. This was a literature review study. Literature searching was performed by using three databases, namely ProQuest, Pubmed, and ClinicalKey. After an adjustment based on inclusion and exclusion criteria, 10 journals were obtained. The results showed that intravenous (IV) iron was a faster and superior option for iron correction than oral iron in CKD patients with anemia. Correction of anemia using ESA therapy could significantly increase hemoglobin level. If transferrin saturation (TS) was <20% and serum ferritin (SF) <100 ng/ml in CKD-ND and CKD-PD, as well as TS <20% and SF <200 ng/ml CKD-HD, erythropoiesis stimulating agents (ESA) had to be administered to increase hemoglobin levels. In conclusion, in management of anemia, iron status and iron therapy have to be evaluated first, therefore, erythropoiesis stimulating agents (ESA) administration could increase the hemoglobin level of patients with chronic kidney disease. Keywords: iron management; erythropoiesis stimulating agents; anemia; chronic kidney disease Abstrak: Anemia pada penyakit ginjal kronik (PGK) menyebabkan penurunan kualitas hidup, peningkatan penyakit kardiovaskular, gangguan kognitif, dan kematian. Penatalaksanaan anemia pada PGK dengan pemberian besi dan erythropoiesis stimulating agents (ESA) dapat meningkat-kan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan anemia pada PGK dengan fokus pemberian besi dan ESA. Jenis penelitian ialah literature review dan pencarian data menggunakan tiga database yaitu ProQuest, Pubmed, dan ClinicalKey. Setelah dilakukan penyesuaian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan 10 artikel yang dilakukan review. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian besi intravena (IV) menjadi pilihan koreksi besi yang lebih cepat dan unggul dibandingkan besi oral terhadap penderita PGK dengan anemia Koreksi anemia dengan terapi ESA dapat meningkatkan kadar hemoglobin secara bebrmakna. Jika saturasi transferin (ST) <20% dan feritin serum (FS) <100 ng/ml pada PGK-ND dan PGK-PD, dan ST <20% dan FS <200 ng/ml PGK-HD, dapat dilanjutkan dengan pemberian ESA untuk mening-katkan kadar hemoglobin. Simpulan penelitian ini ialah dalam penatalaksanaan anemia pada penyakit ginjal kronik perlu dilakukan evaluasi status besi dan pemberian besi terlebih dahulu agar pemberian erythropoiesis stimulating agents (ESA) dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Kata kunci: penatalaksanaan besi; erythropoiesis stimulating agent; anemia; penyakit ginjal kronik
Korelasi Lama Menyandang Diabetes Melitus dan HbA1c dengan Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Afdriansyah L. Kombe; Cerelia E. C. Sugeng; Bisuk P. Sedli
Medical Scope Journal Vol. 4 No. 1 (2022): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.v4i1.44732

Abstract

Abstract: Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by high blood sugar levels (hyperglycemia) that occur due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both. Poor blood sugar control in the long term can cause various diseases, one of which is chronic kidney disease. This study aimed to determine the correlation between duration of DM and HbA1c (glycated hemoglobin) with estimated glomerular filtration rate (eGFR) in type 2 DM patients. This was an analytical study with a retrospective approach and a cross-sectional design. were taken by using consecutive sampling technique. Data of HbA1c and eGFR were obtained from the patient's medical record. Duration of suffering from diabetes mellitus was carried out by interviewing the patients. Data were analyzed using the Pearson and Spearman correlation statistical tests. The results obtained 38 type 2 DM patients as respondents. The correlation test between duration of DM and eGFR showed a significant negative correlation (r=-0.411; p=0.01), and the correlation test between HbA1c correlation test and eLFG showed a non-significant negative correlation (r=-0.109; p=0.516). In conclusion, there is a significant negative correlation between duration of DM and eGFR and a non-significant negative correlation between HbA1c and eGFR. Keywords: duration of diabetes mellitus; glycated hemoglobin; estimated glomerular filtration rate   Abstrak: Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik kadar gula tinggi (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insluin, kerja insulin atau keduanya. Kontrol gula darah yang buruk secara jangka panjang dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satunya penyakit ginjal kronik. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui korelasi lama menyandang DM dan HbA1c (glycated hemoglobin) dengan eLFG (estimasi laju filtrasi glomerulus) pada pasien DM tipe 2. Jenis penelitian ialah analitik dengan pendekatan retrospektif serta menggunakan desain potong lintang. Responden penelitian diambil dengan teknik consecutive sampling. Data HbA1c dan eLFG diperoleh melalui rekam medik pasien. Pengambilan data lama menyandang DM dilakukan dengan wawancara pada pasien. Pada penelitian ini digunakan uji statistik korelasi Pearson dan Spearman. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 38 responden. Hasil uji korelasi antara lama menyandang DM dengan eLFG menunjukkan korelasi negatif bermakna (r=-0,411; p=0,01), dan hasil uji korelasi HbA1c dengan eLFG menunjukkan korelasi negatif tidak bermakna (r=-0,109; p=0,516). Simpulan penelitian ini ialah terdapat korelasi negatif yang bermakna antara lama menyandang diabetes melitus dengan eLFG dan korelasi negatif tidak bermakna antara HbA1c dengan eLFG. Kata kunci: lama menyandang diabetes melitus; glycated hemoglobin; estimasi laju filtrasi glomerulus