Arif Mustofa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Pacitan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TRANSFORMASI CERITA ENDANG RARA TOMPE DALAM PERTUNJUKAN KETHEK OGLENG PACITAN Arif Mustofa; Agoes Hendriyanto; Bakti Sutopo
Widyaparwa Vol 49, No 1 (2021)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.659 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v49i1.294

Abstract

 This research aims to: 1) describe the plot of Endang Roro Tompe story and Kethek Ogleng performance art; 2) describe the transformation process of Endang Roro Tompe story into Kethek Ogleng performance art. The data were collected by these four steps: 1) observing Kethek Ogleng performance art, 2) recording the video and audio of Endang Rara Tompe’s story ; 3) describing the video recording based on the performance and transcribing the audio recording of Endang Roro Tompe. The result shows that Kethek Ogleng performance art is influenced by the plot of Panji Endang Rara Tompe. However, in the whole story, the performance only takes several scenes: The monkey comes, the monkey meets Endang Rara Tompe, the monkey falls in love with Endang Rara Tompe, and the monkey leaves back to the kingdom. There are two changing patterns from Endang Rara Tompe’s hypogram into Kethek Ogleng performance art. The first change deals with the cut of scenes. Kethek Ogleng performance art only explains the end of Endang Rara Tompe’s story. The story of Jenggala Kingdom is omitted in Kethek Ogleng performance art. The second is changing the main character. The author changes the main character from Dewi Sekartaji into Panji Asmarabangun or the monkey.Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menghasilkan deskripsi pola alur Cerita Endang Rara Tompe dan pertunjukan Kethek Ogleng; 2)menghasilkan deskripsi proses transformasi dari Cerita Endang Rara Tompe ke pertunjukan Kethek Ogleng. Data dikumpulkan dengan cara: 1) pengamatan pertunjukan Kethek Ogleng; 2) perekaman  video pertunjukan Kethek Ogleng dan perekaman audio cerita Endang Rara Tompe; 3) pendeskripsian struktur pertunjukan pertunjukan; pentranskripsian hasil rekaman cerita Endang Rara Tompe. Analisi data dilakukan dengan cara 1) menyusun struktur pertunjukan (visual) Kethek Ogleng; 2) menyusun struktur cerita (lisan) Endang Rara Tompe; 3) membandingkan struktur pertunjukan (visual) Kethek Ogleng dengan struktur cerita (lisan) Endang Rara Tompe; 4) menganalisis pola perbedaan dan persamaan antara bentuk lisan dan bentuk visual. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pertunjukan Kethek Ogleng dipengaruhi oleh pola alur cerita Panji Endang Rara Tompe. Namun, secara keseluruhan kisah, hanya diambil beberapa pertistiwa saja yaitu: kemunculan kera, pertemuan kera dengan Endang Rara Tompe, adegan jatuh cinta, dan adegan kembali ke kerajaan. Terdapat dua pola pemindahan dari hipogram Cerita Endang Rara Tompe ke pertunjukan Kethek Ogleng. Pertama yaitu pemotongan Adegan. Pertunjukan Kethek Ogleng hanya berisi bagian akhir dari  cerita Endang Rara Tompe. Adegan kerajaan Jenggala tidak dimunculkan dalam pertujukan Kethek Ogleng. Keduaya itu alih tokoh utama. Pengarang mengubah tokoh utama dari Dewi Sekartaji menjadi Panji Asmarabangun atau tokoh kera. 
REPRESENTASI ALAM DALAM CERITA RAKYAT PESISIRAN KABUPATEN PACITAN Arif Mustofa; Eny Setyowati
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2023: THE 31st HISKI INTERNATIONAL CONFERENCE ON LITERARY LITERACY AND LOCAL WISDOM (JUNI 2023)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/psni.v3i0.101

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menghasilkan deskripsi fakta-fakta alam dalam cerita rakyat pesisiran Pacitan; 2) menghasilkan deskripsi pemanfaatan alam dalam cerita rakyat Pesisiran Pacitan. Data dikumpulkan dengan cara: 1) perekaman cerita; 2) wawancara; 3) trakskrip cerita; dan 4) penerjemahan. Penerjemahan dilakukan karena sebagian besar cerita masih menggunakan Bahasa Jawa. Cerita rakyat yang berkembang di wilayah pesisir Pacitan, tidak serta merta hanya menceritakan laut. Terdapat beragam objek alam yang ada dalam cerita. Representasi alam Pacitan yang tertuang dalam cerita rakyat pesisiran Pacitan yaitu: (1) pegunungan/ perbukitan; (2) daerah kering; (3) pantai; (4) tanah tandus; (5) berbatu; dan (6) Goa.  Sedangkan alam dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Laut bukan menjadi sumber daya alam satu-satunya untuk bertahan hidup, tapi juga bergantung pada sumber daya alam yang lain. Selain itu, alam juga menjadi kriteria dalam menentukan tempat bermukim.