Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

RE-EVALUATING USER MOTIVATION IN USING ARCHITECTURAL SOFTWARE IN EACH DESIGN PHASE IN INDONESIA Valeryn Horlanso; Angeline Susanto; Hanson Endra Kusuma
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 3 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i3.1051

Abstract

Abstract: Digitalized era has caused design software to develop so rapidly. As a result, architects and designers are offered various choices of design software to choose from, and sometimes designers use different software on different design phases. However, the motivation of choosing a specific software in specific phases is still unknown. Therefore, this paper aims to investigate the frequencies of certain architectural software usage in different design phases, along with the user's motivation in choosing the software. Qualitative method with grounded theory approach are used in the study. Data is then analysed with directed content analysis extracted from software external and internal quality in ISO/IEC 25010:2011. The result of this study reveals that in earlier (exploratory) design phases, media with high efficiency (such as SketchUp) are preferred, and later phases show a significant increase in the need for precision. Efficiency and output suitability are highly valued in architectural visualisation and presentation needs.Abstrak: Era digitalisasi telah menyebabkan software desain berkembang sangat pesat. Akibatnya, arsitek dan desainer disuguhkan dengan berbagai pilihan software desain dan seringkali desainer menggunakan software yang berbeda pada setiap fase desain. Namun, alasan memilih software tertentu dalam fase tertentu masih belum jelas diketahui. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk meneliti frekuensi penggunaan software arsitektur dalam fase desain yang berbeda, sekaligus alasan pengguna dalam memilih software tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Data yang didapat dianalisis dengan directed content analysis dari ISO/IEC 25010:2011. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pada fase desain awal (eksplorasi), media dengan efisiensi tinggi lebih disukai. Sedangkan fase akhir menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kebutuhan kepresisian. Efisiensi dan kesesuaian outputjuga sangat dicari dalam fase visualisasi dan presentasi arsitektur.
RESILIENSI TERHADAP BENCANA BANJIR DAN TOPAN DI KOTA NAGA: PENDEKATAN BUDAYA SEBAGAI SOLUSI DESAIN Angeline Susanto; Ridho Pawenang; Ike Kurniawati; Jody Adhitya; Ropi Darmansyah; Widiyani Widiyani
Tesa Arsitektur Vol 20, No 2: Desember 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v20i2.4591

Abstract

AbstractNatural disasters like floods and hurricanes happens often in Philippines, causing damage to public infrastructure and agricultural land. Naga City, a growing city in Philippines, is no exception. The disaster recovery process is often iterative and works top-down, so that the provided help is only temporary and inefficient. This lack of efficiency is caused by the non- involvement of the community during planning process. The problem can be solved by implementing cultural strategy and community involvement in recovery process to increase community resilience. The local spirit of mutual assistance, bayanihan, is widely spread throughout Naga City’s social culture. The Barangay Hall, a space that serves as administrative office and public space, is where the community gathers. The cultural potential of Naga City’s community is explored to design post-disaster facility. This study aims to find elements of local culture that can be applied in post-disaster building design. Through literature review, this study incorporates bayanihan culture and disaster-resilient building principles to propose a new type of Barangay Hall as a post-disaster facility. This study produced a Barangay Hall design that accommodates activities to improve community-building, providing safe place during emergency, and is independently self-supporting.Keywords: Natural Disasters, Evacuation Center, Resilience, Philippines, Cultural approachAbstrakFilipina sering mengalami bencana alam, seperti banjir dan angin topan, yang mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur publik dan lahan pertanian. Hal ini juga dialami oleh Kota Naga, kota yang sedang berkembang di Filipina. Proses pemulihan pascabencana seringkali dilakukan secara terpusat dan menggunakan pendekatan top-down, sehingga terkadang bantuan yang diberikan hanya beroperasi pada kurun waktu tertentu saja dan selanjutnya terbengkalai. Ketidakefisienan tersebut timbul akibat tidak adanya partisipasi masyarakat dalam proses pemulihan pascabecana. Pendekatan budaya yang melibatkan masyarakat pada proses pemulihan lebih ideal untuk mewujudkan resiliensi masyarakat. Di Kota Naga sendiri, masyarakat memiliki semangat gotong-royong yang kuat, yang disebut bayanihan. Budaya masyarakat tersebut tercermin dalam tipologi bangunan khas lokal, Barangay Hall, yang berfungsi sebagai kantor administrasi dan tempat kegiatan komunal. Pada studi ini, potensi budaya Kota Naga akan dieksplorasi untuk merancang fasilitas pascabencana berupa bangunan pusat evakuasi. Melalui kajian literatur, studi ini memasukkan budaya bayanihan dan prinsip-prinsip bangunan tanggap bencana untuk mengusulkan tipologi Barangay Hall yang baru sebagai fasilitas pascabencana.  Studi ini menghasilkan perancangan Barangay Hall yang mewadahi kegiatan komunitas untuk meningkatkan kerja sama masyarakat, memberikan tempat yang aman untuk berlindung saat evakuasi, serta mampu mendukung keberlanjutan bangunan dan lingkungan secara mandiri.