Mirna Muis
1Departemen Radiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Karakteristik morfologi penderita karsinoma payudara dengan reseptor estrogen positif dan negatif berdasarkan duplex ultrasound Wenda Anastasia; Mirna Muis; Muhammad Ilyas; Andi Alfian Zainuddin; Sri Asriyani; Ni Ketut Sungowati
Majalah Kedokteran Andalas Vol 42, No 3 (2019): Published in September 2019
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.797 KB) | DOI: 10.25077/mka.v42.i3.p97-107.2019

Abstract

Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik morfologi dan vaskularisasi karsinoma payudara dengan reseptor estrogen positif dan negatif berdasarkan ultrasonografi grayscale dan doppler. Metode: Penelitian ini dilakukan di Bagian Radiologi RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar pada Oktober 2018 sampai dengan Februari 2019. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kajian potong lintang. Analisis data menggunakan statistik melalui uji diagnostik chi-square dan Mann-Whitney. Sampel penelitian sebanyak 40 orang dengan karsinoma payudara. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan (p<0,05) pada morfologi akustik posterior antara reseptor estrogen positif dan negatif karena akustik posterior shadowing dominan pada reseptor estrogen positif, sedangkan akustik posterior enhancement dominan pada reseptor estrogen negatif. Morfologi akustik posterior ini hanya dapat dinilai dengan menggunakan ultrasonografi grayscale. Simpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan pada morfologi akustik posterior dimana akustik posterior shadowing dominan pada reseptor estrogen positif, dan akustik posterior enhancement dominan pada reseptor estrogen negatif.
Kesesuaian ukuran kanalis spinalis lumbal berdasarkan Ultrasonografi dengan MR-Myelografi pada penderita nyeri punggung bawah Emilya Jufianti; Muhammad Ilyas; Bachtiar Murtala; Andi Alfian Zainuddin; Cahyono Kaelan; Mirna Muis
Majalah Kedokteran Andalas Vol 42, No 3 (2019): Published in September 2019
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.59 KB) | DOI: 10.25077/mka.v42.i3.p121-127.2019

Abstract

Tujuan: Penelitian ini bertujuan menilai kesesuaian ukuran kanalis spinalis lumbal berdasarkan ultrasonografi dengan MR myelografi lumbosakral pada penderita Nyeri Punggung Bawah (NPB). Metode: Penelitian ini menggunakan desain observasi cross-sectional dan dilakukan di Bagian Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari November 2018 - Februari 2019. Sampel penelitian sebanyak 54 dengan 22 sampel eksklusi dan 32 sampel inklusi. Dari 32 sampel pada level L3-L4 sebanyak 27 sampel normal dan 5 sampel stenosis, level L4-L5 sebanyak 21 sampel normal dan 11 sampel stenosis, level L5-S1 sebanyak 28 sampel normal dan 4 sampel stenosis. Data dianalisis dengan analisis statistik melalui uji korelasi Person. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat kesesuaian ukuran kanalis spinalis lumbal berdasarkan ultrasonografi dengan MR myelografi lumbosakral pada penderita NPB  pada level L3-L4 dengan nilai p=0,001 (<0,05) dan memiliki kekuatan hubungan kuat dengan nilai r=0,985. Data juga menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara hasil MR myelografi dengan Ultrasonografi lumbosakral pada level L4-L5 dengan nilai p=0,001 (<0,05) dan memiliki kekuatan hubungan kuat dengan nilai r=0,987. Data juga menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara hasil MR myelografi dengan Ultrasonografi lumbosakral pada level L5-S1 dengan nilai p=0,001 (<0,05) dan memiliki kekuatan hubungan kuat dengan nilai r=0,973. Simpulan: Terdapat kesesuaian ukuran kanalis spinalis lumbal berdasarkan ultrasonografi dengan MR myelografi lumbosakral pada penderita NPB.
Korelasi plak, CIMT, dan skor kalsium dengan derajat stenosis arteri koroner pada pasien dislipidemia Erman Muliawan; Nikmatia Latief; Sri Asriyani; Andi Alfian Zainuddin; Muzakkir Amir; Mirna Muis
Majalah Kedokteran Andalas Vol 42, No 3S (2019): Published in November 2019
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.516 KB) | DOI: 10.25077/mka.v42.i3S.p1-10.2019

Abstract

Tujuan: Mengetahui korelasi plak, ketebalan tunika intima-media arteri karotis berdasarkan ultrasonografi dan skor kalsium total dengan derajat stenosis arteri koroner berdasarkan MSCT-scan kardiak pada pasien dislipidemia. Metode: Cross-sectional, dilakukan di instalasi radiologi sentral RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar mulai bulan Juli 2018 sampai Juli 2019. Sampel sebanyak 32 orang dengan usia >18 tahun dan memiliki riwayat dislipidemia. Metode statistik yang digunakan uji korelasi Spearman. Hasil: Terdapat korelasi antara kejadian plak, ketebalan tunika intima-media arteri karotis dan total calcium score dengan derajat stenosis arteri koroner, dimana nilai p masing-masing secara berurutan yaitu 0,017 (<0,05), <0,0001, dan <0,0001 dan nilai r masing-masing yaitu 0,418, 0,65, dan 0,882. Simpulan: Skor kalsium total merupakan suatu penanda independen risiko kejadian kardiovaskular, lebih superior dibandingkan evaluasi arteri karotis. Terdapatnya nilai skor kalsium total menunjukkan adanya suatu penyakit arteri koroner namun tidak memprediksi obstruksi luminal. Di samping itu, keadaan dinding arteri karotis juga dapat mencerminkan keadaan dinding arteri koroner sehingga dapat digunakan sebagai penanda terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah jantung pada daerah yang belum memiliki fasilitas skor kalsium total.
KESESUAIAN CT SCAN LEHER DENGAN HASIL BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS DALAM MENGIDENTIFIKASI KEGANASAN LIMFADENOPATI LEHER Nurintan Kasmin Ginano; Mirna Muis; Bachtiar Murtala
Mandala Of Health Vol 11 No 2 (2018): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.966 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.2.1264

Abstract

Limfadenopati dapat disebabkan oleh berbagai kondisi mulai dari keganasan, infeksi, autoimun, dan iatrogenik. Limfadenopati pada usia anak dan dewasa yang ukurannya tidak bertambah besar dalam kurun waktu kurang dari dua minggu atau lebih dari 12 bulan tidak bersifat neoplastik. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian gambaran CT Scan leher dengan hasil biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) untuk membedakan limfadenopati leher yang jinak dan ganas. Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin Makassar mulai bulan Desember 2017 sampai Mei 2018. Sampel sebanyak 61 orang dengan rentang usia 4 - 82 tahun. Metode yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan gambaran keganasan limfadenopati leher pada CT Scan yang sesuai dengan BAJAH yaitu penyebaran ekstrakapsular, nekrosis sentral, bentuk bulat/lobulated dan margin irregular, sedangkan kalsifikasi dan ukuran tidak sesuai. Gambaran CT Scan limfadenopati leher yang jinak sesuai dengan hasil BAJAH yaitu tidak ada penyebaran ekstrakapsular, tidak ada nekrosis sentral, bentuk oval dan margin regular, sedangkan kalsifikasi dan ukuran tidak sesuai. Lymphadenopathy can be caused by various conditions that were malignancy, infection, autoimmunity, and iatrogenic. In adults and children, lymphadenopathy whose duration is less than two weeks or more than 12 months but its size does not increase, that is not a neoplastic. The study aims to determine the relationship between CT Scan of neck image and the result of fine needle aspiration biopsy (FNAB) in distinguishing benign and malignant cervical lymphadenopathies. The research was conducted in Radiology Department of Dr. Wahidin Sudirohusodo and Universitas Hasanuddin Hospital Makassar from December to May 2018. The sample were 61 people aged form 4 – 82 years old. The observational analytic with cross sectional analytic were used in this study. The result revealed that image of malignant lymphadenopathies in CT Scan of neck were significantly related with FNAB results; extracapsular spread; central necrosis, lobulated or rounded forms with irregular margin, while calcification and size were not related. The image of benign lymphadenopathies in CT Scan of neck was related with FNAB results; no extracapsular spread, no central necrosis, oval formed with regular margin, while calcification and size were not related.
KORELASI UKURAN KETEBALAN KORTEKS DAN RESISTIVE INDEX GINJAL BERDASARKAN PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI PADA PASIEN HIDRONEFROSIS Ferawati Dakio; Nurlaily Idris; Mirna Muis; Andi Alfian; Hasyim Kasim; Bachtiar Murtala
Mandala Of Health Vol 12 No 2 (2019): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.328 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.2.1279

Abstract

Hidronefrosis dapat terjadi pada satu atau kedua ginjal yang menyebabkan aliran urine menjadi lemah dan mengganggu fungsi dari ginjal itu sendiri.Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi ketebalan korteks ginjal dan resistive index ginjal berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi pada pasien hidronefrosis. Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari Mei sampai dengan Agustus 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan potong lintang.Sampel penelitian sebanyak empat puluh orang yang memiliki klinis hidronefrosis. Pemeriksaan ultrasonografi grayscale terhadap pasien dilakukan untuk mengukur ketebalan korteks ginjal yang dilakukan di bagian tengah ginjal pada potongan longitudinal dan diukur dari puncak piramid tegak lurus ke arah kapsul, kemudian dilanjutkan pemeriksaan ultrasonografi doppler di arteri interlobar atau arcuata pada pole superior, median, dan inferior ginjal untuk menilai renal resistiveindex. Data dianalisis dengan analisis statistik melalui uji korelasi Spearman dan Pearson.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata sampel penelitian mengalami hidronefrosis derajat ringan. Mean tebal korteks ginjal kanan pada penelitian ini 0,9 cm (0,26-1,79cm) dan ginjal kiri 0,84 cm (0,22-1,57cm). Terdapat korelasi yang bermakna antara derajat hidronefrosis dengan ketebalan korteks ginjal kanan dan kiri dengan arah korelasi negatif (p=0,0001). Kecenderungan peningkatan derajat hidronefrosis, meningkatkan nilai resistive index meskipun secara statistik tidak bermakna. Tidak terdapat korelasi antara ketebalan korteks dan resistive index ginjal berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi. Hydronephrosis can occur in one or both kidneys which causes the flow of urine to become weak and interfere with the function of the kidney. This research aimed to investigate the correlation between the cortex thickness and the resistive index of kidney based on the ultrasonography examination in hydronephrosis patients. The research was conducted in Radiology Department of Dr. Wahidin Sudirohusodo General Hospital, Makassar from May through August 2018. The research design used was observational using the cross sectional design. The total samples comprised 40 samples with clinical hydronephrosis. The examination of ultrasonography grayscale was carried out in order to measure the cortex thickness of the kidneys in the central parts of kidneys and the longitudinal cut was measured from the pyramid top straight down the capsule, then it was continued with the Doppler ultrasonography examination in the interlobare artery or arcute at superior pole, median and inferior kidney in order to evaluate the renal resistive index. The data were analyzed using the statistical analysis through the correlation tests of Spearman and Pearson. The research results indicated that the mean research samples had experienced the light hydronephrosis. The mean cortex thickness of the right kidney was 0.9 cm (0.26 - 1.79 cm), and that of the left kidnet was 0.84 cm (0.22 - 1.57 cm). There was a significant correlation between the degree of hydronephrosis and the cortex thickness of the right and the left kidneys, with the direction of the negative correlation (p=0.0001). There was a tendency of the increase of hydronephrosis degree to increase the value of resistive index, though statistically it was insignificant. There was no correlation between the cortex thickness and the resistive index of kidney based on the ultrasonogrphy examination.
NILAI DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DOPPLER DALAM MENENTUKAN KEGANASAN TUMOR OVARIUM DIBANDINGKAN HASIL HISTOPATOLOGI Nurhayati Nurhayati; Mirna Muis; Muhammad Ilyas
Mandala Of Health Vol 12 No 2 (2019): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.114 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.2.1291

Abstract

Kanker ovarium merupakan keganasan organ viseral dan paling mematikan serta dianggap silent killer. Kanker ini umumnya baru menimbulkan keluhan bila telah menyebar ke rongga peritoneum atau organ visera lainnya. Pada tingkat ini penyakit telah mencapai stadium lanjut sehingga tindakan pembedahan dan terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Kurangnya gejala awal maupun sensitifitas skrining serta teknik deteksi dini merupakan alasan keterlambatan dalam diagnosis. Pengenalan dini kanker ovarium stadium awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja tidak cukup sehingga perlu dilengkapi pemeriksaan radiologi seperti Ultrasonografi (USG), Computted Tomography Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI). USG Doppler adalah teknik pencitraan yang sering digunakan, noninvasif, biaya relatif murah, dan ditoleransi dengan baik. Penggunaan USG Doppler dimungkinkan untuk menilai vaskularisasi tumor dan nilai resistive index. Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai diagnostik USG Doppler dalam menentukan keganasan tumor ovarium dibandingkan hasil histopatologi. Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS. Universitas Hasanuddin, Makassar dimulai pada bulan Juni-Agustus 2018. Desain penelitian menggunakan uji diagnostik. Sebanyak 55 sampel dengan klinis tumor ovarium umur 14-67 tahun dilakukan pemeriksaan USG Doppler untuk menilai distribusi vaskuler, jumlah vaskuler, dan nilai resistive index, dilanjutkan sistem kategori untuk menentukan sifat tumor jinak atau ganas. Ganas, jika terdapat ≥ 2 kriteria Doppler ganas, dan jinak jika terdapat < 2 kriteria Doppler ganas. Hasil diagnosis USG Doppler dibandingkan dengan hasil histopatologi. Data dianalisis secara statistik berdasarkan uji diagnostik. Hasil penelitian menunjukkan USG Doppler memiliki nilai diagnostik yang cukup tinggi dalam menilai keganasan tumor ovarium dengan sensitivitas 94,7%, spesifisitas 70,6%, nilai prediksi posistif 87,8%, nilai prediksi negatif 85,7% dan akurasi 87,2%. Ovarian cancer is a visceral organ malignancy that is lethal and is considered as “silent killer”. This cancer typically cause complaint if it has spread to peritoneum cavity or other visceral organ where the disease reached late stage, thus, surgical or adjuvant therapy is not beneficial anymore. The lack of early manifestation, screening sensitivity and difficulty in early detection technique are reasons for delay diagnosis. Early detection of ovarian cancer based on physical examination is not sufficient, and should be completed with imaging studies such as USG, CT scan, MRI and nuclear medicine. Doppler US is a technique that is non-invasive, relatively cheap and well-tolerated. This examination may assessed tumor vascularization and resistive index. This study aimed to investigate the diagnostic values of Doppler Ultrasound in determining the malignancy of ovarian tumor compared with result of histopathology. This study was conducted in Radiology Department of Dr.Wahidin Sudirohusodo Hospital and Hasanuddin University Hospital, Makassar from June through August 2018. Design of the study was diagnostic test. Doppler Ultrasound examination was carried on 55 samples with clinical sign of ovarian tumor aged between 14-67 years to evaluate the vascular distribution, number of vascular, and values of resistive index; followed by categorical system to determine the characteristics of benign or malignant ovarian tumor. The lesion is considered malignant if two or more Doppler malignant criteria were found, and benign if less than two criteria were found. The result of Doppler was compared to the result of histopathology. Data were analyzed statistically based on diagnostic test. This study result showed that Doppler Ultrasound had diagnostic value which was high enough to evaluate tumor malignancy with sensitivity of 94.7%, specificity of 70.6%, positive predictive value of 87.8%, negative predictive value of 85.7%, and the accuracy of 87.2%.