Syamsu Syauqani, Syamsu
Fakultas Syari’ah IAIN Mataram

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Tafsir Al-Kasysyaf, Defense of Al-Zamakhshari Against the Mu'tazilites Dikla, M. Fathi; Syauqani, Syamsu; Fatmawati, Fatmawati
Edumaspul: Jurnal Pendidikan Vol 8 No 1 (2024): Edumaspul: Jurnal Pendidikan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33487/edumaspul.v8i1.7751

Abstract

Lokus dan waktu sebuah karya tulis dibuat sangat berpengaruh terhadap karya tulis itu sendiri. Aspek subjektifitas akan banyak terjadi, termasuk dalam penyusunan kitab tafsir. Setelah periode nabi, sahabat, tabi’in dan setelahnya, periode tafsir memasuki masa afirmatif, yaitu penafsiran al-Qur’an sebagai justifikasi sekte atau mazhab, tidak murni keilmuan dan penggalian makna ayat. Kitab tafsir Al-Kasysyaf karya Imam Al-Zamakhsyari adalah salah satu kitab tafsir yang lahir pada periode afirmasi ini dan menurut penelitian yang sudah banyak dilakukan sangat tendensius sekali penafsiran yang dilakukan Al-Zamakhsyari, terutama keras dan vulgarnya pembelaannya terhadap sekte teologis Mu’tazilah. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka dan melakukan analisis secara langsung kitab tafsir Al-Kasysyaf terhadap beberapa ayat yang ditafsirkan Al-Zamakhsyari yang kental terlihat keberpihakannya terhadap teologi Mu’tazilah dan mazhab fiqih Hanafi, seperti ketidakberterimaan Al-Zamakhsyari terhadap ayat-ayat tajassum. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaruh latar keilmuan, sosio-historis, aliran teologis, mazhab fiqih yang dianut Al-Zamakhsyari sangat berpengaruh terhadap penafsiran yang dilakukannya, dan sangat kental terlihat pembelaannya terhadap –terutama- sekte Mu’tazilah yang saat itu berkuasa. Jika ayat Al-Qur’an sejalan dengan paham Mu’tazilah, ia mengkategorikan ayat itu ayat muhkamat, dan jika tidak sesuai, ia kelompokkan ayat itu menjadi mutasyabihat. Pembelaan itu sangat dipengaruhi oleh ushul al-khamsah-nya Mu’tazilah yang bertentangan dengan paham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah. Salah satu aspek yang sangat kentara adalah negasi sifat-sifat Allah seperti sifat-sifat yang mirip dengan sifat-sifat manusia seperti melihat, mendengar, berkata, dan sebagainya. Al-Zamakhsyari secara tegas menolak tajassum terhadap sifat-sifat Allah, karena Allah menurutnya tidak boleh disifati seperti sifat makhluk.
ORIENTALISME DALAM KAJIAN HADIS: Telaah Historis, Ruang Lingkup, dan Pemikiran Kaum Orientalis terhadap Tradisi Hadis Nabi Wahyuddin, Indra; Syauqani, Syamsu
DIRAYAH : Jurnal Ilmu Hadis Vol. 5 No. 02 (2025): DIRAYAH: Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62359/dirayah.v5i2.522

Abstract

This study discusses orientalism in the context of hadith studies by highlighting the historical aspects, scope, and thoughts of orientalists towards the Prophetic tradition of hadith. The involvement of orientalists i.e. Western scholars researching Islam has created its own dynamics in the study of hadith, especially in terms of authenticity, transmission and narration methodology. This study aims to explore the background of the emergence of orientalism, understand the frame of mind of the orientalists, and analyze their approaches in understanding the Prophetic traditions. Historically, orientalism emerged as a response to the Western world's interest in the East, which later developed into a systematic study of various aspects of Islamic civilization, including hadith. Orientalists such as Ignaz Goldziher, Joseph Schacht and others have criticized the validity of the hadith, which are considered to be more influenced by political and social dynamics rather than coming directly from the Prophet Muhammad. In their scope, orientalist studies of hadith were not only limited to sanad criticism but also included an analysis of the sociological, historical and cultural context in which the hadith developed. These ideas have had a significant impact in the academic world, both constructive and controversial. This study uses a qualitative approach with a library research method, in order to present a comprehensive review of orientalist narratives in hadith studies. It is hoped that this study can provide an objective critical perspective on the contributions and challenges offered by orientalism in understanding hadith as one of the main sources of Islamic teachings.  
MENELISIK DIMENSI KONTEMPORER DARI TAFSIR AL MANAR KARYA MUHAMMAD ABDUH DAN MUHAMMAD RASYID RIDHA Afifi, Mansur; Syauqani, Syamsu
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 9 No 01 (2024): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v9i01.5862

Abstract

Kehadiran Al-Qur’an dalam bentuk tertulis (teks) memberikan peluang terjadinya perbedaan pemahaman terutama oleh pembacanya. Perkembangan situasi dan perubahan kondisi masyarakat di mana tantangan dan persoalan kehidupan sosial yang dihadapi makin kompleks dan rumit memunculkan berbagai ide, metode, dan pendekatan untuk menafsirkan Al-Qur’an. Tafsir Al Manar kemudian muncul sebagai tanggapan atas berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dan sekaligus membawa pembaharuan pemikiran keislaman. Melalui corak penafsiran adabul ijtima’i (sosial budaya kemasyarakatan) sebagai salah satu ciri tafsir kontemporer Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha menyajikan pemahamannya atas ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan akal pikiran dan mengkontekstualisasikannya dengan kondisi sosial masyarakat di zamannya. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif dan analisis isi (content analysis) artikel ini membedah tafsir Al Manar dan mengkritisi beberapa hasil penafsirannya. Data yang digunakan diperoleh dari studi kepustakaan berupa buku, jurnal, dan artikel dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tafsir Al Manar lebih menekankan tafsirannya berlandaskan akal dan mengkontekstualisasikannya dengan kondisi sosial masyarakat. Selain itu, ditemukan beberapa inkonsistensi dalam penafsirannya terutama disebabkan oleh komitmen penafsir yang kuat dalam menerapkan pembuktian secara logika.