Kundharu Saddhono
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sekar Macapat Pocung: Study of Religious Values Based on The Local Wisdom of Javanese Culture Kundharu Saddhono; Dewi Pramestuti
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 20, No 1 (2018): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.811 KB) | DOI: 10.18860/el.v20i1.4724

Abstract

Javanese culture is a system of ideas which directs Javanese people’s attitude and behaviors. It contains local wisdom that has a great influence on their daily life. The research method employed in this study is descriptive qualitative by implementing content analysis approach. The data studied are the scripts of Sekar Macapat Pocung. Local wisdom has a highly philosopical meaning which enhances the tenacity of nations. Tembang Macapat is considered as a form of local wisdom in Javanese culture. Sekar Macapat Pocung is the eleventh popular meters of recited Javanese poem. Through the recited Javanese poem, Islamic religious values and noble values are delivered meaningfully. It becomes precept and inseparable part of Javanese people in leading religious and national life.Budaya Jawa merupakan suatu sistem yang menjadi pedoman bagi masyarakat Jawa dalam berperilaku dan bersikap. Di dalam budaya Jawa terdapat kearifan lokal sebagai pendorong yang kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis isi. Data yang dikaji adalah naskah Sekar Macapat Pocung. Kearifan lokal budaya Jawa mengandung makna filosofis yang meningkatkan ketahanan nasional sebuah bangsa. Tembang Macapat termasuk wujud kearifan lokal budaya Jawa. Sekar Macapat Pocung adalah metrum kesebelas yang dikenal sebagai produk budaya berbentuk puisi Jawa kuno yang dilagukan. Melalui syair dalam tembang, nilai-nilai religus Islam dan pitutur bijak disampaikan penuh makna. Nilai-nilai religus Islam dan pitutur bijak dalam Sekar Macapat Pocung menjadi pegangan dan bagian hidup yang tak terpisahkan dari masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan beragama dan berbangsa.
Representation of Islamic Marriage Rule on Javanese Novel Post-Reformation Era Bagus Wahyu Setyawan; Kundharu Saddhono; Djoko Sulaksono
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 22, No 1 (2020): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/el.v22i1.8288

Abstract

The focus in this research is to describe and explain the implementation of the rule of Islamic marriage on the modern Javanese novel post-reformation era. Data resources in this research are some of the Javanese novels published after 2000. This descriptive qualitative research used three phases of research: data reduction, data display, and conclusion drawing. The primary data resources were reduced and tested by using a triangulation technique to test data validity. Then, the result showed the examples of implementing the rule of Islamic marriage in Javanese novels of the post-reformation era. The author’s point of view influenced the plot and conflict of the rule of marriage in the story. Indirectly, a few examples of the rule of marriage in the Javanese novel of the post-reformation era can provide an illustration based on the Islamic sharia rule. The focus in this research is to describe and explain the implementation of the rule of Islamic marriage on the modern Javanese novel post-reformation era. Data resources in this research are some of the Javanese novels published after 2000. This descriptive qualitative research used three phases of research: data reduction, data display, and conclusion drawing. The primary data resources were reduced and tested by using a triangulation technique to test data validity. Then, the result showed the examples of implementing the rule of Islamic marriage in Javanese novels of the post-reformation era. The author’s point of view influenced the plot and conflict of the rule of marriage in the story. Indirectly, a few examples of the rule of marriage in the Javanese novel of the post-reformation era can provide an illustration based on the Islamic sharia rule.Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai penerapan hukum perkawinan islam dalam novel Jawa moden pascareformasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah beberapa novel Jawa yang diterbitkan di atas tahun 2000. Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif deskriptif dengan tiga tahapan penelitian, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Data-data dalam sumber data utama direduksi dan dianalisis dengan pembahasan masalah. Terakhir data-data yang diperoleh diuji dengan menggunakan teknik triangulasi untuk mendapat suatu derajat validitas data. Hasil dalam penelitian ini, ditemukan beberapa contoh penerapan hukum perkawinan Islam dalam novel Jawa pascareformasi. Hukum perkawinan yang disajikan dalam novel Jawa sesuai dengan alur dan konflik cerita yang dipengaruhi juga oleh sudut pandang pengarang. Secara tidak langsung, beberapa contoh penerapan hukum perkawinan dalam novel Jawa pascareformasi dapat memberikan gambaran masyarakat mengenai hukum perkawinan yang sesuai dengan syariat Islam dan yang menyimpang dari hukum syariat perkawinan islam.
Islamic Religious Values in Dhukutan Traditional Ceremony as Character Education for Elementary School Students Mila Anggar Wati; Sumarwati Sumarwati; Kundharu Saddhono
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 21, No 1 (2019): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.499 KB) | DOI: 10.18860/el.v21i1.5615

Abstract

This study aims to describe the values of Islamic religious character education in the cleaning process of Dhukutan village in Nglurah village, Tawangmangu sub-district. Dhukutan is a traditional ceremony of Nglurah villagers to commemorate the death of their ancestors named Kyai Menggung. This traditional ceremony is held once every seven lapan (1 lapan=35 days based on Javanese calendar). The method used to find the value of religious character education is a descriptive qualitative method. The sources of the data are the offerings related to the implementation of the Dhukutan village cleaning ceremony. The results of the study show that the religious values reflected in the Dhukutan traditional ceremony are sincere, honest, obedient, disciplined, diligent, praying, grateful, and trustworthy. Within the process of Dhukutan village cleaning ceremony, the value of religious character education is beneficial for students to be both intellectually and emotionally intelligent students. This study suggests educators, especially within Tawangmangu area, to employ the Dhukutan village cleaning ceremony as a learning tool of religious character education values for elementary students.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai pendidikan karakter agama dalam proses pembersihan desa Dhukutan di desa Nglurah, Kecamatan Tawangmangu. Dhukutan adalah upacara tradisional penduduk desa Nglurah untuk memperingati hari kematian leluhur mereka yang bernama Kyai Menggung. Upacara tradisional ini diadakan sekali setiap 7 lapan (1 lapan = 35 hari berdasarkan kalender Jawa) Metode yang digunakan untuk menemukan nilai pendidikan karakter agama adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sesembahan yang terkait dengan pelaksanaan upacara pembersihan desa Dhukutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai agama yang tercermin dalam upacara tradisional Dhukutan adalah tulus, jujur, patuh, disiplin, rajin berdoa, bersyukur, dan dapat dipercaya. Dalam proses upacara pembersihan desa Dhukutan, ditemukan nilai pendidikan karakter agama yang sangat berguna bagi siswa untuk membentuk kecerdasan intelektual dan emosional siswa. Studi ini menyarankan para pendidik, khususnya di daerah Tawangmangu, untuk menggunakan upacara pembersihan desa Dhukutan sebagai alat pembelajaran pendidikan karakter agama bagi siswa.
Religious Value in Nyadran Ceremony in Ngepringan Village, Sragen Yuliningsih Yuliningsih; Kundharu Saddhono; Budhi Setiawan
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 20, No 2 (2018): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.227 KB) | DOI: 10.18860/el.v20i2.4981

Abstract

The struggle for modernity gave rise to the degradation of the value of character education. At this stage the revitalization of the value of religious local wisdom in tradition needs to be developed again. The existence of nyadran tradition in Ngepringan continues to be developed by mixing the value of local wisdom with religious values. This unique combination is a form of local wisdom against the individual culture that developed in the community, the development of modernity. This means that the community can not only uphold the cultural values of the ancestors, and also cannot adapt the tradition to conditions, and still insert religious values in it. Nyadran tradition is still played by the Ngepringan community because they are spiritual tourism and become a harmonizer political, social, economic and spiritual life. The collection of data information is through observation and interview with the Ngepringan village community. The purpose of this study is to explore religious values in the Nyadran ceremony procession. This type of research is ethnography with qualitative descriptive method. Data collection techniques use techniques, interviews, documentation, and language content. The data analysis uses interactive analysis technique. The results of this study are to reveal and describe the religious values in the ceremony procession that need to be preserved and improved by the Ngepringan village community in the face of modernity.Pergulatan modernitas melahirkan degradasi nilai pendidikan karakter. Pada titik ini revitalisasi nilai kearifan lokal religius dalam tradisi perlu dikembangkan kembali. Eksistensi tradisi nyadran di Ngepringan terus dikembangkan dengan mencampur nilai kearifan lokal dengan nilai religius. Perpaduan yang unik ini merupakan bentuk kearifan lokal melawan budaya individualis yang berkembang di masyarakat mengikuti perkembangan modernitas. Hal ini bermakna bahwa masyarakat disana tidak hanya menjunjung nilai-nilai budaya dari para leluhur, melainkan juga mampu menyesuaikan tradisi dengan kondisi, serta masih menyisipkan nilai-nilai religius di dalamnya. Tradisi nyadran masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Ngepringan dikarenakan nyadran sebagai wisata rohani serta menjadi penyelaras kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama. Informasi data diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan masyarakat desa Ngepringan. Tujuan studi ini untuk menggali nilai religius dalam prosesi upacara nyadran. Jenis penelitian ini adalah etnografi dengan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Hasil dari penelitian ini adalah mengungkap dan mendeskripsikan nilai religius dalam prosesi upacara nyadran yang perlu terus dilestarikan dan ditingkatkan oleh masyarakat desa Ngepringan dalam menghadapi modernitas.