Kukuh Purwidhianto
Universitas Kristen Duta Wacana

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Ibadah Intergenerasi dan Motivasi Beribadah Di Tengah Tantangan Bergereja Secara Individualistik Dan Konsumeristik Kukuh Purwidhianto
KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen Vol. 3 No. 2 (2022): Kamasean: Jurnal Teologi Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/kamasean.v3i2.174

Abstract

This article wants to show that intergenerational worship is not just a technical matter of combining all generations into one worship. Moreover, intergenerational worship contains a depth of biblical, theological, philosophical values ​​and has a function as a space to process and learn about Christian values ​​(understanding). Through intergenerational worship, church members from all generations learn (process) to build the right motivation in worship. The main thing is not about receiving but giving, even giving the best for God. Intergenerational worship emphasizes the collectivity, not personality. Not just competing to pursue desires (consumptive) and satisfaction (individualistic) themselves and generation groups, on the contrary, it encourages each generation to be more open, humble and willing to learn from each other. Intergenerational worship is also a learning space to reconcile tensions, erode competition (competition) and the tendency to dominate between generations. Abstrak: Artikel ini ingin menunjukkan bahwa ibadah intergenerasi bukan sekadar persoalan teknis menggabungkan seluruh generasi ke dalam satu ibadah. Lebih dari itu ibadah intergenerasi mengandung kedalaman nilai-nilai biblis, teologis, filosofis dan memiliki fungsi sebagai ruang berproses dan belajar tentang nilai-nilai (pemahaman) kristiani. Melalui ibadah intergenerasi, warga gereja dari semua generasi belajar (berproses) membangun motivasi yang tepat dalam beribadah. Yang utama bukan tentang menerima melainkan memberi, bahkan memberi yang terbaik untuk Tuhan. Ibadah intergenerasi menitiktekankan pada aspek kolektivitas bukan personalitas. Bukan sekadar berlomba-lomba mengejar keinginan (konsumtif) dan kepuasan (individualistik) diri serta kelompok generasi, sebaliknya mendorong setiap generasi makin terbuka, rendah hati dan mau saling belajar satu sama lain. Ibadah intergenerasi juga menjadi ruang belajar medamaikan ketegangan, mengikis persaingan (kompetisi) maupun kecenderungan mendominasi antar generasi satu terhadap yang lain.
Membangun Kesadaran Misi Multikultural: Studi Kasus Pertimbangan Orang Tua dalam Pemilihan Sekolah Anak Chong Lindawati; Kukuh Purwidhianto; Ove Oktarian Purba; Costantinus Ponsius Yogie Mofun
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 1 (2023): Oktober 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v8i1.896

Abstract

Abstract. Segregation that is getting harder in society is the reality in this country. The family as the smallest unit deserves to get attention to reject segregation and build a peaceful relationship. The role of parents in choosing their children's school is the starting point of this paper to build a positive response in the context of diversity in this country. The information obtained in the research was examined using the Tripolar Typology, introduced by Alan Race, which will also be discussed with other research results and thoughts. This study concluded that the need to develop a theology of religions that goes beyond exclusivism, inclusivism and pluralism is an urgent need today. Hospitality paves the way for strangers, even enemies, to become friends.Abstrak. Segregasi yang makin mengeras di tengah masyarakat adalah realitas nyata di negeri ini. Keluarga sebagai unit terkecil patut mendapatkan perhatian dalam upaya menolak segrerasi dan membangun sebuah relasi damai. Peran orang tua dalam pemilihan sekolah anak menjadi titik tolak tulisan ini dalam rangka membangun sikap positif di tengah konteks keberagaman di negeri ini. Informasi yang diperoleh dalam penelitian dikaji dengan menggunakan Tipologi Tripolar, yang diperkenalkan Alan Race, yang juga akan didialogkan dengan hasil penelitian serta kontribusi pemikiran lainnya. Kajian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kebutuhan untuk membangun teologi agama-agama yang melampaui eksklusivisme, inklusivisme dan pluralisme adalah kebutuhan mendesak pada masa kini. Hospitalitas berperan membuka jalan bagi orang asing, bahkan musuh, dapat berubah menjadi teman.