Amanda Rohmah Widyanita
Universitas Negeri Surabaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS TREND FASHION HIJAB DALAM KAJIAN BUDAYA POPULER DI KALANGAN GENERASI MILENIAL Amanda Rohmah Widyanita; Shofi Rizq Najmah Shabrina; Fransiscus Xaverius Sri Sadewo
Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 26 No. 2 (2022): Majalah Ilmiah Tabuah: Ta'limat Budaya, Agama, dan Humaniora
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem pemerintahan Indonesia tahun 1998 memberikan hal baru dalam hak kebebasan berbusana dan berhijab. Fenomena tersebut mulai berkembang pesat pada era reformasi negara indonesia. Pada saat itu lah masyarakat semakin menggemari dan berbondong-bondong untuk mengikutinya. Fashion merupakan sesuatu yang akhir-akhir ini banyak disoroti oleh masyarakat, salah satunya ialah fashion hijab yang sedang digandrungi banyak kalangan. Hijab merupakan alat yang digunakan untuk melindungi dan menghalangi sebagian aurat dari wanita muslim, yaitu kepala dan rambut. Hal ini fashion hijab menjadi budaya populer yang bertujuan untuk membantu kepentingan sisi pemiliknya, dengan melalui model hijab yang fashionable. Perkembangan fashion hijab didukung oleh media massa, seperti majalah. Dalam majalah tersebut terdapat banyak model perempuan yang bergaya menggunakan hijab. Dari dukungan media massa tersebut, membuat fashion hijab semakin dikenal oleh masyarakat umum, sehingga banyak pihak yang tertarik untuk menggunakan hijab. Tujuan penulisan artikel ini ialah untuk menganalisis perubahan fashion hijab dari tahun ke tahun, dan menarik minat masyarakat khususnya generasi milenial untuk mengenakan hijab sesuai dengan syariat islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa trend fashion hijab yang meningkat secara signifikan dapat memberikan dampak terhadap minat generasi milenial dalam menggunakan hijab di kehidupan sehari-hari.
Stigma Wayang Kulit “Halal atau Haram” Berdasarkan Perspektif Budaya dan Keislaman Masyarakat Desa Setro Amanda Rohmah Widyanita
AL-MUTSLA Vol. 5 No. 1 (2023): Jurnal Al Mutsla Juni 2023
Publisher : STAIN MAJENE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46870/jstain.v5i1.392

Abstract

Kebudayaan diartikan sebagai peninggalan para leluhur yang diwariskan secara turun menurun sehingga menjadi suatu hal yang patut dilestarikan keberadaannya. Salah satu peninggalan budaya tersebut ialah wayang kulit. Wayang kulit merupakan kesenian daerah yang tumbuh serta berkembang di wilayah Jawa Timur maupun Jawa Tengah, khususnya pada masyarakat Desa Setro Kabupaten Gresik. Masyarakat setempat mempercayai bahwa wayang kulit merupakan sebuah bentuk perjalanan menuju sang Maha Tinggi (roh, tuhan, dewa) yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1500 sebelum Masehi. Semula kesenian tersebut digunakan masyarakat Setro sebagai sebuah pertunjukan untuk mengisi kegiatan-kegiatan masyarakat seperti perkawaninan, sedekah bumi, sunatan, dan lain sebagainya dengan harapan ingin melestarikan dan memperkenalkan warisan leluhur. Namun, di era modernisasi seperti saat ini pagelaran wayang kulit dianggap sebagai sesuatu yang yang menyimpang dari ajaran agama islam, sebab tidak sedikit khalayak ramai memberikan komentar pada sosial media bahwa kesenian tersebut termasuk haram dikarenakan patung yang digunakan menyerupai wujud manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stigma halal atau haram terkait kesenian wayang dalam konteks budaya dan keislaman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori menurut Peter L. Berger yang menjelaskan konsepsi kontruksi sosial dengan tiga komponen. Sehingga hasil yang didapatkan adalah perspektif kebudayaan dan keislaman wayang kulit pada masyarakat Desa Setro.
Tradisi Selapanan Sebagai Simbol Kelahiran Bayi Bagi Masyarakat Jawa Amanda Rohmah Widyanita; Arief Sudrajat
Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 27 No. 1 (2023): Majalah Ilmiah Tabuah: Ta'limat Budaya, Agama, dan Humaniora
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Culture is a hereditary heritage that comes from previous ancestors, and has its own meaning and symbol based on the values ??it teaches. Culture is used as a characteristic of one group with another, where the culture is preserved as a local wisdom that can strengthen the unity and integrity of a nation. One of them is the culture originating from Java, namely the selapanan tradition. This tradition is interpreted as a traditional ceremony in welcoming a newborn baby, this is intended so that the baby gets safe later in the future and avoids interference by evil creatures that can harm him. The Javanese people hold the ceremony as the first nepton commemoration days after the baby is born. The purpose of this study is to examine more deeply the meaning of the selapanan tradition for the Javanese people and to find out the educational and religious values ??contained in the selapanan tradition for the Javanese people. The method used in this study is qualitative with descriptive analysis and is supported by literature studies from books, journals and articles. So the results obtained are the meaning of the selapanan tradition to seek safety and as a forum for socialization. Educational and religious values ??in the selapanan tradition are contained during the ceremony process, and are found in the food served to neighbors and relatives who attend.