The presence of feminist theology has shaken both the church and the general public. They assume that many men occupy positions and positions that are "more" than women, both in church, state and community organizations. Feminism was originally in the form of a "movement" turned into a "theological teaching" which interprets the contents of the Bible by strengthening and directing the existence of women, where this paradigm is different from the interpretation in general as a set of axioms. So this paper aims to highlight the feminist theological paradigm in terms of biblical provisions, by looking at and understanding empirically and biblical teachings. The writing method in this article is descriptive qualitative research with the field of contextual theology. The results of this study are first, women avoid the issues that raise that men are more powerful and or masters than women and women servants. Second, feminist theology will not be formed if women understand God's heart through the Word of God in the Bible. Third, the feminist movement has had a positive influence by opening the eyes of not only men but also women, that society needs this gender participation. Hadirnya teologi feminis cukup menggoncangkan gereja dan masyarakat umum. Mereka beranggapan orang laki-laki banyak menempati posisi dan kedudukan yang “lebih” dari perempuan, baik dalam organisasi gereja, Negara, dan masyarakat. Feminis awalnya berbentuk “gerakan” berubah menjadi “ajaran teologi” dimana menafsir isi Alkitab dengan menguatkan dan mengarahkan pada eksistensi perempuan, dimana paradigma ini berbeda dengan penafsiran pada umumnya sebagai ketetapan aksioma. Maka tulisan ini bertujuan menyoroti paradigma teologi feminis dari segi ketetapan Alkitab, dengan melihat dan memahami secara empiris dan ajaran Alkitab. Metode penulisan pada artikel ini adalah penelitian kualitatif deskripsi dengan bidang kajian teologi kontekstual. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, perempuan menghindari dari isu-isu yang membesarkan bahwa laki-laki lebih berkuasa dan atau tuan dari perempuan dan perempuan hamba. Kedua, teologi feminis tidak akan terbentuk apabila perempuan memahami hati Tuhan melalui firman Tuhan Alkitab. Ketiga, gerakan feminis telah memberikan pengaruh positif dengan membuka mata tidak hanya laki-laki tetapi juga perempuan, bahwa masyarakat membutuhkan partisipasi gender ini.