Dewanti ., Dewanti
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KAJIAN TARIF ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SEKOLAH DI YOGYAKARTA: STUDI KASUS TK/SD BUDI MULIA II, TK/SD SYUHADA, SD UNGARAN, DAN SD SERAYU Sulistiyo, Aris; ., Dewanti
Jurnal Transportasi Vol 4, No 1 (2004)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.969 KB)

Abstract

ABSTRAK Jasa angkutan antar jemput sekolah secara khusus belum diatur oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, termasuk dalam hal pentarifan. Padahal keberadaanya masih diperlukan oleh masyarakat yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah. Apalagi Yogyakarta merupakan kota pendidikan yang banyak tumbuh sekolah favorit dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi. Studi ini dilakukan untuk mengkaji tarif angkutan antar jemput sekolah dengan studi kasus TK/SD Budi Mulia Dua, TK/SD Syuhada, SD Ungaran, dan SD Serayu. Dengan menganalisis tarif saat ini dibandingkan dengan perhitungan running cost pada kendaraan yang digunakan, dan menganalisis nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna jasa. Hasil dari analisis diperoleh tarif saat ini lebih rendah perhitungan running cost. Dari sisi kemampuan dan kesediaan membayar pelanggan jasa angkutan menunjukkan hasil lebih tinggi dari tarif yang berlaku saat ini. Responden pada jasa angkutan yang dikelola sekolah mampu membayar tarif lebih tinggi Rp77.448,00 dari tarif saat ini, tetapi hanya mau membayar bila tarif dinaikkan sebesar Rp17.600,00. Responden pada jasa angkutan yang tidak dikelola sekolah mampu membayar tarif lebih tinggi Rp84.277,00 dari tarif saat ini, tetapi hanya mau membayar bila tarif dinaikkan sebesar Rp21.737,00.Kata-kata kunci: angkutan antar jemput sekolah, biaya operasi kendaraan, ability to pay, willingness to pay
EVALUASI PENGGUNAAN APRON BANDAR UDARA ADI SUCIPTO YOGYAKARTA Anugrahadi, Reddy; ., Dewanti
Jurnal Transportasi Vol 5, No 2 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.946 KB)

Abstract

Abstrak Tingkat pergerakan pesawat terbang di Bandar Udara Adi Sucipto, Yogyakarta, beberapa tahun belakangan pascakrisis moneter menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat pada munculnya beberapa maskapai penerbangan baru dan maskapai penerbangan lama menambah rute penerbangannya. Setiap hari terdapat rata-rata 45 penerbangan rutin berjadwal dari 11 maskapai penerbangan, dengan menggunakan 8 jenis pesawat terbang. Pada studi ini dilakukan evaluasi penggunaan apron di suatu bandar udara, sebagai tempat parkir pesawat terbang dan berlangsungnya berbagai aktivitas untuk mempersiapkan pesawat terbang sebelum melakukan take-off. Evaluasi dilakukan dengan menganalisis kapasitas tahunan apron dan kapasitas pada jam puncaknya serta terhadap kegiatan pelayanan pesawat terbang yang terkait dengan lama pesawat terbang tersebut berada di apron. Data dianalisis dengan menggunakan metode statistika deskriptif dan dengan menggunakan model lintasan kritis (Critical Path Model, CPM). Hasil studi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kapasitas apron tahunan pascakrisis moneter. Sampai dengan akhir tahun 2004 diperkirakan kapasitas tahunan yang terjadi adalah sebesar 29.864 pesawat terbang/tahun dan kapasitas apron pada jam puncak sebanyak tujuh buah pesawat terbang. Kapasitas maksimal apron di bandar udara Adi Sucipto adalah delapan pesawat terbang, sehingga dari segi kapasitas dengan komposisi jenis pesawat terbang yang ada, masih terdapat ruang untuk satu pesawat terbang lagi. Akan tetapi dengan mempertimbangkan penggunaan apron maksimal, dengan jenis pesawat terbang terbesar yang beroperasi adalah MD-82, maka disarankan agar ukuran apron ditambah dengan 67,8 meter untuk panjang dan 22 meter untuk lebar. Kegiatan pelayanan pesawat terbang yang menentukan lama pesawat terbang di apron adalah penyiapan tangga penumpang ke pesawat terbang (position steps), turunnya penumpang dari pesawat terbang (deplane passangers), pengisian bahan bakar (fueling aircraft), naiknya penumpang ke pesawat terbang (enplane passangers), penyingkirkan tangga (removing steps), mendorong mundur pesawat terbang (push back) dan start engines. Jenis pesawat terbang yang membutuhkan waktu kegiatan pelayanan paling lama adalah jenis MD-82, yaitu sebesar 1.903,3 detik (31 menit 43 detik). Waktu untuk kegiatan pelayanan tersebut masih dapat diterima oleh PT (Persero) Angkasa Pura I, karena standar standar waktu kegiatan pelayanan pesawat terbang maksimal yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut adalah 3.300 detik (55 menit). Bila ditinjau Gate Occupancy Time (GOT), maka pesawat terbang B-737 300 mempunyai GOT terbesar, yaitu 2.538,61 detik (42 menit 19 detik). Pada jam puncak terdapat tiga jenis pesawat terbang yang beroperasi (MD-82, B-737 400, dan F 100) dengan waktu penggunaan apron yang terjadi lebih besar daripada waktu penggunaan apraon di luar jam puncak, Tetapi tetap masih lebih kecil daripada yang telah ditentukan PT (Persero) Angkasa Pura I.Kata-kata kunci: apron, bandar udara Adi Sucipto, kapasitan apron, Gate Occupancy Time
MODEL PERMINTAAN PERJALANAN PENUMPANG ANTAR KOTA/KABUPATEN DENGAN MODA TRANSPORTASI DARAT: STUDI KASUS PROPINSI SUMATRA SELATAN Ledoh, Diyono Bambang; ., Dewanti; ., Widodo
Jurnal Transportasi Vol 5, No 2 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.902 KB)

Abstract

Abstract Model permintaan perjalanan penumpang antar kota merupakan suatu model alternatif yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah perjalanan penumpang antar kota dengan moda transportasi darat. Pada studi ini dicoba untuk dikembangkan suatu model permintaan perjalanan penumpang tersebut dengan menggunakan data Propinsi Sumatra Selatan. Model ini diharapkan dapat digunakan sebagai suatu alat bantu dalam perencanaan transportasi darat di Propinsi Sumatra Selatan, serta sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya. Dari studi ini diperoleh hasil sebagai berikut:(1)     Model untuk permintaan perjalanan penumpang antar kota menggunakan moda darat:(a)     Untuk waktu perjalanan antar kota kurang dari 4 jam:Y1 =  43429.75 exp (– 0.0000021 Z2  + 0.498 Z4 + 1.116 Z9 + 0.00000028 Z15 )             (b)     Untuk waktu perjalanan antar kota kurang antara 4 hingga 5 jam:Y1 = 5211554.99 exp (0.309 Z3 – 0.799 Z8 1.566 Z9 + 0.000000122 Z15 )(c)     Untuk waktu perjalanan antar kota lebih dari 5 jam:Y1 = 1.93 .10-10 exp (0.336 Z3 + 0.987 Z4 + 6.15 Z9 + 4.077 Z10 + 16.22 Zp + 0.00000054 Z15 )(2)     Model untuk permintaan perjalanan penumpang antar kota dengan menggunakan angkutan umum:(a)     Untuk waktu perjalanan antar kota kurang dari 5 jam:Y2 = 3332537957 exp ( 0.606 Z3 + 2.459 Z4 – 7.455 Z5+ 0.000017 Z6+1.089 Z9 – 5.39 Z10 )(b)     Untuk waktu perjalanan antar kota antara 5 hingga 7 jam:Y2 = 2.754  exp ( 1.983 Z3 – 0.753 Z4 +0.00017 Z6+4.25 Zq – 0.00000037 Z14+0.00000018 Z15)(c)     Untuk waktu perjalanan antar kota lebih dari 7 jam:Y2 =  93.10-35 Z3 3.089 Z6 12.96 Z10 8.42 Z14 -5.69  Z15 1.96 Kata-kata kunci: Model permintaan perjalanan, perjalanan antar kota, waktu perjalanan.
MODEL PERMINTAAN PERJALANAN PENUMPANG ANTAR KOTA/KABUPATEN DENGAN MODA TRANSPORTASI DARAT: STUDI KASUS PROPINSI SUMATRA SELATAN Ledoh, Diyono Bambang; ., Dewanti; ., Widodo
Jurnal Transportasi Vol 5, No 2 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.902 KB) | DOI: 10.26593/jt.v5i2.1789.%p

Abstract

Abstract Model permintaan perjalanan penumpang antar kota merupakan suatu model alternatif yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah perjalanan penumpang antar kota dengan moda transportasi darat. Pada studi ini dicoba untuk dikembangkan suatu model permintaan perjalanan penumpang tersebut dengan menggunakan data Propinsi Sumatra Selatan. Model ini diharapkan dapat digunakan sebagai suatu alat bantu dalam perencanaan transportasi darat di Propinsi Sumatra Selatan, serta sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya. Dari studi ini diperoleh hasil sebagai berikut:(1)     Model untuk permintaan perjalanan penumpang antar kota menggunakan moda darat:(a)     Untuk waktu perjalanan antar kota kurang dari 4 jam:Y1 =  43429.75 exp (– 0.0000021 Z2  + 0.498 Z4 + 1.116 Z9 + 0.00000028 Z15 )             (b)     Untuk waktu perjalanan antar kota kurang antara 4 hingga 5 jam:Y1 = 5211554.99 exp (0.309 Z3 – 0.799 Z8 1.566 Z9 + 0.000000122 Z15 )(c)     Untuk waktu perjalanan antar kota lebih dari 5 jam:Y1 = 1.93 .10-10 exp (0.336 Z3 + 0.987 Z4 + 6.15 Z9 + 4.077 Z10 + 16.22 Zp + 0.00000054 Z15 )(2)     Model untuk permintaan perjalanan penumpang antar kota dengan menggunakan angkutan umum:(a)     Untuk waktu perjalanan antar kota kurang dari 5 jam:Y2 = 3332537957 exp ( 0.606 Z3 + 2.459 Z4 – 7.455 Z5+ 0.000017 Z6+1.089 Z9 – 5.39 Z10 )(b)     Untuk waktu perjalanan antar kota antara 5 hingga 7 jam:Y2 = 2.754  exp ( 1.983 Z3 – 0.753 Z4 +0.00017 Z6+4.25 Zq – 0.00000037 Z14+0.00000018 Z15)(c)     Untuk waktu perjalanan antar kota lebih dari 7 jam:Y2 =  93.10-35 Z3 3.089 Z6 12.96 Z10 8.42 Z14 -5.69  Z15 1.96 Kata-kata kunci: Model permintaan perjalanan, perjalanan antar kota, waktu perjalanan.
KAJIAN TARIF ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SEKOLAH DI YOGYAKARTA: STUDI KASUS TK/SD BUDI MULIA II, TK/SD SYUHADA, SD UNGARAN, DAN SD SERAYU Sulistiyo, Aris; ., Dewanti
Jurnal Transportasi Vol 4, No 1 (2004)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.969 KB) | DOI: 10.26593/jt.v4i1.1766.%p

Abstract

ABSTRAK Jasa angkutan antar jemput sekolah secara khusus belum diatur oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, termasuk dalam hal pentarifan. Padahal keberadaanya masih diperlukan oleh masyarakat yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah. Apalagi Yogyakarta merupakan kota pendidikan yang banyak tumbuh sekolah favorit dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi. Studi ini dilakukan untuk mengkaji tarif angkutan antar jemput sekolah dengan studi kasus TK/SD Budi Mulia Dua, TK/SD Syuhada, SD Ungaran, dan SD Serayu. Dengan menganalisis tarif saat ini dibandingkan dengan perhitungan running cost pada kendaraan yang digunakan, dan menganalisis nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna jasa. Hasil dari analisis diperoleh tarif saat ini lebih rendah perhitungan running cost. Dari sisi kemampuan dan kesediaan membayar pelanggan jasa angkutan menunjukkan hasil lebih tinggi dari tarif yang berlaku saat ini. Responden pada jasa angkutan yang dikelola sekolah mampu membayar tarif lebih tinggi Rp77.448,00 dari tarif saat ini, tetapi hanya mau membayar bila tarif dinaikkan sebesar Rp17.600,00. Responden pada jasa angkutan yang tidak dikelola sekolah mampu membayar tarif lebih tinggi Rp84.277,00 dari tarif saat ini, tetapi hanya mau membayar bila tarif dinaikkan sebesar Rp21.737,00.Kata-kata kunci: angkutan antar jemput sekolah, biaya operasi kendaraan, ability to pay, willingness to pay
ANALISIS AWAL PERMASALAHAN TRANSPORTASI UDARA DAN ARAH PENGEMBANGAN BANDARA DI INDONESIA Sefrus, Tri; ., Dewanti; Priyanto, Sigit; Irawan, Muhammad Zudhy
Jurnal Transportasi Vol 17, No 3 (2017)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.354 KB) | DOI: 10.26593/jt.v17i3.2872.%p

Abstract

Abstract Demand of air passenger numbers in Indonesia has been increasing since the last decade, reaching 15% per year. The high number of these demand has a negative impact on the aviation world in Indonesia. Aircraft queue on landing, delayed departure time, inconvenience of passengers, and high accident risk are negatives which of course require early handling for long term. This study to explore the problems related to aviation in Indonesia, so that got the root of the most influential to the current aviation dilemma of Indonesia and its proper development direction. This study used data 26 major airports in Indonesia as a case study. The results show that the air transport problems that occur are influenced by three things: high passenger growth, limited airport capacity, and the dominance of indirect flight. And the right direction of airport development to be done is the development of integrated flight routes. Keywords: growth of passengers, airport development, flight route, airport capacity  Abstrak Permintaan jumlah penumpang angkutan udara di Indonesia terus mengalami peningkatan semenjak satu dekade terakhir, yang mencapai angka 15% per tahun. Tingginya jumlah permintaan ini ikut memberikan dampak negatif terhadap dunia penerbangan di Indonesia. Antrian pesawat udara saat mendarat, tertundanya waktu keberangkatan, ketidaknyamanan penumpang, dan risiko kecelakaan yang tinggi merupakan hal negatif yang membutuhkan penanganan dini untuk jangka panjang. Penelitian ini dilakukan untuk menggali perma-salahan terkait angkutan udara di Indonesia, sehingga didapat akar masalah yang paling berpengaruh terhadap penerbangan Indonesia saat ini dan arah pengembangannya. Pada penelitian ini digunakan data 26 bandara utama di Indonesia sebagai studi kasusnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa permasalahan angkutan udara yang terjadi dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu pertumbuhan penumpang yang tinggi, keterba-tasan kapasitas bandara, dan dominannya rute penerbangan yang tidak langsung. Arah pengembangan bandara yang tepat untuk dilakukan adalah melalui pengembangan rute penerbangan yang terintegrasi. Kata-kata kunci: pertumbuhan penumpang, pengembangan bandara, rute penerbangan, kapasitas bandara
EVALUASI PENGGUNAAN APRON BANDAR UDARA ADI SUCIPTO YOGYAKARTA Anugrahadi, Reddy; ., Dewanti
Jurnal Transportasi Vol 5, No 2 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.946 KB) | DOI: 10.26593/jt.v5i2.1792.%p

Abstract

Abstrak Tingkat pergerakan pesawat terbang di Bandar Udara Adi Sucipto, Yogyakarta, beberapa tahun belakangan pascakrisis moneter menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat pada munculnya beberapa maskapai penerbangan baru dan maskapai penerbangan lama menambah rute penerbangannya. Setiap hari terdapat rata-rata 45 penerbangan rutin berjadwal dari 11 maskapai penerbangan, dengan menggunakan 8 jenis pesawat terbang. Pada studi ini dilakukan evaluasi penggunaan apron di suatu bandar udara, sebagai tempat parkir pesawat terbang dan berlangsungnya berbagai aktivitas untuk mempersiapkan pesawat terbang sebelum melakukan take-off. Evaluasi dilakukan dengan menganalisis kapasitas tahunan apron dan kapasitas pada jam puncaknya serta terhadap kegiatan pelayanan pesawat terbang yang terkait dengan lama pesawat terbang tersebut berada di apron. Data dianalisis dengan menggunakan metode statistika deskriptif dan dengan menggunakan model lintasan kritis (Critical Path Model, CPM). Hasil studi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kapasitas apron tahunan pascakrisis moneter. Sampai dengan akhir tahun 2004 diperkirakan kapasitas tahunan yang terjadi adalah sebesar 29.864 pesawat terbang/tahun dan kapasitas apron pada jam puncak sebanyak tujuh buah pesawat terbang. Kapasitas maksimal apron di bandar udara Adi Sucipto adalah delapan pesawat terbang, sehingga dari segi kapasitas dengan komposisi jenis pesawat terbang yang ada, masih terdapat ruang untuk satu pesawat terbang lagi. Akan tetapi dengan mempertimbangkan penggunaan apron maksimal, dengan jenis pesawat terbang terbesar yang beroperasi adalah MD-82, maka disarankan agar ukuran apron ditambah dengan 67,8 meter untuk panjang dan 22 meter untuk lebar. Kegiatan pelayanan pesawat terbang yang menentukan lama pesawat terbang di apron adalah penyiapan tangga penumpang ke pesawat terbang (position steps), turunnya penumpang dari pesawat terbang (deplane passangers), pengisian bahan bakar (fueling aircraft), naiknya penumpang ke pesawat terbang (enplane passangers), penyingkirkan tangga (removing steps), mendorong mundur pesawat terbang (push back) dan start engines. Jenis pesawat terbang yang membutuhkan waktu kegiatan pelayanan paling lama adalah jenis MD-82, yaitu sebesar 1.903,3 detik (31 menit 43 detik). Waktu untuk kegiatan pelayanan tersebut masih dapat diterima oleh PT (Persero) Angkasa Pura I, karena standar standar waktu kegiatan pelayanan pesawat terbang maksimal yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut adalah 3.300 detik (55 menit). Bila ditinjau Gate Occupancy Time (GOT), maka pesawat terbang B-737 300 mempunyai GOT terbesar, yaitu 2.538,61 detik (42 menit 19 detik). Pada jam puncak terdapat tiga jenis pesawat terbang yang beroperasi (MD-82, B-737 400, dan F 100) dengan waktu penggunaan apron yang terjadi lebih besar daripada waktu penggunaan apraon di luar jam puncak, Tetapi tetap masih lebih kecil daripada yang telah ditentukan PT (Persero) Angkasa Pura I.Kata-kata kunci: apron, bandar udara Adi Sucipto, kapasitan apron, Gate Occupancy Time
Analisis Peningkatan Kinerja Integrasi Jaringan Pelayanan Transportasi Pariwisata Dengan Menggunakan Important Performance Analysis (IPA) ., Dewanti; Nugroho, Deni Prasetio; Harmanto, Jan Prabowo
Prosiding Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi Vol 11 No 2 (2024): Prosiding Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi
Publisher : FSTPT Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The performance of transportation service integration in tourist areas needs to be improved to attract more tourists. Key factors that contribute to supporting tourism include the availability of supporting sectors such as accommodation services, tourist attractions, travel services, destination management, and transportation. The analysis method used Importance Performance Analysis (IPA), which assessed 16 indicators based on connectivity, ease of use, safety, security, comfort, and amenities. The results of the IPA analysis identified the main priority areas for improvement: the availability of service information centers, public transportation maps, lighting facilities, ease of accessing intermodal information, and ease of ticket reservations. Maintaining performance in areas such as ease of using transportation, availability of hotel services, current travel time, and social environment ambiance is also important. Conversely, areas such as shading for pedestrian paths, parking space availability, and pedestrian comfort were found to have poor performance and low importance. On the other hand, areas such as conflicts among pedestrians, conflicts between pedestrians and other modes of transportation, availability of restaurants/shops, and service schedule suitability were found to have good performance but tended to be excessive. These findings provide valuable insights for improving the integration of transportation services in tourist areas. ABSTRAK Kinerja integrasi pelayanan transportasi kawasan wisata perlu ditingkatkan untuk menarik wisatawan. Ketersediaan sektor penunjang pariwisata seperti jasa penginapan, daya tarik wisata, sektor penyelenggaraan perjalanan, pengelolaan tempat tujuan wisata dan transportasi menjadi kunci layanan untuk mendukung pariwisata. Metode analisis yang digunakan adalah Importance Performace Analysis (IPA). Penilaian IPA ini dilakukan pada 16 indikator berdasarkan dari 6 kriteria yaitu konektivitas, kemudahan, keselamatan, keamanan, kenyamanan dan amenitas. Berdasarkan hasil analisis IPA yang dilakukan maka didapatkan hasil prioritas utama dan harus diperbaiki kinerjanya karena sangat penting: ketersediaan pusat informasi layanan, ketersediaan peta transportasi publik, fasilitas penerangan, kemudahan akses informasi alih moda, kemudahan reservasi tiket. Mempertahankan kinerja: kemudahan menggunakan transportasi, ketersediaan jasa hotel, waktu tempuh saat ini, suasana lingkungan sosial. Kinerja tidak baik dan tidak penting: peneduh jalur pejalan kaki, luas parkir, kenyamanan jalan kaki. Kinerja baik, cenderung berlebihan: konflik sesama pejalan kaki, konflik pejalan kaki dengan moda lain, ketersediaan rumah makan/toko, kesesuaian jadwal layanan.