Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS PERIKANAN JULUNG-JULUNG (ROA) (Hemirhamphus far) DENGAN DOMAIN SUMBER DAYA IKAN, HABITAT DAN EKOSISTEM, SERTA TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN LIKUPANG BARAT Requel Serent Membri; Johnny Budiman; Mariana Elizhabeth Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 6 No. 2 (2021): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v6i2.36671

Abstract

Ikan julung-julung (Hemirhamphus far) atau ikan roa yang oleh masyarakat diolah secara tradisional dengan cara pengasapan. Gerombolan ikan ini mengadakan migrasi ke perairan Likupang untuk melakukan pemijahan, karena ikan ini yang tertangkap hampir seluruhnya dalam kondisi hampir bertelur. Dalam kondisi matang gonad ini tubuh ikan menjadi berat dan gerakan renang ikan menjadi lambat, pada saat inilah ikan ditangkap dengan pukat roa. Ecosystem Approch to Fisheries Management (EAFM) dapat dipahami sebagai sebuah konsep bagaimana menyeimbangkan antara tujuan sosial ekonomi dalam pengelolaan perikanan (kesejahteraan nelayan, keadilan pemanfaatan sumber daya ikan, dll) dengan tetap mempertimbangkan pengetahuan, informasi dan ketidakpastian tentang komponen biotik, abiotic dan interaksi manusia dalam ekosistem perairan melalui sebuah pengelolaan perikanan yang terpadu, komprehensif dan berkelanjutan. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis dan menentukan status perikanan julung-julung di perairan Likupang Barat dengan menggunakan domain sumber daya ikan, habitat dan ekosistem, dan teknologi penangkapan ikan. Pengelolaan perikanan julung-julung di perairan Likupang Barat, dikategorikan dalam kondisi baik, dengan penilaian domain sumber daya Ikan memiliki nilai 76,67% deskripsi “baik”, domain habitat dan ekosistem yaitu 68,33% deskripsi “baik” dan domain teknologi penangkapan ikan, nilai yang diperoleh 61,67% deskripsi “baik”. Domain yang memiliki nilai komposit kurang dari pada domain yang lain, pengelolaanya harus lebih diperhatikan dan harus ada tindakan dari pemerintah untuk mengatasinya sebelum status pengelolaannya semakin menurun.
Pola sebaran bagan dan adaptasi nelayan dalam operasi penangkapan di Perairan Desa Tateli Weru Kabupaten Minahasa Lia Anggreni Sitompul; Johnny Budiman; Ivor Lembondorong Labaro; Effendi Pengihutan Sitanggang; Fanny Silooy
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.39007

Abstract

Salah satu kegiatan perikanan yang menonjol di perairan Desa Tateli Weru adalah perikanan bagan.  Pengoperasian alat tangkap bagan, umumnya dimulai pada saat matahari mulai tenggelam.  Penangkapan umumnya dilaksanakan di perairan dekat pantai, yaitu daerah teluk atau tempat yang aman terhadap arus, angin dan gelombang. Dampak dari penempatan bagan oleh nelayan  tangkap di perairan Tateli Weru adalah perubahan volume hasil tangkapan setiap bulan dan perubahan jumlah waktu melaut yang sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat nelayan. Untuk itu nelayan melakukan pola adaptasi  dan strategi ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pola sebaran bagan apung dan kondisi perubahan cuaca terhadap hasil tangkapan ikan di Desa Tateli Weru. Penelitian ini mengikuti metode deskriptif yang didasarkan pada studi kasus.  Pengumpulan data dilakukan dengan plotting survei posisi masing-masing bagan, menggunakan GPS dan perahu tipe pamo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil nilai T adalah 1.23 yang berarti pola sebaran alat tangkap di desa Tateli Weru termasuk pola acak atau tidak merata (Random Pattern). Jarak terdekat antar bagan adalah 279.93 meter. Karena jarak antar bagan saling berdekatan, maka ikan yang sudah terkumpul di suatu bagan lain yang cahaya lampunya lebih terang. Hal ini berdampak pada jumlah hasil tangkapan yang tidak optimal. Pada akhirnya diperlukan aturan pola penyebaran bagan yang berjarak antar bagan serta strategi ekonomi untuk mata pencaharian nelayan yang lebih baik dalam rangka adaptasi menghadapi dampak perubahan cuaca.