Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Evaluation of Ecosystem Services and Mangrove Management Based on the Blue Economy Approach of Untung Jawa Island Aryo Sahid Sujiwo; Nurlaili Nurlaili
Jurnal Mandiri : Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Teknologi Vol 6 No 2: Desember 2022
Publisher : Lembaga Kajian Demokrasi dan Pemberdayaan Masyarakat (LKD-PM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33753/mandiri.v6i2.218

Abstract

Mangrove forests have a very important role for people's lives, especially for people who live in coastal areas, both from environmental, economic and social aspects. However, the economic potential of the ecosystem services provided by mangrove forests has not been comprehensively calculated. As a result, the economic potential of mangrove forests in an area is often calculated to be lower than the actual economic potential. The purpose of this research is to evaluate the total economic potential of mangrove forest ecosystem services. The economic valuation method of ecosystem services used in this study is the Total Economic Value method, including the economic value of providing services, regulatory services, cultural services, and supporting services. The location of this research is on Untung Jawa Island, Seribu Islands, DKI Jakarta Province, while the research time is from July to September 2022. The data used in determining the economic value in this study are primary data and secondary data. The results of the analysis show that the total economic value of the provision of services is around IDR 607 million per year, support services around IDR 15 million per year, cultural services around IDR 1.3 billion per year, and regulatory services around IDR 34 billion per year. The findings of this study have implications that the government and related stakeholders are required to provide more intensive education to the public about the importance of sustainable management of mangrove forests for the development of a blue economy on the island.
Penerapan Industri Hijau Pada IMKM Batik Sujiwo, Aryo Sahid; Setiyo Purwanto, Untung; Adhari, Akbar
IMTechno: Journal of Industrial Management and Technology Vol. 4 No. 2 (2023): Juli 2023
Publisher : LPPM Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/imtechno.v4i2.2023

Abstract

Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan adalah melestarikan lingkungan dan mengurangi dampak lingkungan akibat proses industri. Namun demikian, muncul banyak kasus pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah industri yang tidak diolah dengan baik, termasuk industri batik. Masalah ini banyak muncul pada IKM batik yang belum mampu menyediakan unit pengolah limbah yang layak di tempat mereka. Oleh itu, IKM batik dituntut untuk mulai mengadopsi praktik-praktik yang ramah lingkungan dan bertransformasi menjadi industri hijau atau Green Industry. Tujuan penelitian ini adalah mengukur kinerja hijau IKM batik dari aspek proses produksi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan lapangan, wawancara dengan pimpinan dan pegawai IKM batik dan pemeriksaan dokumen pendukung yang terkait dengan praktik-praktik hijau. Pengukuran industri hijau dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam Standar Industri Hijau yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian. Temuan penelitian menunjukan bahwa kinerja hijau IKM batik adalah sekitar 46 persen. Temuan ini mengindikasikan bahwa komitmen IKM batik belum memenuhi standar minimal Standar Industri Hijau yang mengkategorikan IKM batik memiliki komitmen terhadap industri hijau jika skor kinerja hijau memenuhi paling sedikit 50 persen dari setiap aspek penilaian. Temuan ini menyiratkan bahwa semua aspek perlu bekerja sama secara serius untuk menguatkan IKM batik sehingga mereka mampu mengadopsi praktik-praktik hijau dalam mengelola proses produksinya. Mengukur kinerja hijau merupakan opsi awal untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Kerjasama antar sektor industri juga penting untuk membangun industri hijau. IKM batik bisa memulai strategi hijau dengan mengatur ulang tata letak pabrik, konsumsi bahan baku, dan opsi pengelolaan limbah.
Pengembangan Tata Kelola Ekonomi Biru Untuk Memperkuat Blue Economy Development Index di Indonesia Aryo Sahid Sujiwo; Nurlaili Nurlaili
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 13, No 1 (2023)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v13i1.23726

Abstract

Meskipun ekonomi biru mempunyai potensi untuk berperan dalam pembangunan kelautan yang berkelanjutan, hingga saat ini praktik-praktik untuk menerapkan konsep ekonomi biru jumlahnya masih relatif terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang potensial untuk mendukung pembangunan ekonomi biru, menganalisis elemen-elemen yang terlibat dalam tata kelola ekonomi biru, serta menganalisis model struktural elemen-elemen tersebut guna meningkatkan Blue Economy Development Index di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran untuk mencapai tujuan tersebut: analisis kebijakan dan kelembagaan, wawancara semi terstruktur dengan pelaku ekonomi biru, dan survei lapangan. Metode analisis yang digunakan adalah interpretive structural modeling. Temuan penelitian ini menunjukan adanya enam sektor ekonomi biru di Pulau Untung Jawa: keberadaan galangan kapal, penangkapan ikan, aquakultur, wisata bahari, transportasi laut, dan desalinasi air laut. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa penegakan hukum dan peraturan terkait ekonomi biru sebagai elemen kunci, dilanjutkan dengan elemen dukungan pemangku kepentingan terkait ekonomi biru. Sedangkan untuk kelembagaan tata kelola ekonomi biru yang berkelanjutan, penelitian ini menemukan kepemimpinan dan komitmen pemerintah sebagai elemen kunci kelembagaan tata kelola ekonomi biru.
Identification and Valuation of Blue Economy Sectors in the Seribu Islands Regency Based on Economic, Social and Envorment Performance Azka, Azka; Sahid Sujiwo, Aryo
Zona Laut : Jurnal Inovasi Sains Dan Teknologi Kelautan Volume 6, Number 2, July 2025 Edition
Publisher : Departemen Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62012/zl.vi.42327

Abstract

Resources contained along the coast and ocean play a significant part in fostering regional economic growth. Therefore, for the benefit of the community, both now and in the future, marine and coastal regions must be protected and used efficiently. Developing the blue economy sector is one promising way to promote economic growth in coastal and marine regions. One issue coming up has to do with the blue economy's governance and sustainability performance. The purpose of this study is to measure the sustainability performance of the blue economy and to identify the sectors that require development. Furthermore, this study aims to develop a governance model for the blue economy based on the TBL concept. Untung Jawa Island, located in Seribu Islands Regency - DKI Jakarta Province is the study area. FGD, questionnaires, in-depth interviews, and field observations were among the methods used to collect data. In order to address the research issues, this study uses the Interpretive Structural Modeling (ISM) and Blue Economy Valuation Toolkit (BEVTK) methodologies. According to the findings, four sectors might be developed: i.e., ship docking, aquaculture, port and sea transportation, and marine tourism. In this instance, ship docking performs the best in terms of environmental sustainability, port and sea transportation concerning social sustainability, and marine tourism as regards economic sustainability. Additionally, it was discovered that six factors: i.e., central and regional government policies, law enforcement and regulations, socio-cultural policies, community leaderships, and economic capacity and viability are crucial to the growth of a sustainable blue economy.