Ridwan Ridwan
UIN Malang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Peminjaman Kata (Isti’arah) dalam Al Quran Ridwan Ridwan
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 9, No 3 (2007): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.793 KB) | DOI: 10.18860/el.v9i3.4645

Abstract

Isti'arah is borrowing word (loan words) used in other words because of some factors. Alquran is hardly understood only based on linguistic principles, but it must also be studied using other approaches, such as literary approach that is often used in contemporary studies, well known as literary approach to Alquran. Isti'arah is a part of literature. Alquran with all of its miracles contains literary aspects that are undeniable for those who understand it. Therefore, Moslem scholars agree that Isti'arah in Alquran exactly aims at earning attention from the hearers and the readers of Alquran, in turn, increasing our belief in the miracle of Alquran in literary aspect. For instance the word "saaqin" (calf) is interpreted as a chaotic situation, "al dzulumaat" (darkness) as Islamism. In addition, the word "al ra'su" (head) is considered similar to fuel that means "ista'ala" (bum) on head. There are many other similar examples in Alquran. Isti’arah adalah kata pinjaman yang digunakan dalam kata lain karena beberapa faktor. Alquran sangat sukar dipahami hanya berdasar prinsip Lingusitik tetapi ia juga harus dipelajari menggunakan pendekatan lain, seperti Sastra yang sering digunakan dalam studi kontemporer, lebih dikenal sebagai pendekatan sastra terhadap Alquran. Isti’arah adalah bagian dari sastra. Alquran dengan segala keagungannya berisi aspek kesusasteraan yang tak terbantahkan bagi siapapun yang mengerti. Maka, cendekiawan Muslim setuju bahwa peminjaman kata (Isti’arah) dalam Alquran bertujuan untuk menarik perhatian pendengar dan pembacanya, menambah kepercayaan kita pada keajaiban Alquran dalam aspek sastra. Contohnya kata saaqin (anak sapi) adalah interpretasi situasi yang kacau, al dzulumaat (kegelapan) sebagai Islamisasi. Contoh lainnya, al ra’su (kepala) dianggap sama dengan bahan bakar yang berarti ista’ala (terbakar) di atas kepala. Masih ada banyak lagi contoh serupa yang tertulis di Alquran.
Tipologi Pemikiran Cendekiawan Muslim Ridwan Ridwan; Abdul Wahab Rosyidi
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 8, No 2 (2006): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (929.134 KB) | DOI: 10.18860/el.v8i2.4751

Abstract

In the process of the development of intellectualism, Moslem scholars were successful to make a dynamic atmosphere in Islamic thoughts to point out. Their popular and well-socialized thoughts develop and bring positive impact on the knowledge and the perception of religion in the society. The development of the scholar's Islamic thought has different characteristic and pattern which is interesting to analyse. The purpose of this paper is to explore the Islamic thought especially those which were written in daily newspaper  Jawa Pos  during the Ramadhan 1425 H. The essays written by some Moslem scholars have different characteristic as the understandings about fasting are varied. The scholars have different perception on it. The different point of view creates different way of thinking covering formalistic, transformatic, realistic, and Idealistic which all lead to sociocultural change. Dalam proses pengembangan intelektualisme, ulama muslim berhasil membuat suasana dinamis dalam pemikiran Islam untuk ditunjukkan. Pikiran mereka yang populer dan disosialisasikan dengan baik berkembang dan membawa dampak positif pada pengetahuan dan persepsi agama di masyarakat. Perkembangan pemikiran Islam cendekiawan memiliki karakteristik dan pola yang berbeda yang menarik untuk dianalisis. Tujuan makalah ini adalah untuk menggali pemikiran Islam terutama yang ditulis di surat kabar Jawa Pos selama bulan Ramadhan 1425 H. Esai yang ditulis oleh beberapa ilmuwan muslim memiliki karakteristik yang berbeda karena pemahaman tentang puasa bervariasi. Para ilmuwan memiliki persepsi yang berbeda mengenai hal itu. Sudut pandang yang berbeda menciptakan cara berpikir yang berbeda yang mencakup formalistik, transformasional, realistis, dan Idealistik yang semuanya mengarah pada perubahan sosiokultural.