Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

NILAI ADAT ISTIADAT DALAM RITUAL SEBUKU PADA PROSESI PERKAWINAN MASYARAKAT SUKU GAYO DI KABUPATEN ACEH TENGAH Tria Ocktarizka
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 4, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v4i1.965

Abstract

Sebuku merupakan interaksi antara calon pengantin dan orangtuanya yang berisi nasihat-nasihat dengan gaya menangisi sambil berdendang. Sebuku menjadi langkah awal yang harus dilewati oleh calon mempelai agar nanti orangtua kedua mempelai menjadi tenang karena telah memberikan petuah bagi anak-anaknya. Dengan melakukan sebuku, masyarakat juga turut andil dalam mempertahankan nilai-nilai adat yang menjadi aturan bermasyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai adat masyarakat suku gayo yang tersirat dalam ritual sebuku. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menjabarkan hal yang ditemukan di lapangan. Proses penelitian ini dilakukan dengan adanya studi kepustakaan, guna mengumpulkan dan menganalisis referensi-referensi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebuku secara keseluruhan merupakan representasi kesantunan seseorang yang masih memegang ketentuan adat agar terhindar dari sumang. Sumang adalah istilah yang berasal dari masyarakat suku gayo yang berarti hal tabu atau pantangan yang harus dihindari oleh setiap individu masyarakat. Orang yang melakukan sumang, dinilai tidak sopan, buruk, dan salah. Bahkan jika kita melakukan tindakan sumang maka perbuatan tersebut sangat memalukan bagi dirinya.
Pengembangan Karakter Warga Binaan melalui Tari Rapa’i Geleng di Lembaga Pemasyarakatan Kota Jantho Aceh Besar Nadra Akbar Manalu; Fentisari Desti Sucipto; Tria Ocktarizka; Sartika Br Sembiring
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 4, No 1 (2020): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2020
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.054 KB) | DOI: 10.24114/gondang.v4i1.15437

Abstract

Dance performance plays an important role in daily life. It is not only showed on the stage but also becomes religious ceremony, therapy media, habitual fellowship, catharsis, and character development. Character development is formed by education to someone.  Character education will inherent a human that has a superior character not only from cognitive aspect but also a good character in this disruption era. Rapa’i Geleng is one of traditional dance from Aceh which can be used as a development character media in Kota Jantho’s correctional institution. The purpose of this research is to develop a character for inmates through Rapa’i Geleng Dance. The method used qualitative through phsycological, religion, and pedagogic approach. Based on the result, there are significant increment in behavior of inmates through arts (Rapa’i Geleng Dance). The increment of behavior is going on the same direction as method of approach that used in this study; Physicological, Religion, and Pedagogic.
Pembuatan Sulam Payet Kreasi Payung Pengantin Aceh melalui Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Gampong Jantho Makmur Sartika Br Sembiring; Putri Dahlia; Tria Ocktarizka
Jurnal Abdimas Mahakam Vol. 6 No. 01 (2022): Januari
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24903/jam.v6i01.1158

Abstract

Abstrak Kerajinan merupakan suatu hasil karya keterampilan tangan yang membutuhkan ketelitian dan kerapian tinggi agar terlihat hasil yang memuaskan. Keindahan hasil karya kerajinan yang indah dan unik akan memberikan kepuasan batin bagi penikmatnya. Karya kerajinan sulam payet merupakan salah satu kerajinan yang banyak diminati oleh kaum ibu-ibu secara khusus. Namun berkaitan dengan kerajinan sulam payet dengan media payung pengantin Aceh, belum banyak dijumpai pelatihan-pelatih terkait. Melihat betapa kurangnya ruang pelatihan untuk sulam payet media payung, maka diadakan pelatihan kreasi payung dengan mengunakan beberapa motif ornamen bernuansa kearifan lokal. Pelatihan diharapkan mampu mengasah kreavitivras ibu PKK Gampong Jantho Makmur dalam membuat karya sulam payet kreasi. Pelatihan ini juga bertujuan memberikan dampak yang signifikan tentang kesejahteraan keluarga ibu PKK. Selain itu diharapkan menambah kegiatan positif untuk mengisi kesibukan yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah Gampong Jantho Makmur. Proses pembuatan sulam payet terdiri dari proses pengenalan bahan, teknik yang digunakan hingga pada tahap finishing. Selain itu diberikan arahan dalam pengelolaan sebuah manajeman usaha agar ibu PKK Gampong Jantho Makmur giat dalam membuka usaha UMKM desa. Kata Kunci: Kata Kunci: Sulam Payet, Payung, Pengantin Aceh.
KAJIAN ESTETIKA KUPIAH RIMAN DESA DAYAH ADAN KABUPATEN PIDIE Fauziana Izzan; Putri Dahlia; Tria Ocktarizka
IKONIK : Jurnal Seni dan Desain Vol 3, No 1 (2021): JANUARI 2021
Publisher : LPPM Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/ijsd.v3i1.865

Abstract

Daerah Aceh kaya akan kebudayaan, banyak hasil kebudayaan Aceh yang tidak terlepas dari nuansa Islami, salah satu contoh dalam seni rupa adalah kupiah riman yang digunakan oleh kaum lelaki Aceh. Sampai saat ini kerajinan kupiah riman masih diproduksi di Desa Dayah Adan Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. Kupiah riman memiliki ciri khas motif tradisional Aceh, seperti: motif pintoe Aceh, bungong kupula, bungong jeumpa,dan lain-lain. Pengetahuan tentang bentuk dan nilai keindahan/ estetika yang terkandung di dalam kupiah riman tidak diketahui oleh sebagian besar masyarakat Aceh saat ini. Masyarakat Aceh menganggap motif tersebut hanya sebagai hiasan semata. Nilai keindahan tersebut menarik untuk diteliti karena kupiah riman memiliki dua bentuk yaitu lonjong dan bulat. Kupiah ini digunakan dalam berbagai upacara adat. Penelitian ini bertujuan agar masyarakat Aceh pada umunya dan Kabupaten Pidie khususnya dapat mengenal kekayaan budaya daerah seperti kupiah riman agar dapat dijaga dan dilestarikan keberadaannya.Penelitian ini akan menggunakan teori estetika Monroe yaitu kesatuan (unity), kerumitan (complexity), dan kesungguhan (intensity) untuk menganalisis kupiah riman. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai kupiah riman. Hal ini juga berpengaruh terhadap industri kerajinan kupiah riman yang ada di Desa Dayah Adan karena diharapkan melalui penelitian ini produk kupiah riman semakin dikenal.Aceh is rich of culture, many of its culture has islamic nuances, one of the example in art is "kupiah riman" which is used by man in aceh . Until now the handicraft of "kupiah riman" is still produced in Dayah village, Mutiara Timur sub district, district of pidie. Kupiah riman has characteristic traditional design of aceh , like : pintoe aceh design, bungong kupula design, bungong jeumpa design, etc. Nowadays, The knowledge about form and estetic value in kupiah riman is unknown by most of native people in aceh.people in aceh assumed that the design only as handicraft. The estetic value are interesting to be researched because kupiah riman has 2 form, there are oval and circle. This kupiah is used in many of traditional ceremonies. This research is aimed to purpose the people in aceh in general, and especially pidei distric know the wealth of region culture like kupiah timan, so that it can be saved and preserved. This research will use monroe estetic theory (unity), complexity, and intensity to analize kupiah ruman . The result of the research furthermore can be references to the next research. It also has influence to the handicraft industry sector of kupiah riman in dayah village, the researcher hope, due to this research , kupiah riman is more knowable .
Seni Tari sebagai Metode Pembinaan di Lapas Kota Jantho Aceh Besar Nadra Akbar Manalu; Fentisari Desti Sucipto; Tria Ocktarizka
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 5, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.391 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i1.3429

Abstract

ABSTRAKSeni tari mempunyai peran yang penting dalam kehidupan kita, yaitu sebagai media ekspresi, media komunikasi, media berpikir kreatif, dan media pengembangan bakat. Pelatihan seni tari sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian dan hal positif bagi warga binaan pemasyarakatan. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Jantho Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan proses pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan di Lapas Jantho dalam bidang seni tari Rapa’i Geleng. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain non-eksperimental dengan metode “Ex post facto casual comparative research” di mana akan diobservasi pengaruh dari penerapan metode pembinaan melalui seni tari terhadap perilaku dan sikap dari warga binaan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pembinaan terhadap warga binaan Lapas Kota Jantho tepat sesuai sasaran dan memenuhi ekspektasi penulis. Hasil pembinaan juga memberikan dampak yang positif terhadap warga binaan Lapas Kota Jantho yang ditandai dengan adanya peningkatan karakter, mental, disiplin, rasa gotong-royong, dan kekeluargaan. Selanjutnya, lapas bukanlah sebuah lingkungan yang memaksakan seseorang untuk berada dalam tekanan psikologis. Hal ini dapat dicegah dengan adanya proses pembinaan-pembinaan dan pengembangan karakter terhadap warga lapas. Proses pembinaan ini juga memberikan manfaat yaitu terjalinnya hubungan baik antara ISBI Aceh dan Lembaga Pemasyarakatan Kota Jantho.ABSTRACT Dance performance plays an important role in human life as an expression media, communication media, creative thinking media, and gaining talent media. These include the people who spend their time in prison or inmate. The coaching of dance performance can improve their positive mind and activities especially becoming an autonomous person. The design method used Ex post facto casual comparative research which observed the influence of coaching method through dance performance towards to behavior and attitude of inmates. The conclusion of this research is the coaching method for inmates got a positive impact. Several activities have been applying to maintain their character building. The aim is for preventing them from doing bad things for the second time. Some of those activities are religion life and activities on arts. Prison is not a place where force someone to live in high psychological pressure. It can be prevented by doing the coaching process and character building to the inmates. This process also transferred some relationship beneficial from ISBI Aceh to the Jantho Prison.
MAKNA PENYAJIAN GONDANG PADA PROSESI KEMATIAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL PROVINSI SUMATERA UTARA Tria Ocktarizka
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 2, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.037 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v2i2.1869

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prosesi kematian masyarakat Batak Toba di Kecamatan Dolok Masihul, dan makna penyajian musik gondang pada prosesi kematian masyarakat Batak Toba di Kecamatan Dolok Masihul. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gondang memiliki peranan penting sebagai iringan setiap upacara Suku Batak. Prosesi kematian saur matua (kematian yang diharapkan) menyajikan gondang dan tortor sesuai dengan tata aturan adat. Setiap jenis gondang yang didendangkan oleh pargonsi (pemain gondang) dalam prosesi kematian memiliki makna yang berbeda beda. Gondang mula-mula ini ditujukan untuk Tuhan. Gondang Mula-mula memiliki makna bahwa semula Dia (Tuhan) sudah ada, dan Dia (Tuhan) memulai ada. Gondang Somba dimaksudkan sebagai sembah syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan dan memelihara hidup manusia. Gondang Mangaliat memiliki makna bahwa Tuhan senantiasa memberikan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan bagi keluarga yang ditinggalkan. Gondang Hasahatan memiliki makna bahwa segala pinta yang meliputi hidup sejahtera bahagia dan penuh rejeki didengar Tuhan. This study aims to describe the procession of Batak Toba’s death in Subdistrict of Dolok Masihul, and the meaning of serving music gondang on procession Batak Toba’s death in subdistrict of Dolok Masihul. This study is using a qualitative approach with descriptive type. The data collection was done by using observation, interview, and documenttaion techinques. The results showed that gondang has an important role as an accompaniment in every ceremony performed by Batak tribe community. Saur Matua (the expected death) funeral procession presented gondang and tortor based on the customary rules. Every kind of gondang which sang by pargonsi (gondang’s player) in funeral procession has the meaning all it is own. Gondang mula-mula is presented for God. Gondang mula-mula originally means that since the very beginning Him (God) is already there. Gondang Somba means as a praise to worship God who created and maintain human life. Gondang Mangaliat has a meaning that God is always giving a salvation, joy and prosperity for the family remained. Gondang Hasatan means that every request including the prosperity life and full of fortune which listened by God.
Proses Pembuatan Kerajinan Kopiah Riman di Desa Dayah Adan, Kabupaten Pidie Fauziana Izzati; Putri Dahlia; Tria Ocktarizka
INVENSI Vol 7, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v7i2.4978

Abstract

Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang kaya akan kebudayaan, banyak hasil kebudayaan Aceh yang tidak terlepas dari nuansa Islami, salah satu contoh dalam seni rupa adalah kopiah riman yang digunakan oleh kaum lelaki Aceh. Terdapat dua jenis kopiah yang ada di Provinsi Aceh yaitu Kopiah Meukeutop dan Kopiah Riman. Pada tulisan ini membahas mengenai kopiah Riman. Kerajinan kopiah riman sampai saat ini masih diproduksi di Desa Dayah Adan, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie. Kopiah riman memiliki ciri khas motif tradisional Aceh, seperti: motif pintoe Aceh, bungong kupula, bungong jeumpa, dan lain-lain. Kopiah ini digunakan dalam berbagai upacara adat. Penelitian ini bertujuan agar masyarakat Aceh pada umumnya dan Kabupaten Pidie khususnya, dapat mengenal kekayaan budaya daerah seperti kopiah riman agar dapat dijaga dan dilestarikan keberadaannya serta mengetahui proses pembuatan dari Kopiah Riman tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Kopiah Riman mempunyai dua bentuk yaitu bentuk lonjong dan bentuk bulat. Sedangkan proses pembuatan kopiah riman memakan waktu hampir satu bulan dimulai dari proses pengambilan pelepah pohon riman untuk dijadikan serat, proses pewarnaan, dan proses rajut sehingga menjadi sebuah kopiah. The Process of Making Riman Skullcap Crafts in Dayah Adan Village, Pidie Regency ABSTRACT The Aceh province is one of the provinces rich in culture; many Acehnese cultural products are inseparable from the nuances of Islam. One example in fine arts is kopiah riman used by Acehnese men. There are two types of kopiah in Aceh Province, namely, Kopiah Meukeutop and Kopiah Riman. This paper discusses the riman kopiah. Riman kopiah handicrafts are still produced in Dayah Adan Village, East Pearl District, Pidie Regency. Kopiah riman has the characteristics of traditional Acehnese motifs, such as the Aceh pintoe motif, kupula bungong, jeumpa bungong, and others. Kopiah is used in various traditional ceremonies. This research aims to make the people of Aceh commonly and Pidie regency, in particular, know the richness of regional culture, such as kopiah riman, so that it can be maintained and preserved its existence and know the manufacturing process of Kopiah Riman. This research uses qualitative methods with descriptive. Kopiah riman has two forms; they are oval and circle. To make kopiah riman, it takes almost one month from taking the stalk tree to processing to be fiber, then coloring process, and finally processing of knit to become kopiah riman ready to use.
NILAI ADAT ISTIADAT DALAM RITUAL SEBUKU PADA PROSESI PERKAWINAN MASYARAKAT SUKU GAYO DI KABUPATEN ACEH TENGAH Tria Ocktarizka
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 4 No. 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v4i1.965

Abstract

Sebuku merupakan interaksi antara calon pengantin dan orangtuanya yang berisi nasihat-nasihat dengan gaya menangisi sambil berdendang. Sebuku menjadi langkah awal yang harus dilewati oleh calon mempelai agar nanti orangtua kedua mempelai menjadi tenang karena telah memberikan petuah bagi anak-anaknya. Dengan melakukan sebuku, masyarakat juga turut andil dalam mempertahankan nilai-nilai adat yang menjadi aturan bermasyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai adat masyarakat suku gayo yang tersirat dalam ritual sebuku. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menjabarkan hal yang ditemukan di lapangan. Proses penelitian ini dilakukan dengan adanya studi kepustakaan, guna mengumpulkan dan menganalisis referensi-referensi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebuku secara keseluruhan merupakan representasi kesantunan seseorang yang masih memegang ketentuan adat agar terhindar dari sumang. Sumang adalah istilah yang berasal dari masyarakat suku gayo yang berarti hal tabu atau pantangan yang harus dihindari oleh setiap individu masyarakat. Orang yang melakukan sumang, dinilai tidak sopan, buruk, dan salah. Bahkan jika kita melakukan tindakan sumang maka perbuatan tersebut sangat memalukan bagi dirinya.
Bentuk Melodi Sholawat Al-Jannatu Pada Barzanji Di Aceh Selatan Tria Ocktarizka; Benny Andiko
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 6 No. 2 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v6i2.16368

Abstract

Penggunaan kesenian barzanji ini sering kita temui pada acara-acara sakral umat muslim. Di Kabupaten Aceh Selatan, pertunjukan barzanji masih sering kita temui di berbagai hajatan. Barzanji yang ditampilkan sebagai wujud rasa syukur atas apa yang telah Allah SWT berikan. Dalam struktur keseniannya, barzanji yang ada di Aceh Selatan memiliki tiga tahapan yaitu pembuka, inti, dan penutup. Pada pembukaan kesenian barzanji, pelaku barzanji melantunkan sholawat-sholawat yang ditujukan kepada Rasulullah yaitu Sholawat Al-jannatu dan Sholawat Adnani. Sebagai pembuka barzanji, sholawat Al-Jannatu menjadi kunci ketertarikan bagi pendengar saat menyaksikan pertunjukan barzanji tersebut. Perlu adanya upaya transkripsi syair dan bentuk melodi sholawat Al-Jannatu, sebagai upaya pelestarian kesenian tradisi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan semua hasil lapangan sesuai dengan apa yang terjadi saat itu juga. Data yang digunakan peneliti untuk mentranskripsikan bentuk melodi  bersumber dari video dan audio rekaman pertunjukan barzanji yang umumnya dilakukan di Aceh Selatan. Berdasarkan hasil penelitian, sholawat Al-Jannatu berisi tentang permohonan terhadap limpahan atas keberkahan yang telah Allah berikan. Struktur bentuk melodi Sholawat Al-Jannatu pada Barzanji secara garis besar terdiri dari 14 kalimat. Melodi  yang digunakan dalam melantunkan sholawat Al-Jannatu tersebut terdiri dari beragam bentuk melodi.
Bentuk Melodi Sholawat Al-Jannatu Pada Barzanji Di Aceh Selatan Tria Ocktarizka; Benny Andiko
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 6 No. 2 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v6i2.16368

Abstract

Penggunaan kesenian barzanji ini sering kita temui pada acara-acara sakral umat muslim. Di Kabupaten Aceh Selatan, pertunjukan barzanji masih sering kita temui di berbagai hajatan. Barzanji yang ditampilkan sebagai wujud rasa syukur atas apa yang telah Allah SWT berikan. Dalam struktur keseniannya, barzanji yang ada di Aceh Selatan memiliki tiga tahapan yaitu pembuka, inti, dan penutup. Pada pembukaan kesenian barzanji, pelaku barzanji melantunkan sholawat-sholawat yang ditujukan kepada Rasulullah yaitu Sholawat Al-jannatu dan Sholawat Adnani. Sebagai pembuka barzanji, sholawat Al-Jannatu menjadi kunci ketertarikan bagi pendengar saat menyaksikan pertunjukan barzanji tersebut. Perlu adanya upaya transkripsi syair dan bentuk melodi sholawat Al-Jannatu, sebagai upaya pelestarian kesenian tradisi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan semua hasil lapangan sesuai dengan apa yang terjadi saat itu juga. Data yang digunakan peneliti untuk mentranskripsikan bentuk melodi  bersumber dari video dan audio rekaman pertunjukan barzanji yang umumnya dilakukan di Aceh Selatan. Berdasarkan hasil penelitian, sholawat Al-Jannatu berisi tentang permohonan terhadap limpahan atas keberkahan yang telah Allah berikan. Struktur bentuk melodi Sholawat Al-Jannatu pada Barzanji secara garis besar terdiri dari 14 kalimat. Melodi  yang digunakan dalam melantunkan sholawat Al-Jannatu tersebut terdiri dari beragam bentuk melodi.