Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENINGKATAN KUALITAS RUANG TERBUKA HIJAU MELALUI PEMBANGUNAN TAMAN PKK DI KECAMATAN KALAWAT Sembel, Amanda S.; Malik, Andy A.M.; Moniaga, Ingerid L.
MEDIA MATRASAIN Vol 12, No 3 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Kalawat terletak di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. KecamatanKalawat merupakan kawasan pengembangan perumahan dan pemukiman yang didominasi luasan lahanlahankosong sebagai lahan tidur yang masih cukup luas. Potensi lahan-lahan kosong yang masih cukup luasdi Kecamatan Kalawat berpeluang dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) yang produktif dilingkungan perumahan seperti pengembangan taman-taman seperti tanaman obat keluarga (Toga), taman-taman budidaya yang bersifat menata keindahan lingkungan perumahan.Kelompok PKK desa Kalawat dan Kelompok PKK desa Watutumou dalam persiapan mengikutilomba kebun desa dan taman desa selalu mengalami kendala-kendala diantaranya : masalah pembiayaaan,sumberdaya manusia dalam keterampilan dan pengetahuan menata dan mendisain taman. Pengetahuantentang prinsip-prinsip menata taman dan penguasaan tentang jenis-jenis tanaman sangat kurang dimilikioleh ibu-ibu PKK di desa Kalawat dan desa Watutumou. Sehingga pada beberapa kesempatan lombakelompok PKK desa Kalawat dan desa Watutumou yang diselenggarakan di tingkat Kecamatan Kalawatmengalami kegagalan dalam disain taman.Target luaran yang ingin dicapai pada pembinaan dan pendampingan kelompok PKK dan KelompokKantor Kecamatan Kalawat adalah (1) meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam menata taman-tamankecamatan menjadi lingkungan yang indah, hijau, bersih dan Asri (2) memahami dan melakukan kegiatanpraktek mengembangkan ruang terbuka hijau, (3) memiliki kemampuan dalam mengelola taman-taman yangada, (4) meningkatkan kualitas lingkungan, (5) menghasilkan artikel ilmiah yang dapat dipublikasikan padajurnal akreditasi.Kata kunci : ruang terbuka hijau, taman
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS MASYARAKAT DI JALAN PEDESTRIAN KOTA MANADO DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LIVING Rengkung, Samuel Triberto; Warouw, Fela; Malik, Andy A.M.
MEDIA MATRASAIN Vol. 20 No. 2 (2023): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/matrasain.v20i2.53912

Abstract

Secara sederhana, active living berarti berusaha untuk tetap aktif secara fisik setiap hari tanpa harus melakukannya, seperti penggunaan transportasi aktif untuk berjalan kaki atau bersepeda di jalur pedestrian. Menurut Government of Western Australia (2015), hal ini memiliki faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang sehingga active living memberikan dampak triple-bottom-line baik dalam menghidupkan lingkungan pedestrian yang merupakan salah satu upaya mewujudkan healthy city. Tujuan penelitian ini memfokuskan faktor utama yang paling mempengaruhi seseorang untuk bergerak aktif sepanjang jalur pedestrian Laksda John Lie berdasarkan teori triple-bottom-line, berlokasi di Kawasan komersial terbesar Kota Manado serta usulan dalam menaikan tingkat minat masyarakat terhadap active living. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, observasi lapangan dan kuisioner bersifat tertutup, pengumpulan sampel data menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa secara umum masyarakat setuju tentang pentingnya active living dan faktor utama seseorang untuk bergerak aktif dalam sebuah lingkungan komersial adalah faktor lingkungan. Kata kunci – active living, bergerak aktif, pedestrian In simple terms, active living means trying to stay physically active every day without having to do so, such as the use of active transportation for walking or cycling on pedestrian paths. According to the Government of Western Australia (2015), this has factors that influence a person's behavior so that active living has a triple-bottom-line impact in reviving the pedestrian environment which is one of the efforts to realize a healthy city. The purpose of this research is to focus on the main factors that most influence a person to move actively along the Laksda John Lie pedestrian path based on the triple-bottom-line theory, located in the largest commercial area of Manado City and suggestions in increasing the level of public interest in active living. The methods used are qualitative and quantitative, field observations and closed questionnaires, data sample collection using purposive techniques. The results of this study suggest that in general people agree about the importance of active living and the main factor for a person to move actively in a commercial environment is environmental factors. Keywords – active living, move actively, pedestrian
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS MASYARAKAT DI JALAN PEDESTRIAN KOTA MANADO DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LIVING Rengkung, Samuel Triberto; Warouw, Fela; Malik, Andy A.M.
MEDIA MATRASAIN Vol. 20 No. 2 (2023): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/matrasain.v20i2.53912

Abstract

Secara sederhana, active living berarti berusaha untuk tetap aktif secara fisik setiap hari tanpa harus melakukannya, seperti penggunaan transportasi aktif untuk berjalan kaki atau bersepeda di jalur pedestrian. Menurut Government of Western Australia (2015), hal ini memiliki faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang sehingga active living memberikan dampak triple-bottom-line baik dalam menghidupkan lingkungan pedestrian yang merupakan salah satu upaya mewujudkan healthy city. Tujuan penelitian ini memfokuskan faktor utama yang paling mempengaruhi seseorang untuk bergerak aktif sepanjang jalur pedestrian Laksda John Lie berdasarkan teori triple-bottom-line, berlokasi di Kawasan komersial terbesar Kota Manado serta usulan dalam menaikan tingkat minat masyarakat terhadap active living. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, observasi lapangan dan kuisioner bersifat tertutup, pengumpulan sampel data menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa secara umum masyarakat setuju tentang pentingnya active living dan faktor utama seseorang untuk bergerak aktif dalam sebuah lingkungan komersial adalah faktor lingkungan. Kata kunci – active living, bergerak aktif, pedestrian In simple terms, active living means trying to stay physically active every day without having to do so, such as the use of active transportation for walking or cycling on pedestrian paths. According to the Government of Western Australia (2015), this has factors that influence a person's behavior so that active living has a triple-bottom-line impact in reviving the pedestrian environment which is one of the efforts to realize a healthy city. The purpose of this research is to focus on the main factors that most influence a person to move actively along the Laksda John Lie pedestrian path based on the triple-bottom-line theory, located in the largest commercial area of Manado City and suggestions in increasing the level of public interest in active living. The methods used are qualitative and quantitative, field observations and closed questionnaires, data sample collection using purposive techniques. The results of this study suggest that in general people agree about the importance of active living and the main factor for a person to move actively in a commercial environment is environmental factors. Keywords – active living, move actively, pedestrian
Ketersediaan Prasarana dan Sarana Permukiman di Kecamatan Remboken Sanger, Dennis C.H.; Malik, Andy A.M.; Sembel, Amanda S.
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 13 No. 1 (2024): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v13i1.59245

Abstract

AbstrakDalam RTRW Minahasa 2014-2034 dikatakan kecamatan yang termasuk sebagai pusat pertumbuhan kabupaten yaitu pusat kegiatan lokal salah satunya adalah Kecamatan Remboken. Pasal 5 ayat 2 huruf (g) mengatakan tentang meningkatkan ketersediaan dan kualitas peIayanan prasarana serta fasilitas pednukung kegiatan pedesaan atau perkotaan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisa tentang ketersediaan sarana dan prasarana di Kecamatan Remboken menggunakan SNI 03-1733-2004 dan Standar Pelayanan Minimal tentang Prasarana juga menganalisis kebutuhan sarana selama 20 tahun kedepan berdasarkan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pengumpulan data primer melalui pengamatan lapangan, teknik dokumentasi, dan wawancara dengan instansi terkait, sedangkan data sekunder didapatkan dari Badan Pusat Statistik Minahasa yang dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif, untuk menganalisis data digunakan metode deskriptif kuantitatif, untuk mengetahui persebaran prasarana dan sarana serta radius pelayanan sarana digunakan metode analisis spasial. Hasil dan pembahasan diketahui kualitas prasarana jalan dimana lebar jalan belum sesuai standar dan prasarana air bersih di desa Pulutan belum dikelola secara komunal, prasarana persampahan belum tersedianya Tempat Pembuangan Sementara. Dalam rentan waktu 20 tahun Sarana Pendidikan Taman Kanak Kanak perlu penambahan 11 unit, Sekolah Menengah Pertama perlu penambahan 2 unit dan Sekolah Menengah Atas perlu penambahan 4 unit. Sarana Kesehatan Posyandu perlu penambahan 7 unit dan Dokter Praktek perlu penambahan 3 unit.Kata-kunci: prasarana; sarana; permukiman AbstractIn the 2014-2034 Minahasa RTRW, it is said that the sub-district is included as the center of district growth, namely the center of local activities, one of which is Remboken District. Article 5 paragraph 2 letter (g) says about improving the availability and quality of infrastructure and facilities to support rural or urban activities. This study aims to identify and analyze the availability of facilities and infrastructure in Remboken District using SNI 03-1733-2004 and Minimum Service Standards on Infrastructure as well as analyze the need for facilities for the next 20 years based on Population Growth Projections. Primary data collection was through field observations, documentation techniques, and interviews with related agencies, while secondary data was obtained from the Central Statistics Agency of Minahasa which was analyzed using a qualitative descriptive method, to analyze the data was used a quantitative descriptive method, to find out the distribution of infrastructure and facilities as well as the radius of service facilities was used the spatial analysis method. The results and discussions were known to the quality of road infrastructure where the width of the road was not up to standard and the clean water infrastructure in Pulutan village had not been managed communally, and the waste infrastructure was not yet available for a Temporary Disposal Site. In the span of 20 years, the Children's Kindergarten Education Facility needs to add 11 units, Junior Secondary Schools need to add 2 units and Senior Secondary Schools need to add 4 units. Posyandu Health Facilities need an additional 7 units and Practicing Doctors need an additional 3 units.Keywords : infrastructure; facilities; settlement