Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Keberlanjutan Program Pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo Abelii L.) Di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi Ambarita, Darmanto; Syarifuddin, Hutwan; Hamzah, Hamzah
Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol. 7 No. 1 (2024): Jurnal Pembangunan Berkelanjutan
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jpb.v7i1.35263

Abstract

Bentang Alam Bukit Tiga Puluh merupakan hutan tropis dataran rendah yang terletak di pusat pulau Sumatera, saat ini merupakan salah satu kawasan yang penting bagi konservasi tumbuhan dan satwa liar salah satunya yaitu Orangutan Sumatera (Pongo abelli L.). Keberadaan Orangutan di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh diawali pada tahun 2000 dimana kawasan ekosistem Bukit Tiga Puluh diusulkan untuk menjadi wilayah reintroduksi orangutan oleh Sumatran Orangutan Conservation Program (SOCP) karena wilayah ini diperkirakan masih merupakan habitat yang sangat potensial bagi orangutan. Saat ini, Bentang Alam Bukit Tiga Puluh sebagai habitat orangutan sumatera mendapat berbagai tekanan yang menimbulkan permasalahan berupa kegiatan illegal logging, jual beli lahan, perambahan dan kebakaran hutan sehingga mengakibatkan terfragmentasinya habitat satwa liar yang ada di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan dan menganalisis atribut-atribut sensitif (leverage analysis) pada keberlanjutan program pelepasliaran orangutan sumatera (Pongo abelii L.) di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh. Analisis dilakukan dengan metode RAPFISH dengan empat dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan yang selanjutnya divalidasi dengan metode Monte Carlo, penentuan nilai stress dan nilai R2. Untuk penentuan atribut sensitif dilakukan dengan menggunakan analysis leverage. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status keberlanjutan program pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo Abelii L.) Di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh pada dimensi ekologi dan ekonomi cukup berkelanjutan, namun pada dimensi sosial dan kelembagaan berada pada status kurang berkelanjutan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa dari total 36 atribut yang digunakan, teridentifikasi 13 atribut sensitif yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan program pelepasliaran orangutan sumatera.
Status Keberlanjutan Program Pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.) di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi Ambarita, Darmanto; Syarifuddin, Hutwan; Hamzah, Hamzah
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 24, No 3 (2024): Oktober
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v24i3.5420

Abstract

This research aims to analyze the sustainability status and analyze sensitive attributes (leverage analysis) on the sustainability of the Sumatran orangutan (Pongo abelii L.) reintroduction program in the Bukit Tigapuluh Landscape. The analysis was carried out using the RAPFISH method with four dimensions, namely ecological, economic, social and institutional dimensions which were then validated using the Monte Carlo method, determining the stress value and R2 value. Determining sensitive attributes is done using leverage analysis. The research results show that the sustainability status of the Sumatran Orangutan (Pongo abelii L.) reintroduction program in the Bukit Tigapuluh Landscape in the ecological and economic dimensions is quite sustainable, but in the social and institutional dimensions it is less sustainable. The results of the sensitivity analysis showed that of the total of 36 attributes used, 13 sensitive attributes were identified which influenced the sustainability index value of the Sumatran orangutan reintroduction program namely pressure on the area, number and type of nest trees, forest area area, opportunities for competition (intra and between species), level of habitat suitability, contributing to improving the community's economy, average income against UMP, potential tourist attractions, threat of habitat change, conflict management mechanisms, threat of animal hunting, level of community education and information on regulations related to management rules for Sumatran orangutans.