rozza tri kwatrina, rozza tri
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGELOLAAN CAGAR ALAM PULAU DUA DI PROVINSI BANTEN SEBAGAI EKOSISTEM BERNILAI PENTING Takandjandji, Mariana; kwatrina, rozza tri
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.384 KB)

Abstract

Cagar Alam Pulau Dua memiliki karakteristik ekosistem yang bernilai penting untuk berbagai jenis burung dan mangrove. Eksistensinya sebagai cagar alam diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman jenis, populasi, dan vegetasi habitat burung langka, terancam punah serta burung migran, oleh karena itu sumberdaya alam dan ekosistem kawasannya perlu dikelola secara optimal agar berperan menjadi sumber dan penunjang kehidupan biota ekosistem perairan sebagai sumber pakan burung. Ancaman yang sangat mengganggu kehidupan dan habitat spesies tersebut, antara lain adalah abrasi, perburuan, pencarian kayu bakar dan sampah yang berserakan. Ancaman tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya areal yang terbuka, penurunan populasi flora dan fauna termasuk jenis-jenis yang dilindungi, endemik dan terancam punah, merosotnya kualitas dan kuantitas habitat satwaliar.
INDIKATOR EKOLOGIS SEBAGAI DASAR PENENTUAN SISTEM ZONASI TAMAN NASIONAL BATANG GADIS Kwatrina, Rozza Tri; Kuswanda, Wanda
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 8, No 4 (2011): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Zonasi Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) yang ada dinilai sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini sehingga perlu ditinjau kembali. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun indikator ekologis sebagai dasar pengelolaan zonasi TNBG. Pengumpulan data dikumpulkan melalui data sekunder dan data primer antara lain melalui pengamatan di lapangan. Data yang dikumpulkan meliputi kondisi ekologis dan sistem zonasi TNBG, dasar penetapan kriteria dan indikator zonasi taman nasional, data tumbuhan dengan metode garis berpetak dan satwaliar dengan metode variable circular plots. Hasil penelitian adalah tersusunnya 52 indikator ekologis untuk tiga zona utama di TNBG, yaitu 15 indikator untuk zona inti bagian Utara, 12 indikator untuk zona inti bagian Selatan, sembilan indikator untuk zona rimba bagian Utara, delapan indikator untuk zona rimba bagian Selatan, dan delapan indikator untuk zona pemanfaatan. 52 indikator hanya dua indikator yang tidak sesuai dengan indikator acuan, yaitu terdapatnya lahan terbuka (bekas tebangan) pada zona rimba, dan, wilayah yang merupakan bagian ruang jelajah rusa (Rusa unicolor Kerr.) dan macan dahan (Neofelis nebulosa Griffith.) di zona pemanfaatan. Indikator ekologis utama meliputi keberadaan, keanekaragaman, dan kepadatan spesies penting dari kategori dilindungi, langka, spesies payung, endemik, dan flagship species.
RASIONALISASI ZONASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH: PENERAPAN KRITERIA DAN INDIKATOR ZONASI SERTA TINGKAT SENSITIVITAS EKOLOGI Kwatrina, Rozza Tri; Antoko, Bambang Setyo
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 4 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) ini bertujuan untuk mendapatkan alternatif rasionalisasi batas dan zonasi kawasan TNBT yang sebelumnya telah ditetapkan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam No. 17/Kpts/DJ-V/2001, tanggal 6 Pebruari 2001, seluas 127.698 hektar. Metode penentuan zonasi berdasarkan pada kriteria penetapan zonasi taman nasional yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Selain itu digunakan juga indikator penetapan zonasi dan tingkat sensitivitas ekologi TNBT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan TNBT perlu dirasionalisasi, yang meliputi perubahan batas dan zonasi kawasan di Provinsi Riau dan Provinsi Jambi menjadi 180.279 hektar. Usulan   perubahan zonasi meliputi perubahan batas dan luasan zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi, dan enclave.
The Bibliometric Analysis of the Sunda Pangolin (Manis javanica Desmarest, 1822) Ecological Research in Indonesia Rianti, Anita; Kwatrina, Rozza Tri; Santosa, Yanto
Media Konservasi Vol. 29 No. 2 (2024): Media Konservasi Vol 29 No 2 May 2024
Publisher : Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism - IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/medkon.29.2.263

Abstract

Illegal wild animal trade is a conservation threat, predominantly in Indonesia. Most of the animals traded is the pangolin which almost all parts of the body are used, especially the scales. This research used a bibliometric review that uses Scopus, The Web of Science platform, and Google Scholar to analyze publications for one decade to map trends and gaps in pangolin research. The result of this research showed that the total of publications significantly increased over several decades, but the topic for pangolin research is not learned in the same proportion (only 37% of them discussed the population appraisal of pangolin in the wild, the remainder mostly discussed status and conservation of pangolin in 41%, and the effect of illegal pouching and trading in 22%). There is an inconsistency between the researchers in developed countries and developing countries where more research is conducted in developed countries than in developing countries. The data from the analysis research collected systematically in developing countries were not published proficiently, therefore it caused several publications to fall into the grey literature category. There are some research gaps, which are research topics are not diverse and have too many things in common, other than that the population data are not aligned with the biodiversity distribution and conservation priorities, especially concerning endangered species such as pangolins. The success of conservation relied on the policymakers and practitioners, and the implications of this research gave suggestions for the management to overcome the pangolin trade polemic that has become increasingly widespread recently.