Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Effect of Blood Pressure Control on the Severity of COVID-19 Patients Nirwana E. Mangopo; Frans E. Wantania; Octavianus R. H. Umboh
e-CliniC Vol. 10 No. 2 (2022): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v10i2.37857

Abstract

Abstract: Hypertension is one of the chronic conditions that cause the most mortality worldwide. As a comorbid disease, it is often found in hospitalized patients with coronavirus disease 2019 (COVID-19). Uncontrolled blood pressure was found to be independently associated with a higher risk for more adverse clinical outcomes in COVID-19 patients. This study aimed to evaluate the effect of blood pressure control on the severity of COVID-19 sufferers. This was a literature review study using three databases, namely PubMed, ClinicalKey, and Google Scholar according to the inclusion and exclusion criteria of the study. The results obtained 10 articles. Most showed the effect of blood pressure control on the severity of COVID-19 sufferers. In conclusion, uncontrolled blood pressure in COVID-19 patients with hypertension during hospitalization has an effect on mortality.Keywords: blood pressure control; hypertension; COVID-19  Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis penyebab mortalitas terbanyak di dunia dan menjadi penyakit penyerta yang banyak ditemukan pada pasien rawat inap dengan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Tekanan darah yang tidak terkontrol ditemukan secara independen terkait dengan risiko yang lebih tinggi untuk hasil klinis yang lebih merugikan pada pasien COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kontrol tekanan darah terhadap tingkat keparahan penderita COVID-19. Jenis penelitian ialah literature review. Pencarian data menggunakan tiga database yaitu PubMed, ClinicalKey, dan Google Scholar sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil penelitian mendapatkan 10 artikel. Sebagian besar menunjukkan adanya pengaruh kontrol tekanan darah terhadap tingkat keparahan penderita COVID-19. Simpulan penelitian ini ialah tekanan darah yang tidak terkontrol pada pasien COVID-19 dengan hipertensi selama rawat inap di rumah sakit memiliki pengaruh terhadap mortalitas.Kata kunci: kontrol tekanan darah; hipertensi; COVID-19
Penatalaksanaan Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik Nurfana J. Mohtar; Cerelia E. C. Sugeng; Octavianus R. H. Umboh
e-CliniC Vol. 11 No. 1 (2023): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v11i1.44313

Abstract

Abstract: Anemia in chronic kidney disease (CKD) causes a decrease of quality of life, and increases of cardiovascular disease, cognitive impairment and death. Management of anemia in CKD with iron and erythropoiesis stimulating agents (ESA) could improve the patient's quality of life. This study aimed to determine the management of anemia in CKD focused on management of iron and ESA. This was a literature review study. Literature searching was performed by using three databases, namely ProQuest, Pubmed, and ClinicalKey. After an adjustment based on inclusion and exclusion criteria, 10 journals were obtained. The results showed that intravenous (IV) iron was a faster and superior option for iron correction than oral iron in CKD patients with anemia. Correction of anemia using ESA therapy could significantly increase hemoglobin level. If transferrin saturation (TS) was <20% and serum ferritin (SF) <100 ng/ml in CKD-ND and CKD-PD, as well as TS <20% and SF <200 ng/ml CKD-HD, erythropoiesis stimulating agents (ESA) had to be administered to increase hemoglobin levels. In conclusion, in management of anemia, iron status and iron therapy have to be evaluated first, therefore, erythropoiesis stimulating agents (ESA) administration could increase the hemoglobin level of patients with chronic kidney disease. Keywords: iron management; erythropoiesis stimulating agents; anemia; chronic kidney disease Abstrak: Anemia pada penyakit ginjal kronik (PGK) menyebabkan penurunan kualitas hidup, peningkatan penyakit kardiovaskular, gangguan kognitif, dan kematian. Penatalaksanaan anemia pada PGK dengan pemberian besi dan erythropoiesis stimulating agents (ESA) dapat meningkat-kan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan anemia pada PGK dengan fokus pemberian besi dan ESA. Jenis penelitian ialah literature review dan pencarian data menggunakan tiga database yaitu ProQuest, Pubmed, dan ClinicalKey. Setelah dilakukan penyesuaian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan 10 artikel yang dilakukan review. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian besi intravena (IV) menjadi pilihan koreksi besi yang lebih cepat dan unggul dibandingkan besi oral terhadap penderita PGK dengan anemia Koreksi anemia dengan terapi ESA dapat meningkatkan kadar hemoglobin secara bebrmakna. Jika saturasi transferin (ST) <20% dan feritin serum (FS) <100 ng/ml pada PGK-ND dan PGK-PD, dan ST <20% dan FS <200 ng/ml PGK-HD, dapat dilanjutkan dengan pemberian ESA untuk mening-katkan kadar hemoglobin. Simpulan penelitian ini ialah dalam penatalaksanaan anemia pada penyakit ginjal kronik perlu dilakukan evaluasi status besi dan pemberian besi terlebih dahulu agar pemberian erythropoiesis stimulating agents (ESA) dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Kata kunci: penatalaksanaan besi; erythropoiesis stimulating agent; anemia; penyakit ginjal kronik
Pengaruh Inflamasi Mikro terhadap Penyakit Ginjal pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 Sarah Rumondang; Bisuk P. Sedli; Octavianus R. H. Umboh
Medical Scope Journal Vol. 4 No. 1 (2022): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.v4i1.44682

Abstract

Abstract: Diabetic nephropathy is a microvascular damage as a complication of type 2 diabetes mellitus (T2DM) and becomes one of the most frequent causes of chronic renal failure worldwide. This study aimed to determine the effect of micro-inflammation on renal impairment in T2DM patients. This was a literature review study and data were searched using three database sources, namely ClinicalKey, Pubmed, and Google Scholar. The results obtained 10 articles to be reviewed. All reviewed articles stated various increases in inflammatory mediators namely NGAL, NLR, serum cystatin-C, urinary IgG, transferrin, hs-CRP, IL-8, TSA, TLR-4, TLR-2, monocyte ratio CD14+CD16+, pro-inflammatory cytokines Th1 TNF-α, IFN-γ, IL-6, IL-1β, IL-4, and eotaxin, and decreased levels of uromodulin and TNFR1. This occurred due to some components of the body in a state of hyperglycemia wouldl be able to activate the infiltration of hematopoietic cells, especially macrophages in the kidneys, which would further secrete proinflammatory cytokines and reactive oxygen species (ROS). Inflammatory cells present in the kidney are a response to tissue damage, but can also increase cell injury and the progression of DN in its early stages. In conclusion, there is an influence of immune and inflammatory mechanisms on the development of diabetic nephropathy in patients with type 2 diabetes mellitus. Keywords: type 2 diabetes mellitus; micro inflammation; diabetic kidney disease   Abstrak: Nefropati diabetik (ND) adalah kerusakan mikrovaskuler sebagai komplikasi DMT2 dan menjadi salah satu penyebab  tersering gagal ginjal kronis di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflamasi mikro terhadap penyakit ginjal pada pasien DMT2. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan pencarian data melallui tiga sumber database yaitu ClinicalKey, Pubmed, dan Google Scholar. Hasil penelitian mendapatkan 10 artikel yang di-review yang melaporkan berbagai peningkatan mediator inflamasi, yaitu NGAL, NLR, serum cystatin-C, IgG urin, transferin, hs-CRP, IL-8, TSA, TLR-4, TLR-2, rasio monosit CD14+CD16+, sitokin proinflamasi Th1 TNF-α, IFN-γ, IL-6, IL-1β, IL-4, dan eotaksin, serta penurunan kadar uromodulin dan TNFR1. Hal ini terjadi karena beberapa komponen pada keadaan DMT2 dapat mengaktifkan infiltrasi sel hematopoietik, terutama makrofag pada ginjal, yang akan mengeluarkan sitokin proinflamasi dan reactive oxygen species (ROS). Masuknya sel inflamasi ke dalam ginjal pasien merupakan respon terhadap kerusakan jaringan, tetapi juga dapat meningkatkan cedera sel serta progresifitas ND pada tahap awal. Simpulan penelitian ini ialah terdapat pengaruh mekanisme kekebalan dan inflamasi dalam perkembangan nefropati diabetik pada pasien diabetes mellitus tipe 2.   Kata kunci: diabetes melitus tipe 2; inflamasi mikro; penyakit ginjal diabetes
Faktor Risiko Infeksi Hepatitis C pada Penyakit Ginjal Kronis Mario F. Wilson; Bradley J. Waleleng; Octavianus R. H. Umboh
Medical Scope Journal Vol. 4 No. 1 (2022): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.v4i1.44857

Abstract

Abstract:: Hepatitis C, a type of hepatitis caused by hepatitis C virus, has spread worldwide. Chronic kidney disease (CKD) is a condition in which the kidneys lose their function as an organ gradually lasting more than three months. Moreover, the CKD population are susceptible to infection due to their immunity disorder and treatment at health care centers.  This study aimed to determine the risk factors for hepatitis C infection in CKD patients. This was a literature review study. Article searches were carried out in three databases, namely PubMed, ClinicalKey, and Google Scholar. The results obtained 10 full-text journals to be reviewed. Hemodialysis was the risk factor that contributed the most to the transmission of HCV to CKD patients. While, kidney transplantation accounted for a portion of HCV infection, but these risk factors could still be prevented and controlled. Blood transfusion was a risk factor for the spread of Hepatitis C virus in CKD which was the rarest since blood screening was carried out. In conclusion, there are three risk factors for hepatitis C virus infection in chronic kidney disease patients based on the possibility of infection sequentially including hemodialysis, kidney transplantation, and blood transfusion. Keywords: hepatitis C; chronic kidney disease; hemodialysis; infection; risk factor   Abstrak: Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (VHC) dan telah menyebar ke seluruh dunia. Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah kondisi dimana ginjal kehilangan fungsinya sebagai organ secara bertahap yang berlangsung lebih dari tiga bulan. Populasi dengan PGK menjadi kelompok rentan terkena infeksi akibat gangguan imunitas dan perawatan di pusat pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko infeksi hepatitis C pada pasien PGK. Jenis penelitian ialah suatu literature review. Pencarian artikel dilakukan pada tiga database yaitu PubMed, ClinicalKey, dan Google Scholar. Hasil penelitian mendapatkan 10 jurnal full-text yang dilakukan review. Hemodialisis merupakan faktor risiko yang paling banyak berkontribusi terhadap transmisi VHC pada PGK. Transplantasi ginjal menyumbang sebagian dari infeksi VHC, namun faktor risiko ini masih dapat dicegah dan dikendalikan. Transfusi darah merupakan faktor risiko penyebaran virus Hepatitis C pada PGK yang paling jarang terjadi sejak dilakukannya skrining darah. Simpulan penelitian ini ialah terdapat tiga faktor resiko infeksi virus hepatitis C pada penyakit ginjal kronik berdasarkan kemungkinan terjadinya infeksi secara berurut yaitu hemodialisis, transplantasi ginjal, dan transfusi darah. Kata kunci: hepatitis C; penyakit ginjal kronis; hemodialisis; infeksi; faktor risiko
Diagnosis dan Tatalaksana Sindrom Kardiorenal Evelyne M. Jirajaya; Octavianus R. H. Umboh; Frans E. N. Wantania
Medical Scope Journal Vol. 5 No. 1 (2023): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.v5i1.45118

Abstract

Heart disease and kidney disease are interconnected and have become a global health problem. There is a close relationship between the heart and kidneys, where kidney failure can cause heart injury and conversely heart damage can lead to worsening of kidney function. This condition is called cardiorenal syndrome (CRS). This study aimed to discuss the diagnosis and treatment of cardiorenal syndrome. This was a literature review study using three database resources, namely ClinicalKey, Pubmed, and Google Scholar, to search articles related to inclusion and exclusion criteria. The results obtained 13 articles; 10 articles discussing the diagnosis of CRS and 10 articles discussing the treatment of CRS. The diagnosis of CRS in both acute and chronic conditions could be seen through multi-organ biomarkers from urine and blood samples, imaging, and in assessing the volume status of CRS. Treatment with rapid volume reduction might help to relieve symptoms. Diuretics were the primary agents for correcting volume overload on CRS. There were other alternative treatments such as neurohormonal modulation inhibitors, inotropes, vasodilators/vasopressin, RAAS inhibitors, cardiac device therapy, and others. In conclusion, diagnosis of CRS is confirmed by using multiorgan biomarkers, imaging, and volume status, and its management is performed by correcting volume overload with diuretics or alternatives. Keywords: cardiorenal syndrome; diagnosis; treatment   Abstrak: Penyakit jantung dan penyakit ginjal saling berhubungan dan telah menjadi masalah dalam dunia kesehatan. Terdapat hubungan erat antara organ jantung dan ginjal, dimana gagal ginjal dapat memperburuk cedera jantung dan sebaliknya kerusakan jantung dapat mendorong perburukan fungsi ginjal. Keadaan tersebut disebut dengan sindrom kardiorenal (SKR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana SKR. Jenis penelitian ini ialah suatu literature review. Pencarian data menggunakan tiga sumber database yaitu ClinicalKey, Pubmed, dan Google Scholar sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian mendapatkan 13 artikel yang dilakukan review. Terdapat 10 artikel yang membahas diagnosis SKR dan terdapat 10 artikel yang membahas tatalaksana SKR. Penegakan diagnosis pada SKR baik dalam kondisi akut dan kronis dapat dilihat melalui biomarker multi-organ dari sampel urin maupun darah, pencitraan (imaging), dan pada penilaian status volume SKR. Tatalaksana dengan pengurangan volume secara cepat dapat membantu meringankan gejala. Diuretik merupakan agen primer untuk mengoreksi kelebihan volume SKR. Terdapat tatalaksana alternatif lainnya seperti penghambat modulasi neurohormonal, inotropik, vasodilator/vasopressin, penghambat RAAS, terapi perangkat jantung, dan lainnya. Simpulan penelitian ini ialah diagnosis SKR ditegakkan melalui biomarker multiorgan, pencitraan dan penilaian status volume. Tatalaksana dengan pengurangan volume menggunakan diuretik atau alternatif. Kata kunci: sindrom kardiorenal; diagnosis; tatalaksana