Rabia Zakaria
Jurusan Kebidanan, Politeknik Kesehatan Gorontalo

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KONSELING KELOMPOK SEBAYA HUMANISTIK SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN ASERTIVITAS REMAJA Citra Puspita Putri; Rabia Zakaria; Siti Choirul Dwi Astuti
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 6, No 5 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v6i5.10763

Abstract

Abstrak: Pengaruh teman sebaya memiliki peran yang sangat besar pada seorang anak yang menginjak usia remaja. Banyak remaja yang takut tidak memiliki teman oleh karena itu, remaja membutuhkan suatu keterampilan sosial yaitu asertivitas untuk menolak pengaruh negatif yang berasal dari lingkungan. Salah satu prosedur yang dapat dilakukan untuk mengajarkan asertivitas yaitu dengan melalui beberapa jam pembekalan. Pemberian pembekalan asertivitas dapat membantu mengurangi kecenderungan kenakalan remaja akibat pengaruh negatif yang berasal dari teman sebaya. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan asertifitas remaja telah terlaksana dengan baik dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah kecamatan dan Puskesmas Kabila. Metode pelaksanaan yaitu penyuluhan tentang kecerdasan majemuk dan sosialisasi 10 kompetensi (kesadaran diri, empati, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis, berfikir kreatif, komunikasi efektif, hubungan interpersonal, pengendalian emosi dan mengatasi stress). Hasil yang telah dicapai yaitu terbenduknya forum peduli kesehatan desa untuk memberikan dukungan berupa moril, finansial dan material seperti kesepakatan tentang bantuan yang akan diberikan berupa dana, tempat penyelenggaraan dan peralatan Serambi Remaja Humanistik.Abstract: The influence of peers has a very big role in a child who is in his teens. There is a lot of pressure faced from peers, such as seduction, invitation, even coercion to do something that is not desired or inappropriate. In this case, many teenagers do not dare or hesitate to say "no" for reasons of fear of not having friends, fear of being hostile, or fear of being considered uncool. Therefore, adolescents need a social skill, namely assertiveness to reject negative influences that come from the environment. One of the procedures that can be done to teach assertiveness is by going through several hours of debriefing. The provision of assertiveness can help reduce the tendency of juvenile delinquency due to negative influences from peers. The purpose of this activity is to refresh the Youth Posyandu to become a Humanistic Teen Porch through assertiveness debriefing to improve humanism in youth groups in Kabila District, Bone Bolango Regency. The target of this activity is youth in the age range of 10-18 years.
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI USIA 6 - 24 BULAN DENGAN PENDEKATAN HUMANIS MELALUI TEKNIK BABY MASSAGE Margaretha Gani; Citra Puspita Putri; Rabia Zakaria; Nurhidayah Nurhidayah; Yusni Podungge; Juli Gladis Claudia
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 2 (2023): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i2.13045

Abstract

Abstrak: Baby Massage adalah terapi sentuh tertua dan terpopuler di dunia dan merupakan bentuk intervensi dini yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Di Indonesia, pemijatan bayi di masyarakat dilakukan oleh dukun bayi, dimana hal tersebut hanya dilakukan pada saat bayi sakit. Pijat bayi optimal sebagai perangsang tumbuh kembang jika dilakukan secara teratur, saat sehat dan tidak sakit. Tujuan dari pengabmas ini adalah untuk menginformasikan dan mengedukasi masyarakat terutama ibu bayi tentang pijat bayi untuk bayi di atas 3 bulan sehingga mereka dapat melakukan sendiri pijat bayi untuk anaknya serta mencegah kejadian stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk anak usia 6-24 bulan dengan pendekatan humanistik menggunakan teknik pijat bayi. Tahapan kegiatan terdiri dari (1) pembukaan kegiatan; (2) pemeriksaan antropometri; (3) Pemutaran video baby massage; (4) Pelaksanaan baby massag; dan (5) Penutupan dan Evaluasi. Hasil yang dicapai yaitu 21 bayi dengan usia 6-24 bulan telah diberikan teknik baby massage yang dilihat langsung oleh orang tua bayi.Abstract: Baby Massage is the oldest and most popular touch therapy in the world and is a very important form of early intervention to support children's growth and development. In Indonesia, baby massage in the community is performed by traditional birth attendants, where this is only done when the baby is sick. Baby massage is optimal as a growth and development stimulant if it is done regularly, when healthy and not sick. The purpose of this community service is to educate the community, especially baby mothers, about baby massage for babies over 3 months so that they can do baby massage for their children themselves and prevent stunting in the first 1000 days of life (HPK) for children aged 6-24 months with a humanistic approach using baby massage techniques. The stages of the activity consist of (1) the opening of the activity; (2) anthropometric examination; (3) the screening of the baby massage video; (4) the implementation of the baby massage; dan (5) Closing and Evaluation. The results achieved were 21 babies aged 6-24 months who were given baby massage techniques which were directly watched by the baby's parents.
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN DETEKSI ANEMIA PADA REMAJA MELALUI PERAN KARANG TARUNA DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING Puspita Sukmawaty Rasyid; Rabia Zakaria; Ade Zakiya Tasman Munaf; Nurhidayah Nurhidayah
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 3 (2023): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i3.14583

Abstract

Abstrak: Remaja adalah kelompok usia yang berperan dalam upaya pencegahan stunting. Kejadian kehamilan remaja yang semakin tinggi menjadi salah satu faktor penyebab tingginya kejadian stunting. Hasil observasi menunjukkan kurangnya peran karang taruna dalam mencegah stunting pada remaja sehingga perlu pendampingan untuk memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam mendampingi remaja agar terhindar dari stunting. Metode kegiatan pengabdian adalah pendampingan remaja sejumlah 50 orang oleh mitra yaitu karang taruna sejumlah 15 orang, terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pertama memberikan edukasi dan sosialisasi pencegahan stunting, persiapan kehamilan sehat, pentingnya Tablet Tambah Darah (TTD), cara mengkonsumsi, demonstrasi deteksi anemia, pemeriksaan Hb pre intervensi. Tahap pertama juga dilakukan pretest dan posttest pada remaja. Tahap 2, pemantauan remaja oleh karang taruna dengan pendampingan tim pengabmas dan tahap 3, pemeriksaan Hb post intervensi. Hasil yang diperoleh terdapat peningkatan pengetahuan dengan kategori baik sebesar 28%, peningkatan kadar Hb sebesar 28% dan adanya kemandirian remaja dalam mendeteksi anemia dan mengkonsumsi TTD.Abstract: Adolescents are a critical age group in efforts to prevent stunting. The increasing incidence of adolescent pregnancy is one of the contributing factors to the high incidence of stunting. Observations have shown that youth organizations have limited roles in preventing stunting among adolescents. Therefore, guidance is necessary to improve their knowledge and skills to prevent stunting. This study employed a community engagement approach, involving guiding 50 adolescents by a partner organization comprising 15 members in three stages. The first stage included education and socialization on preventing stunting, healthy pregnancy, the importance of Iron-Folic Acid (IFA) supplementation, demonstrating anemia detection, and conducting Hb pre-intervention tests, as well as pre and post-tests for the adolescents. The second stage involved monitoring by the youth organization and outreach team, and in the third stage, post-intervention Hb testing was conducted. Results indicated a significant improvement in knowledge by 28%, increased Hb levels by 28%, and increased self-reliance among adolescents in detecting anemia and consuming IFA.