This Author published in this journals
All Journal e-CliniC
Emma S. Moeis, Emma S.
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GAMBARAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI INSTALASI TINDAKAN HEMODIALISIS RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO Suyatno, Felix E.; Rotty, Linda W. A.; Moeis, Emma S.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.10948

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease (CKD) is a pathophysiological process with varied etiology, results in progressive decrease of renal function, and generally ends up with renal failure. Data from Indonesian Association of Nephrology (PERNEFRI) in 2012 showed that 83% of all patients who underwent hemodialysis were with end-stage renal disease (ESRD) which is the terminal stage of CKD. In patients with CKD, there can be a wide variety of complications; one of them is anemia. This study aimed to obtain the overview of iron deficiency anemia of stage V CKD patients who were treated with hemodialysis in hemodialysis center of Prof. Dr. R. D. Kandou Central General Hospital Manado. This was a descriptive study with a cross sectional approach conducted from October to December 2015 in Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. Variables were age, sex, laboratory result, duration of hemodialysis, and the diagnosis of iron deficiency anemia. The results showed that there were 39 samples; females were 21 patients (53.8%). The largest age group was >60 years with 16 patients (41%). The degree of anemia mostly found was the moderate degree with 26 patients (66.7%). Five patients (12.8%) were diagnosed with iron deficiency anemia. Conclusion: In this study, the most common degree of anemia was moderate, followed by severe and slight anemia consecutively. Iron deficiency anemia cases were 12.8%. Keywords: chronic kidney disease, iron deficiency anemia, serum iron, transferrin saturation  Abstrak: Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologik dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Data dari Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2012 menyatakan bahwa 83% dari seluruh pasien yang menjalani hemodialisis ialah pasien end stage renal disease (ESRD) yang merupakan stadium terminal PGK. Pada pasien PGK, dapat terjadi berbagai macam komplikasi, salah satunya ialah anemia Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran anemia defisiensi besi pada pasien PGK stadium V yang menjalani hemodialisis di Instalasi Tindakan Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang berdasarkan data primer pada Bulan Oktober – Desember 2015. Variabel penelitian yang digunakan yaitu umur, jenis kelamin, hasil laboratorium, lama menjalani hemodialisis, dan diagnosis anemia defisiensi besi. Hasil penelitian memperlihatkan 39 sampel dengan distribusi sampel terbanyak ialah perempuan sebanyak 21 orang (53,8%), golongan umur terbanyak > 60 tahun sebanyak 16 orang (41%), derajat anemia terbanyak ditemukan ialah anemia derajat sedang sebanyak 26 orang (66,7%), dan terdapat 5 orang (12,8%) yang terdiagnosis anemia defisiensi besi. Simpulan: Pada penelitian ini ditemukan anemia derajat sedang yang terseing, diikuti anemia derajat berat dan ringan. Terdapat 12,8% pasien dengan anemia defisiensi besi. Kata kunci: penyakit ginjal kronik, anemia defisiensi besi, serum iron, saturasi transferin
Perbedaan Pola Konsumsi Ikan Laut dan Daging terhadap Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Rokot, Risha P.; Rotty, Linda W. A.; Moeis, Emma S.
e-CliniC Vol 7, No 1 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.7.1.2019.23539

Abstract

Abstract: Hypertension is one of the most influential risk factors for the incidence of heart and blood vessel disease. Poly-unsaturated fatty acid (PUFA) ω-3 and ω-6 fatty acids proven to be cardioprotective, which is contained in marine fish, namely EPA and DHA. Fish oil is useful to change ω-3 to ω-6 to help lower blood pressure and various risks of myocardial infarction. The very high content of purines and bad fats in meat can cause increased cholesterol levels in the blood. This study was aimed to determine the differences between marine fish and meat consumption to the incidence of hypertension in people of rural area (Manembo-nembo) and of urban area (Manado city). Samples were people in Manembo-nembo Bitung and employees of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado aged 30-50 years old. The criteria of blood pressure were based on the US Join National Committee (JNC) 7. Consumption of marine fish and meat was categorized as high, moderate, and poor. Questionnaires were filled by all subjects. Blood pressure was measured by using aneroid sphygmomanometer. Data were analyzed by using Man-Whitney test. The rate of hypertension in rural area for the blood pressure value was -2.121 (P=0.034) <0.05 while in urban area, the blood pressure value was 2.859 (P=0.004) <0.05. Conclusion: There were significant differences in systolic and diastolic blood pressure between people in marine fish consumption area (rural area) and in meat consumption area (urban area).Keywords: hypertension, consumption of sea fish and meat Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Asam lemak poly-unsaturated fatty acid (PUFA) ω-3 dan ω-6 yang terbukti kardioprotektif, terkandung dalam ikan laut yaitu EPA dan DHA. Minyak ikan berguna untuk mengubah secara cepat ω-3 menjadi ω-6 untuk membantu menurunkan tekanan darah dan berbagai risiko infark miokard. Kandungan lemak yang tinggi dalam daging dapat menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi ikan laut dan daging terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat di daerah rural/pedesaan (Manembo-nembo), dan di daerah urban/perkotaan (kota Manado). Sampel penelitian ialah masyarakat di Kelurahan Manembo-nembo Bawah Kota Bitung dan Pegawai di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Kota Manado yang berusia 30-50 tahun. Kriteria tekanan darah pada penelitian ini berdasarkan US Join National Committee (JNC) 7. Konsumsi ikan laut dan daging dibagi atas kurang, sedang, dan banyak. Pengisian kuesioner oleh subyek penelitian, dan pengukuran tekanan darah menggunakan sfigmomanometer aneroid. Analisis data untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi ikan laut dan daging terhadap tekanan darah, menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian mendapatkan angka hipertensi di daerah rural untuk nilai tekanan darah ialah -2,121 (P=0,034) <0,05 sedangkan di daerah urban nilai tekanan darah 2,859 (P=0,004) <0,05. Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna dalam tekanan darah sistol dan diastol pada masyarakat pengonsumsi ikan laut (daerah rural) dan yang pengonsumsi daging (daerah urban).Kata kunci: hipertensi, konsumsi ikan laut dan daging
Perbandingan Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Formula Cockroft-Gault dengan Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Formula Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration pada Subyek Penyakit Ginjal Kronik Non-Dialisis Periode Januari – Desember 2017 Kaitang, Fricilia Y.; Moeis, Emma S.; Wongkar, Maarthen C. P.
e-CliniC Vol 7, No 1 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.7.1.2019.23541

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease (CKD) is one of the health problems worldwide. Evaluation of kidney function could be done by measuring and calculating glomerular filtration rate (GFR). The direct measurement of GFR using exogenous or endogenous substance is difficult to be performed and inconvenience, therefore, the estimation of GFR (eGRF) is more preferable. The eGRF is used for assessing the grades of kidney diseases and their underlying mechanisms. Meanwhile, determination of eGRF is based on the formula of Cockroft-Gault (eGRFCG) and the formula of Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration (eGRFCKD-EPI).. This study was aimed to evaluate the difference between the eGRFCG and eGRFCKD-EPI among non-dialysis CKD patients. The results showed that there was a confirmity of 79.2% between the two formulas. The gamma test obtained an r of 0.873 (P<0.01) for the two formulas. Conclusion: There was a confirmity of 79.2% between the eGFR formula of Cockroft-Gault and the eGFR formula of Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration among non-dialysis CKD patients.Keywords: CKD, eGFR CG, eGFR CKDEPI Abstrak: Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Penilaian fungsi ginjal dapat dilakukan dengan cara pengukuran dan perhitungan laju filtrasi glomerulus (LFG). Pengukuran LFG secara langsung dengan substansi eksogen atau endogen pada pelaksanaannya sulit dan tidak praktis sehingga saat ini digunakan perhitungan estimasi LFG (eLFG). Estimasi LFG digunakan untuk menilai stadium gangguan ginjal dan perjalanan penyakit ginjal. Penentuan estimasi LFG berdasarkan rumus formula eLFG Cockroft-Gault (eLFGCG) dan formula eLFG dari Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration (eLFGCKD-EPI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan eLFG berdasarkan eLFG CG dengan eLFG CKDEPI pada PGK non-diaisis (PGK ND). Hasil penelitian mendapatkan adanya kesesuaian dari kedua formula eLFG sebesar 79,2 %. Hasil uji Gamma mendapatkan hasil kesesuaian eLFG Cockroft-Gault dengan eLFG CKDEPI dengan r= 0,873 (P<0,01). Simpulan: Terdapat kesesuaian sebesar 79,2% dari hasil pemeriksan eLFG berdasarkan formula eLFG Cockroft-Gault dengan formula eLFG CKDEPI pada penderita PGK non dialisis.Kata kunci: PGK, eLFG CG, eLFG CKDEPI
Hubungan Kadar Urine Transforming Growth Factor-1 dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin dan Nilai Laju Filtrasi Glomerulus pada Pria Perokok Yuswanto, .; Moeis, Emma S.; Wongkar, Maarthen C.P.
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.5.2.2017.17328

Abstract

Abstract: Smoking can augment the risk for kidney disease by increasing the expression of Transforming Growth Factor-β1 (TGF-β1) in the kidneys (uTGF-β1). Early glomerular dysfunction in smokers can be evaluated by measuring albuminuria (urine albumin-to-creatinine ratio/uACR), which generally appears before a decrease in estimated glomerular filtration rate (eGFR). This study was aimed to determine the relationship between smoking and the level of eGFR through changes in levels of uTGF-β1 and uACR among male smokers compared to non-smokers. This was an observational analytical study with a cross-sectional design conducted at Pineleng Subdistrict, Manado. Subjects of this study were 80 males (40 smokers and 40 non-smokers). The results showed significant differences in levels of uTGF-β1 and uACR among smokers compared to non-smokers (P values 0.003 and 0.012). The correlation test showed significant correlations between the increase in uACR levels and the decrease in eGFR levels (P = 0.019), as well as the duration of smoking and the increase in uTGF-β1 levels (P = 0.000). There was no significant association (P = 0.470) between smoking and the risk of decreased eGFR level (PR = 0.704). Therefore, smoking cannot be used as a predictor of eGFR decline. Conclusion: There were no correlations between uTGF-β1 and uACR as well as uTGF-β1 and eLFG.Keywords: Urine Transforming Growth Factor-β1, uACR, GFR, smokersAbstrak: Merokok dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal melalui peningkatan ekspresi Transforming Growth Factor-β1 (TGF-β1) pada ginjal (uTGF-β1). Gangguan glomerular dini pada perokok dapat dievaluasi dengan pengukuran albuminuria (rasio albumin kreatinin urin/RAKU), yang umumnya muncul sebelum terjadi penurunan estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dengan nilai eLFG melalui perubahan kadar uTGF-β1 dan RAKU pada pria perokok dibanding non-perokok. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang yang dilaksanakan di Kecamatan Pineleng, Manado. Subyek penelitian yaitu 80 pria (40 perokok dan 40 non-perokok). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna kadar uTGF-β1 dan RAKU antara perokok dibanding non-perokok (P = 0,003 dan 0,012). Terdapat hubungan bermakna (P = 0,470) antara merokok dan risiko penurunan eLFG (PR = 0,704). Tidak terdapat perbedaan eLFG antara subyek perokok dan non-perokok. Tidak terdapat hubungan antara kadar uTGF-β1 dan RAKU. Tidak terdapat hubungan antara kadar uTGF-β1 dan nilai eLFG. Terdapat hubungan bermakna antara lama merokok dan peningkatan kadar uTGF-β1, namun tidak terdapat hubungan antara lama merokok dengan RAKU dan nilai eLFG. Peningkatan RAKU pada perokok berkorelasi dengan peningkatan nilai eLFG. Karena itu merokok tidak dapat digunakan sebagai prediktor penurunan eLFG. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara kadar uTGF-β1 baik dengan RAKU maupun nilai eLFG.Kata kunci: Urine Transforming Growth Factor-β1, RAKU, LFG, perokok
Gambaran hasil produk kalsium dan fosfor pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V di Ruang Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Yauri, Livia F.; Moeis, Emma S.; Pandelaki, Karel
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14596

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease (CKD) is a pathological process with various etiology that causes a progressive reduction in kidney and generally ended with renal failure. In chronic renal failure, there are usually chronic complications such as anemia and bone disease with low level of calcium serum, high level of phosphorus serum, and high paratyroid hormone. This study was aimed to obtain the description of the levels of calcium and phosphorus serum in CKD patients at the hemodialysis unit in Prof. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a descriptive study based on patient medical records. Of the 75 patients, the majority of them were males (41 patients; 54.7%), aged > 60 years (27 patients; 36%), and had calcium serum level in normal limit (40 patients; 53.3%) and phosphorus serum level as hyperphosphatemia (61 patients; 81.3%).Keywords: CKD, calcium serum, phosphorus serum, hemodialysis Abstrak: Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi beragam yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Pada gagal ginjal kronik, biasanya terdapat komplikasi kronik meliputi anemia serta penyakit tulang, biasanya dengan kadar kalsium rendah, fosfat tinggi dan hormon paratiroid tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil produk kalsium dan fosfat pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V di ruang hemodialisis. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan menggunakan data rekam medik dan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur, kadar kalsium, dan kadar fosfor serum, hasil produk kalsium dan fosfat. Dari 75 sampel, didapatkan terbanyak ialah pasein berjenis kelamin laki-laki sebanayak 41 orang (54,7%), rentang umur >60 sebanyak 27 orang (36%), dengan kadar kalsium serum normal sebanyak 40 orang (53,3%) dan kadar fosfor serum hiperfosfatemia yaitu 61 orang (81,3%). Kata kunci: penyakit ginjal kronik, hemodialisis, kalsium serum, fosfor serum.