Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Profil Spesies Candidapada Pasien Kandidiasis Oral dengan Infeksi HIV&AIDS Walangare, Tewu; Hidayat, Taufiq; Basuki, Santosa
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol 26, No 1 (2014): BIKKK APRIL 2014
Publisher : Faculty Of Medicine Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.055 KB) | DOI: 10.20473/bikkk.V26.1.2014.1-7

Abstract

Latar belakang:Sampai saat ini di Indonesia keberadaan spesies Candida non-albicanssebagai penyebab Kandidiasis Oral pada pasienHIV&AIDS belum banyak diteliti. Spesies ini dapat menyebabkan masalah pada penatalaksanaanya.Tujuan: Mengetahui profil spesies Candidadan jumlah sel CD4 pada pasien kandidiasis oral dengan infeksi HIV&AIDS Metode:Desain penelitian adalah deskriptif observasional potong lintang. Penelitian dilakukan selama tigabulan mulai Juli2012 di RSUD Dr.Saiful Anwar Malang. Sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan pasien didapatkan jumlah sampel sebesar dua puluh tujuhsubjekpenelitian yang terdiri dari delapan belas pria dan sembilan wanita. Identifkasi spesies Candidadengan tigametode yaitu kultur Cornmeal Tween80, uji fermentasi karbohidrat, dan kultur media CHROMagar Candida. Penentuan jumlah sel CD4 dengan metode flowcytometri.Hasil: Ditemukan spesies C. albicans88,8%,C.glabrata 7,4%, dan C.tropicalis 3,8%. Perbandingan C.albicansdan C. non-albicanssebesar 8:1. Jumlah sel CD4 pada rentang 1-285 sel/mm3. Jumlah sel CD 4 terbanyak pada kelompok < 200 sel/mm3 85,2%diikuti kelompok CD4 200-350 sel/mm3 14,8%. Jenis Spesies pada kelompok CD4 < 200 sel/mm3 adalah C.albicans, C.glabarata, dan C.tropicalis. Kelompok CD4 200-350 sel/mm3 spesies C.albicansdan C.glabrata.Simpulan: Pada penelitian ini C.albicansmerupakan spesies terbanyak yang ditemukan pada pasien Kandididasis oral dengan infeksi HIV&AIDS. Kata Kunci:kandidiasis oral, spesies Candida, HIV&AIDS.
Peran Vitamin E pada Kulit Devitasari, Rizky; Basuki, Santosa
Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan Vol 1 No 2 (2022): Edisi Februari
Publisher : RSUD Dr. Saiful Anwar Province of East Java

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1368.926 KB) | DOI: 10.11594/jk-risk.01.2.6

Abstract

Vitamin E memiliki banyak fungsi bagi tubuh manusia. Peran vitamin E pada kulit meliputi sebagai antioksidan, menjaga kelembapan kulit, perlindungan terhadap sinar matahari, serta proses penyembuhan luka. Sumber dari vitamin E dapat diperoleh dari minyak nabati, kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan susu. Kekurangan vitamin E dapat diakibatkan oleh asupan makanan atau gangguan absorpsi. Gangguan absorpsi dari lemak seperti keadaan cystic fibrosis, Crohn’s disease, dapat menimbulkan defisiensi dikarenakan pembawa dari vitamin E adalah lemak. Hal ini juga dapat mempengaruhi fungsi proteksi membrane sel terhadap radikal bebas sampai dengan pengaruh pada sistem organ. Terapi vitamin E dapat berupa topikal dan sistemik. Vitamin E topikal yang digunakan sebagai komponen produk kulit memiliki efek antiproliferatif dan antiinflamasi dan pada konsentrasi antara 2 sampai 20%. Vitamin E dalam bentuk oral adalah D-α tokoferol, dengan dosis oral antara 50 IU dan 1000 IU per hari.
Laporan Kasus: STEVENS-JOHNSON SYNDROME-TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS OVERLAP PADA ANAK KARENA OBAT CACING ORAL Puspitasari, Galuh Dyah; Ekasari, Dhany Prafita; Basuki, Santosa
Majalah Kesehatan Vol. 11 No. 2 (2024): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2024.011.02.7

Abstract

Stevens-Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang dapat mengancam jiwa. Kejadian SJS/TEN jarang terjadi pada anak-anak dan salah satu etiologi terbanyak adalah obat-obatan seperti antibiotik, antiepilepsi, dan antipiretik. Kasus SJS/TEN karena obat cacing sangat jarang dilaporkan. Laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan wawasan bahwa SJS/TEN dapat terjadi pada anak-anak, dengan etiologi yang sangat beragam salah satunya adalah obat cacing, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan, menegakkan diagnosis serta memberikan penanganan yang tepat. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan ruam merah keunguan dengan lepuh menyebar di seluruh tubuh dan erosi ditutupi keropeng merah kehitaman di bibir, kemaluan dan dubur sejak lima hari terakhir. Tidak ada riwayat konsumsi obat sebelumnya selain albendazole yang diminum pasien tiga minggu sebelumnya. Pemeriksaan dermatologis menunjukkan makula dan patch dusky red, multipel, disertai bula dinding kendur, berisi cairan bening, beberapa bula ruptur meninggalkan erosi dengan dasar eritematosa dan epidermal detachment dengan Nikolsky sign dan Asboe Hansen sign yang positif. Hasil pemeriksaan serologis infeksi virus herpes simpleks menunjukkan hasil negatif. Pasien didiagnosis dengan Stevens-Johnson Syndrome-Toxic Epidermal Necrolysis overlap diduga karena albendazole dengan luas lesi mencapai 22%. Lesi kulit dan perbaikan klinis pasien tampak signifikan setelah menjalani perawatan di Burn Care Unit selama 13 hari, metilprednisolon 10 mg per 8 jam, dan terapi suportif lainnya. Kesimpulannya, diagnosis dan pengobatan cutaneous ADRs (cADRs) pada anak-anak menantang karena beberapa alasan, terutama karena anak-anak lebih sering terinfeksi virus dibandingkan dengan orang dewasa.