Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

NANGKODO : MUSIKAL BENDI SEBAGAI PROMOSI IDENTITAS BENTUK ALAT TRANSPORTASI TRADISIONAL DALAM BUDAYA KEHIDUPAN MINANGKABAU putra, rizki mona dwi
Jurnal Seni Musik Vol 7 No 1 (2018): June 2018
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.344 KB) | DOI: 10.15294/jsm.v7i1.23347

Abstract

ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk membahas tentang bagaimana ciri khas alat transportasi bendi dalam kehidupan di Minangkabau. Nangkodo merupakan sebuah media ungkap yang digunakan oleh masyarakat dalam menggunakan transportasi yang hanya dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Nangkodo ini merupakan sebuah cara promosi yang unik, dimana bendi di Minangkabau mempunyai banyak bunyian berupa musikal untuk memperkenalkan identitasnya. Konsep musikal dalam bendi pada Nangkodo yaitu bunyi lonceng, sepatu kuda, cambuk kuda dan suara siulan sang kusia sebagai penjelas identitas bendi serta unsur untuk menarik pelanggan dalam menggunakan bendi sebagai transportasi. Kompleksitas metode alat transportasi bendi ini menjadi ciri khas dan identitas dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau. Kata kunci: Nangkodo, Minangkabau, promosi unik, identitas, ciri khas. [1] Rizki Mona Dwi Putra adalah mahasiswa program Pascasarjana ISI Padangpanjang.
Lake Toba Tradisional Musik Festival (LTTMF) dalam Ruang Kreatif Penciptaan Karya Komposisi Musik Rizki Mona Dwi Putra; Fani Dila Sari
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 12, No 1 (2023): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v12i1.45361

Abstract

Lake Toba Traditional Musik Festival (LTTMF) merupakan sebuah program dalam mewujudkan pemajuan seni budaya dan pariwisata sekitaran danau Toba di Sumatera Utara dengan memperkuat ekosistem seni pertunjukan khususnya musik tradisi. Program ini digagas pada tahun 2021 oleh Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek melalui Dit. Perfilman, Musik, dan Media serta UPT BPNB Aceh yang berkerjasama dengan Rumah Karya Indonesia. Dalam festival ini dua belas komposer musik tradisi telah mengaktualisasi karya mereka dalam bentukklip video, festival daring, serta perekaman lagu untuk kemudian ditayangkan dalam platform online. Lake Toba Musik Traditional Musik Festival (LTTMF) membuka ruang kolaboratif dengan 12 komposer di wilayah Nusantara memalui open call dan kurasi yang diharapkan dapat menjadi ruang ekpresi bermusik para seniman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses kreatif penciptaan karya komposisi musik pada Lake Toba Musik Tradisional Festival (LTTMF). Hasil dari penelitian ini berupa catatan tahapan proses kreatif Lake Toba Tradisional Musik Festival yang berbasis riset yang ditenggarai oleh Rumah Karya Indonesia dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mengilhami karya musik diantaranya workshop dari seniman lokal Toba, kolaborasi permainan musik tradisi, FGD panitia, komposer dan kurator memahami hasil pengenalan musik tradisi serta penentuan konsep musik / ide musik yang akan diangkat menjadi pijakan dalam membuat karya musik oleh masing-masing komposer.
“Inomeurme” Interpretasi Meugang sebagai Nilai Sosial Masyarakat Aceh dalam Seni Pertunjukan Komposisi Musik Kontemporer Rizki Mona Dwi Putra; Tria Ocktarizka
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 12, No 2 (2023): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v12i2.50856

Abstract

Meugang merupakan salah satu budaya tradisi yang masih dilestarikan di Aceh. Meugang atau sebagian menyebutnya ma’meugang adalah sebuah tradisi makan daging pada saat sebelum memulai puasa Ramadhan, lebaran Idul fitri dan lebaran Idul Adha. Praktek Perayaan Meugang ini dirayakan oleh semua lapisan Masyrakat, baik di desa maupun di kota. Perayaan Meugang juga dijadikan momen penting untuk setiap keluarga yang bisa dilihat dari aktivitas Meuramin yaitu makan bersama dengan seluruh kalangan. Kebudayaan suatu daerah tentunya akan menghasilkan sejumlah wujud baik itu nilai, budaya maupun hal lainnya. Tradisi meugang di Aceh tentunya memiliki nilai sosial yang berbeda jika ditinjau dari segi lingkungan sosial. Nilai-nilai sosial yang terkandung dalam tradisi meugang memang tidak terlepas dari rasa keindahan dan rasa kebersamaan dalam interaksi sosial masyarakat serta keluarga. Dengan adanya interaksi sosial ini, perayaan meugang dapat menghasilkan nilai sosial dalam bermasyarakat, yaitu nilai kebersamaan dan nilai keindahan. Gagasan ini menarik untuk diaktualisasikan melalui karya seni musik dengan menginterpretasikan kembali Nilai Sosial tersebut ke dalam bentuk Komposisi Musik Kontemporer, yang mana adanya kebaruan dan gambaran terhadap karakter bunyi pada fenomena meugang tersebut. Tujuan dari penelitian karya seni ini adalah untuk mengaktualisasikan Nilai Sosial pada Fenomena Perayaan Meugang melalui Komposisi Musik Kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode penciptaan dengan menggabungkan proses penciptaan musik dari Pande Made Sukerta (Menyusun Gagasan Isi, Menyusun Ide Garapan, Menentukan Garapan) dan teori garap dari Rahayu Supanggah (Materi Garap, Pengarap, Sarana Garap, Prabot, Penentu Garap, dan Pertimbangan Garap).
Leng Si Gere Pas : Reinterpretasi Kekepak ke Dalam Komposisi Musik Karawitan Rizki Mona Dwi Putra; Hartono Hartono
Gestus Journal: Penciptaan dan Pengkajian Seni Vol 2 No 1 (2022): GESTUS JOURNAL : PENGKAJIAN DAN PENCIPTAAN SENI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gsts.v2i1.35150

Abstract

Leng Si Gere Pas adalah sebuah komposisi musik karawitan yang ide nya bersumber pada kekepak, tepatnya di permainan aksentuasi pada ketukan syncope pada permainan teganing. Karya ini diwujudkan dalm bentuk garapan komposisi karawitan, yaitu menggunakan prinsip œaksentuasi dan ketukan syncope. Leng Si Gere Pas yang terdiri dari empat kata dalam bahasa Gayo yaitu Leng (bunyi) Si (yang) gere (tidak) pas (cocok) jika di gabungkan kedalam bahasa indonesia yaitu bunyi yang tidak cocok karena pada permainan kekepak ini bunyinya yang tidak tepat pada tempatnya. Adapun tujuan penciptaan pada komposisi musik karawitan ini adalah untuk menggarap sebuah komposisi karawitan baru yang terinspirasi dari kekepak pada permainan teganing. Permainan kekepak tersebut menjadi ide karya yag digarap menggunakan pendekatan reinterpretasi yang mana bersumber pada satu bagian kecil dari sebuah kesenian tradisi, sehingga pada teknik ini, vokabuler musikal yang sudah di olah, di aktualisasikan dalam wajah yang sangat berbeda dengan bentuk asal nya. Media ungkap pada garapan karya ini dia antaranya beberpa instrument melodis dan ritmis. Instrumen melodis seperti suling, gitar dan bas. Sedangkan insrumen ritmis seperti rapai dan teganing.  Kata Kunci: Aksentuasi, Kekepak, Leng Si Gere Pas, Reinterpretasi, Syncope