Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS INFORMASI KESEHATAN PEMETAAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2021 Hery Setiyawan; Ibnu Mardiyoko; Novalia Amalinda sunarto
Jurnal Admmirasi Vol 7 No 1 (2022): June
Publisher : Assosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47638/admmirasi.v7i1.230

Abstract

Peningkatan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus terjadi. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan hingga 14 Juni 2021 total kasus DBD diIndonesia mencapai 16.320 kasus.Jumlahinimeningkatsebanyak 6.417 kasus, jika dibandingkan total kasus DBD pada 30 Mei yanghanya 9.903 kasus. Jumlah kematian akibat DBD pun meningkat dari 98 kasus pada akhir Mei hingga menjadi 147 kasus pada 14 Juni 2021. Hingga kini dilaporkan jumlah Kabupaten/Kota yang terjangkit terus bertambah menjadi 387 di32 Provinsi.Adapun kasus DBD tertinggi berada pada kelompok umur 15-44 tahun. Kasus DBD di Wilayah Bantul Pada tahun 2020 sampai maret tercatat di Dinas Kesehatan mencapai 416 dan belum ada kasus kematian.Tahun 2021 terdapat 410 dilaporkan 1 meninggal dunia dan kasus tertinggi ada pada Kecamatan Kasihan. Tujuan Penelitian :1) Mengetahui persebaran penderita penyakit DBD di wilayah Kabupaten Bantul., 2) Mengetahui gambaran pemetaan persebaran kasus penyakit DBD di wilayah Kabupaten Bantul.,3) Mengetahui jumlah penderita DBD berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur diwilayah Kabupaten Bantul.,4) Mengetahui factor penyebab terjadinya kasus DBD diwilayah Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif rancangan penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kasus DBD pada tahun 2021 di Wilayah Bantul berdasaran jumlah kasus tertinggi berada di Kecamatan Kasihan dan kasus terendah berada di Kecamatan Srandakan.Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemetaan bahwa kasus DBD di Wilayah Bantul Tahun 2021 mengalami penurunan , berdasarkan jumlah kasus DBD tertinggi berada di Kecamatan Kasihan, Banguntapan dan Imogiri. Untuk pengelompokkan kasus DBD berdasarkan jenis kelamin di Wilayah Bantul kasus paling banyak adalah kasus jenis kelamin laki-laki.Untuk pengelompokkan kasus DBD berdasarkan kelompok umur di Wilayah Bantul kasus paling banyak adalah kelompok umur 14 tahun.Faktor penyebab DBD yang di Wilayah Bantul adalah faktor curah hujan, faktor suhu, faktor elembaban, faktor ketinggian tempat dan faktor kepadatan penduduk.
PEMETAAN KASUS PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT WILAYAH NGAMPILAN TAHUN 2017 Hery Setiyawan; Hendra Rohman; Widya Safitri Dano Jafar
JCOMENT (Journal of Community Empowerment) Vol. 1 No. 1 (2019): Jcoment
Publisher : The Journal Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu Negara berkembang dengan kasus ISPA tertinggi adalah Indonesia dan selalu menempati urutan pertama penyebab kematian ISPA pada kelompok bayi dan balita. Di Puskesmas Ngampilan tahun 2015 sebayak 3146 kasus, tahun 2016 sebanyak 2530 kasus, dan tahun 2017sebanyak 2833 kasus. ISPA menjadi peringkat pertama dalam10 besar penyakit di Puskesmas Ngampilan. Tujuannya memetakan persebaran penderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Ngampilan, mengetahui diagram kunjungan pasien penderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut berdasarkan jenis kelamin diwilayah kerja Puskesmas Ngampilan serta mengetahui diagram kunjungan pasien penderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut berdasarkan golongan umur diwilayah kerja Puskesmas Ngampilan. Penelitian deskriptif. Subjek adalah 1 orang kepala bagian TU dan 1 petugas rekam medis di Puskesmas Ngampilan. Teknik purposive sampling data pasien penderita ISPA tahun 2017 sebanyak 2833. Hasil, pada peta menunjukkan bahwa tingkat persebaran penderita ISPA yang tertinggi di wilayah kelurahan Notoprajan sebanyak 1.660 penderita ISPA, berdasarkan jenis kelamin tingkat penderita perempuan lebih tinggi sebanyak 1.011 orang, laki-laki sebanyak 1.007 orang, berdasarkan golongan umur tiga tertinggi pada umur 0-4 tahun sebanyak 547 orang, umur 5-11 sebanyak 442 dan umur 56-65 sebanyak 383 orang dari total wilayah kelurahan Ngampilan dan Notoprajan. Faktor pendukung yang mempengaruhi ISPA adalah curah hujan, ketingian wilayah, status sosial, pendidikan. Kesimpulan, pasien terbanyak berasal dari Kelurahan Notoprajan yaitu 1660 kasus ISPA, Berdasarkan jenis kelamin, memiliki persentase yang lebih tinggi berada pada pasien perempuan yaitu 1.518 orang, laki-laki yaitu 1.007 orang. Berdasarkan usia, tiga tertinggi berada pada umur 0-4 tahun sebanyak 547 orang, umur 5-11 sebanyak 442 dan umur 56-65 sebanyak 383 orang dari wilayah kelurahan Ngampilan dan Notoprajan.