Retno Dwimarwati
Pascasarjana Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Identitas Mamanda Banjarmasin Dalam Sejarah Teater Tradisional Di Kalimantan Selatan (1970 - 2022) Aminuddin Aminuddin; Een Herdiani; Retno Dwimarwati
PANTUN: Jurnal Ilmiah Seni Budaya Vol 7, No 2 (2022): Keragaman Seni Tradisional & Media Baru
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/pantun.v7i2.2222

Abstract

Mamanda Theatre is a traditional South Kalimantan theatre which has existed since 1897. This study aims to explain the history and identity of Banjarmasin version of Mamanda in South Kalimantan from 1970-2021. The historical method was used to collect data which was analyzed using Stuart Hall cultural identity approach. The concept of cultural identity is formulated as a process of being (internal factors) and as a process of becoming (external factors). Internal factors can be seen in the innovations and adaptations combining Mamanda Periuk and Tubau, as well as the creations on the use of modern theatre elements in the performances. The external factor is the demand from the community, especially in Banjarmasin, to package Mamanda’s performances in a short duration, and in terms of content highlight humor and up-to-date plays. In its development, Mamanda Theatre in Banjarmasin has been more dominated by the structure of modern theatre performances. These elements of modern theatre enable Mamanda in Banjarmasin, which was previously a traditional theatre, to develop into a popular theatre.Keywords: History, Identity, Mamanda, theatre. ABSTRAKTeater Mamanda merupakan teater tradisional khas Kalimantan Selatan yang sudah ada semenjak tahun 1897. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplanasi sejarah dan identitas Mamanda versi Banjarmasin di Kalimantan Selatan dari tahun 1970-2021. Menggunakan metode sejarah dan teori identitas budaya Stuart Hall yaitu identitas budaya sebagai sebuah wujud (faktor internal) dan identitas budaya sebagai proses menjadi (faktor eksternal). Faktor internal, inovasi yang telah dilakukan adalah hasil adaptasi yang menggabungkan Mamanda Periuk dan Tubau, dan kreasi yang telah dilakukan adalah mengadaptasi unsur-unsur teater modern. Sedangkan faktor eksternal, permintaan masyarakat terutama di Banjarmasin menjadikan Mamanda memiliki durasi pendek, menonjolkan humor, dan cerita lakon yang kekinian, sedangkan perkembangan zaman yang terjadi menjadikan Mamanda di Banjarmasin berkembang menjadi lebih modern dalam segi kemasan. Unsur-unsur teater modern tersebut yang kemudian menjadikan Mamanda di Banjarmasin yang sebelumnya merupakan teater tradisional kemudian berkembang menjadi teater populer. 
Rekayasa Budaya dalam Pertunjukan Teater Musikal “Kabayan Metropolitan” Chandra Jumara Mukti; Retno Dwimarwati; Yanti Heriyawati
PANTUN: Jurnal Ilmiah Seni Budaya Vol 7, No 2 (2022): Keragaman Seni Tradisional & Media Baru
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/pantun.v7i2.1992

Abstract

 Cultural engineering is currently growing, especially in the performing arts. Innovations and creations will continue to be explored so that various discoveries emerge. Art itself is dynamic, art can be collaborated with various disciplines, especially in an era that is increasingly sophisticated in technology, every work of art can grow. A work must be clearer and the meaning in the work can be conveyed to the audience through innovation and collaboration. Today's digital media can be used for the development of performing arts. Musical theater is a form of theater that combines song, speech dialogue, acting, and dance. Emotional content – humor, sadness, love, anger – and stories are communicated through words, music, movement, and the technical aspects of entertainment as a whole.Keywords: Cultural Engineering, Musical Monologue, Theatre ABSTRAKRekayasa budaya sekarang ini semakin berkembang, khususnya dalam seni pertunjukan. Inovasi dan kreasi akan terus tergali sehingga berbagai penemuan akan bermunculan. Di dalam seni itu sendiri bersifat dinamis, seni sangat bisa di kolaborasikan dengan berbagai macam disiplin ilmu, apalagi di zaman sekarang teknologi semakin canggih, setiap karya seni bisa lebih berkembang lagi. Suatu karya seharusnya akan semakin jelas dan makna didalam karya tersebut bisa tersampaikan kepada penonton melalui inovasi dan kolaborasi. Media digital zaman sekarang bisa dimanfaatkan untuk perkembangan seni pertunjukan. Teater musikal adalah bentuk teater yang menggabungkan lagu, dialog ucapan, akting, dan tarian. Konten emosionalnya – humor, pathos, cinta, kemarahan – serta ceritanya dikomunikasikan melalui kata-kata, musik, gerakan dan aspek teknis hiburan sebagai satu kesatuan utuh.