Armeida Dwi Ridhowati Madjid
Jurusan Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Variasi Komposisi Eluen pada Isolasi Steroid dan Triterpenoid Alga Merah Eucheuma cottonii dengan Kromatografi Kolom Basah Armeida Dwi Ridhowati Madjid; Dwi Anik Rahmawati; Ahmad Ghanaim Fasya
ALCHEMY:Journal of Chemistry Vol 8, No 1 (2020): ALCHEMY: Journal of Chemistry
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/al.v8i1.10040

Abstract

Steroid and triterpenoid compounds in petroleum ether fractions of red algae Eucheuma cottonii were isolated by slurry column chromatography. Isolation was started with maceration extraction using methanol solvent. The methanol extract was hydrolyzed with HCl 2 N and partitioned using petroleum ether solvent. The presence of steroid and triterpenoid was determined by phytochemical test using Lieberman Burchard reagent. Petroleum ether fraction was separated by slurry column chromatography with the variation of eluent composition n-hexane: ethyl acetate 16:4; 17:3; 18:2. The isolates were monitored by analytical thin-layer chromatography (TLC) and the best result was identified using FTIR. Percent yields of methanol extract and petroleum ether fraction were 11.866% and 8.03%, respectively. The optimum eluent composition in column chromatography for separation was n-hexane : ethyl acetate (18:2) obtained 2 steroid and 3 triterpenoid fractions. FTIR analysis gives information about functional groups of –OH, C=C, C-O, CH2, -C(CH3)2forsteroids and functional groups of –OH, C=O, C=C, CH2, -C(CH3)2 for triterpenoid.Keywords: Eucheuma cottonii, column chromatography, steroid, triterpenoid, variation of eluent composition  Senyawa steroid dan triterpenoid dalam fraksi petroleum eter alga merah Eucheuma cottonii telah diisolasi menggunakan kromatografi kolom basah. Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak pekat metanol dihidrolisis dengan HCl 2 N dan dipartisi menggunakan pelarut petroleum eter. Senyawa steroid dan triterpenoid diuji fitokimia menggunakan reagen Lieberman Burchard. Fraksi petroleum eter dipisahkan menggunakan kromatografi kolom basah variasi komposisi eluen n-heksana:etil asetat dengan perbandingan 16:4; 17:3; dan 18:2. Hasil isolasi dimonitoring menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) analitik. Hasil monitoring yang terbaik diidentifikasi gugus fungsinya menggunakan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak metanol dan fraksi petroleum eter masing-masing sebesar 11,866% dan 8,03%. Pemisahan kolom dengan variasi komposisi eluen n-heksana:etil asetat terbaik adalah 18:2 dengan diperoleh 2 kelompok fraksi steroid dan 3 kelompok fraksi triterpenoid. Hasil analisis FTIR pada isolat steroid memberikan informasi gugus –OH, C=C, C-O, CH2, -C(CH3)2, sedangkan isolat triterpenoid memberikan informasi gugus –OH, C=O, C=C, CH2,-C(CH3)2. Gugus gem dimetil (-C(CH3)2)merupakan ciri khas rantai samping steroid ataupun triterpenoid.Kata kunci: Eucheuma cottonii, kromatografi kolom, steroid, triterpenoid, variasi komposisi eluen
Perbandingan Butiran Kitosan dengan Pengikat Silang Epiklorohidrin (ECH) dan Glutaraldehid (GLA): Karakterisasi dan Kemampuan Adsorpsi Timbal (Pb) Armeida Dwi Ridhowati Madjid; Merpiseldin Nitsae; Akhmad Sabarudin
ALCHEMY:Journal of Chemistry Vol 6, No 1 (2018): ALCHEMY: JOURNAL OF CHEMISTRY
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.544 KB) | DOI: 10.18860/al.v6i1.6790

Abstract

Chitosan was an abundantly available source but it has a drawback which unstable in acid or base. So, it must be added with a crosslinker. In this article, we would compare the using of 2 crosslinkers, glutaraldehyde (GLA) and epichlorohydrin (ECH). Chitosan was formed as bead using tripolyphosphate (TPP). Chitosan beads crosslinked with GLA became browny beads and chitosan beads crosslinked with ECH became pearly white. IR characterization showed peaks in 1640 and 1540 cm-1 represent phosphate contained TPP. There is no significant or unique peak differ GLA chitosan bead from ECH chitosan bead. Adsorption capacity of lead (Pb) in ECH chitosan bead was higher than in GLA chitosan bead. Morphology in SEM characterization exhibited a crinkle GLA chitosan bead then ECH chitosan bead. Kitosan merupakan polimer alam dengan ketersediaan yang meruah tetapi memiliki kelemahan yaitu kurang stabil dalam asam maupun basa sehingga diperlukan pengikat silang. Dalam artikel ini akan dibandingkan dengan penggunaan 2 agen pengikatsilang yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu epiklorohidrin (ECH) dan glutaraldehid (GLA). Untuk pembuatan butiran kitosan digunakan tripolyphosphate (TPP). Setelah menjadi butiran kitosan diikatsilangkan dengan GLA menjadi butiran kitosan yang berwarna kecoklatan dan diikatsilangkan dengan ECH menjadi butiran kitosan bening. Karakterisasi spektrofotometri Infra Merah menunjukkan puncak pada daerah 1640 dan 1540 cm-1 yang merupakan serapan khas dari tripolyphospate sedangkan tidak nampak perbedaan puncak spektra yang signifikan dari butiran kitosan GLA maupun ECH. Kemampuan adsorpsi butiran logam timbal (Pb) butiran kitosan ECH lebih tinggi jika dibandingkan dengan butiran kitosan GLA. Morfologi butiran kitosan dianalisis menggunakan Scanning Electron Morphology (SEM) dan menunjukkan bahwa morfologi untuk butiran GLA memiliki morfologi yang lebih berkerut jika dibandingkan dengan butiran ECH.
Simultan Analisis Kafein dan Asam Klorogenat Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis sebagai Standarisasi Kopi Malang, Mojokerto dan Blitar Madjid, Armeida Dwi Ridhowati
Jurnal Sains Dasar Vol 13, No 2 (2024): Oktober 2024
Publisher : Faculty of Mathematics and Natural Science, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jsd.v13i2.71080

Abstract

Senyawa Kafein dan Asam Klorogenat merupakan senyawa penentu rasa sehingga dapat menjadi standar dari kopi. Analisis Kafein dan Asam Klorogenat pada sampel kopi dilakukan secara simultan atau tanpa dilakukan pemisahan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Serapan kafein dan asam klorogenat pada spektrofotometri UV-Vis tumpang tindih sehingga pengukuran sampel dilakukan pada 2 panjang gelombang maksimum dari masing-masing senyawa. Pada penelitian ini didapatkan 2 persamaan yaitu Al274 = 0,001 Ckafein + 0,0795 Casam klorogenat dan Al325 = 0,001 Ckafein + 0,0795 Casam klorogenat.   Berdasarkan hasil analisis diketahui untuk kadar kafein dari kopi robusta Malang, Blitar dan Mojokerto adalah 7,176 ± 0,016, 8,123 ± 0,068 dan 8,052 ± 0,054 mg/g; sedangkan untuk kadar asam klorogenat adalah 6,847 ± 0,126, 10,748 ± 0,149 dan 10,581 ± 0,061 mg/g.