Chairun Nisa Fadillah
universitas islam negeri sunan kalijaga yogyakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Kurikulum Merdeka Dalam Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Chairun Nisa Fadillah; Hibana Yusuf
JURNAL BUNGA RAMPAI USIA EMAS Vol 8, No 2: Desember 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbrue.v8i2.41596

Abstract

Analisis Belajar Mandiri Kurikulum Merdeka Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Jenjang satuan pendidikan termasuk PAUD sudah mulai mencerminkan kebebeasan kurikulum merdeka.. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum baru, perlu dipahami bahwasanya tidak mudah untuk menyusun kurikulum baru bagi satuan pendidikan. Pendidik sering mengalami polemic akibat hal ini ketika kurikulum diubah. Namun, belum semua lembaga pendidikan anak usia dini menerapkan kurikulum merdeka mengingat masih perlunya pengetahuan dan penyusunan serta pengimplementasian kurikulum merdeka. Oleh sebab itu peneliti ingin menjelaskan tentang teori-teori dan peraturan yang ada pada kurikulum merdeka. Tujuan dari penelitian ini adalah memahai konsep belajar mandiri dan struktur kurikulum merdeka pada pendidikan anak usia dini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualittatif. Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu melalui jurnal-jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan kurikulum merdeka pada pendidikan anak usia dini. Dengan menggunakan teknik analisis data, peneliti menggambarkan dengan tepat apa yang mereka temukan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa gagasan belajar mandiri Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kompatibel dengan kurikulum merdeka. Kerangka dasar untuk penyusunan dan struktur kurikulum harus diperhatikan dengan seksama dalam membuat kurikulum merdeka. Pofil pelajar pancasila dalam kurikulum merdeka meliputi: a) bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b) mandiri; c) bekerja sama dengan orang lain; d) keberagaman global; e) penalaran kritis; dan f) inovatif dan kreatif. Melalui struktur kurikulum, prinsip pembelajaran, penilaianm dan hasil belajar, kurikulum merdeka telah mengacu pada standar acuan Standar Nasional Pendidikan. Kegiatan intrakurikuler yang dimasukkan ke dalam kurikulum merdeka berfungsi untuk meningkatkan profil pelajar pancasila. Selain itu, terdapat capaian pembelajaran yang harus dipenuhi dalam kaitannya dengan tiga aspek: nilai-nilai agama dan karakter, identitas diri, serta dasar-dasar literasi dan STEAM (sains, teknologi, teknik, seni dan matematika).
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI GURU LAKI-LAKI PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Chairun Nisa Fadillah; Nur Cahyati Ngaisah
Bunayya Vol 9, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/bunayya.v9i1.16885

Abstract

Dalam pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini, kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan memainkan peran penting, proporsi guru laki-laki dan perempuan penting karena guru berperan sebagai orang tua anak selama anak berada di sekolah. Dengan begitu, artikel ini memberikan gambaran persepsi masyarakat terhadap guru PAUD laki-laki. Penelitian ini menggunakan penelitian kualittaif, dimana objek dideskripsikan secara holistik dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Penelitian ini mengandalkan sumber data primer dan skunder. Respon angket dari informan dijadikan sebagai sumber data primer, sebaliknya berbagai jurnal terkait penelitian berfungsi sebagai sumber data skunder. Angket dan dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Teknik analisis data juga digunakan untuk memastikan pola analisis sesuai dengan data yang diambil. Hasil temuan penelitian, persepsi masyarakat terhadap guru PAUD laki-laki sangat bervariasi, sebagian masyarakat menerima keberadaan guru PAUD laki-laki dan sebagian lainnya menolak.
PERSEPSI GURU PAUD TENTANG PENTINGNYA PELATIHAN KURIKULUM MERDEKA Chairun Nisa Fadillah; Munawarah Munawarah; Reza Aulia
Jurnal Dedikasi Pendidikan Vol 7, No 2 (2023): Juli 2023
Publisher : Center for Research and Community Service (LPPM) University of Abulyatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30601/dedikasi.v7i2.3723

Abstract

For curriculum development and classroom implementation to be successful, teachers must be fully supported. The process of developing and implementing the curriculum is very dependent on the teacher, for this reason all teachers must receive ongoing training in order to increase their professionalism and understanding of the applicable curriculum. In this study, an interactive qualitative data analysis model was used which was adopted from a qualitative descriptive research method where the researcher collected data repeatedly so that the results obtained were more accurate. This research was conducted in one of the private PAUD schools in the Aceh Tamiang area with the subject being teachers who had attended independent learning training. The findings obtained from this research are that teachers are very enthusiastic to be able to understand the concepts in the independent curriculum so that they can apply them in classroom learning. Teachers feel very responsible for implementing this independent curriculum in the learning process because teachers play a very important role in the development and implementation of the curriculum in schools. Based on this research, it can be concluded that the independent curriculum makes students more free to learn and develop themselves. The independent curriculum is also more interactive, providing opportunities for students to explore their insights. Therefore the teacher becomes a vital facilitator in exploring, overseeing and leading the development of students' skills. Independent curriculum training is the main medium for aligning perceptions regarding the principles and objectives of implementing the curriculum, so that a truly independent learning climate will be created and students will have strong resilience in studying or constructing problem solving