This Author published in this journals
All Journal Widyaparwa
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

SUNDANESE LEXICAL VARIATION ON TRADITIONAL FOODS NAMING IN KUNINGAN REGION Eva Utami Durahman; Zenab Badriah
Widyaparwa Vol 50, No 1 (2022)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.627 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v50i1.874

Abstract

Sundanese has many dialects actively spoken all around Priangan. These dialects, to some extent, causes confusion and misunderstanding among the speaker itself. The phenomena attract variationists to dig deeper through their researches. Due to this mater, the study intended to describe Sundanese lexical variation on traditional foods naming in Kuningan region. The location was chosen due to the diversity of its citizen and geographical aspect of it. The qualitative method was utilized to get more detail of the problem. The data were collected in two steps (1) through questionnaires in google form and publicly distributed to Kuningan residents at reach and (2) online interview by using whatsapp application to those who filled up the google forms. The two steps data collecting techniques were done to enhance the validity of data considering the movement restriction on the pandemic period. The data gained were analized through two classification steps (1) based on which region the data came up and (2) based on variation in each data set. The result shown that the variation also exists in traditional foods naming on certain Kuningan region. The variations are spread across linguistic features from sounds to meaning. In the level of sounds, the variation appeared on both vowel and consonant sounds with the shift or addition or omission process. In the word level, the observable variations are (1) change in one element of the compound word, (2) morphophonemic phenomena in the form of repetition, omission, addition of certain syllable on the word, (3) addition of one morpheme to form compound, and (4) acronym. While other variations are observed in semantic aspect were semantic shift from hyponyms to hypernyms and complete lexical differences. The result amplified the fact that Sundanese lexical variation also existed in traditional foods naming.Bahasa Sunda memiliki banyak dialek yang digunakan secara aktif di seluruh wilayah Priangan. Dialek tersebut terkadang menimbulkan kebingungan dan kesalahpahaman antarpenutur bahasa Sunda sendiri. Fenomena tersebut menarik pehatian para peneliti bahasa, khususnya yang meneliti keragaman bahasa. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi leksikal bahasa Sunda  dalam penamaan makanan tradisional di wilayah Kuningan. Wilayah ini dijadikan lokasi penelitian karena keberagaman masyarakatnya serta letak geografisnya. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan informasi terperinci yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Data diambil dengan dua cara  penyebaran kuesioner secara daring menggunakan google form kepada penduduk Kuningan dan  wawancara langsung secara daring dengan menggunakan aplikasi whatsaap kepada partisipan penelitian yang mengisi kuesioner. Kedua cara tersebut dilakukan untuk meningkatkan validitas data selain dari  terbatasnya pergerakan penelitian karena pandemi Covid-19. Data  dianalisis melalui dua tahap klasifikasi  berdasarkan: wilayah ditemukannya data dan (2)  ada tidaknya variasi leksikal dalam setiap grup data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi leksikal bahasa Sunda juga terjadi pada penamaan makanan tradisional di beberapa wilayah Kuningan. Variasi leksikal ini tersebar pada beberapa fitur linguistik dari mulai bunyi sampai makna. Pada tataran bunyi, variasi leksikal terlihat pada bunyi vokal dan konsonan dengan proses peralihan, penambahan, dan penghilangan bunyi. Pada tataran kata, variasi yang terdeteksi adalah (1) perubahan pada satu elemen dalam kata majemuk, (2) fenomena morfofonemik dengan bentuk pengulangan, penghilangan, dan penambangan silabel tertentu dalam kata, (3) penambahan satu elemen kata untuk membentuk kata majemuk, dan (4) akronim. Variasi leksikal lainnya terjadi pada tataran semantik, khususnya pada pergesearan dari hiponim ke hipernim dan sebaliknya serta perbedaan leksikal yang merujuk pada benda yang sama. Hal ini memperkuat bukti bahwa variasi leksikal bahasa Sunda juga terjadi pada penamaan makanan.