Ardianto Ardianto
Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya-RS Dr. Mohammad Hoesin, Palembang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Laporan Kasus: MAKROADENOMA HIPOFISIS FUNGSIONAL DENGAN MANIFESTASI AKROMEGALI DAN DIABETES MELITUS TIPE LAIN YANG TIDAK TERKONTROL Della Fitricana; Ardianto Ardianto; Alwi Shahab; Yuliato Kusnadi; Ratna Maila Dewi; Anugrah Onie; Yoan Levia Magdi; Arie Zainul Fatoni
Majalah Kesehatan Vol. 9 No. 4 (2022): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2022.009.04.6

Abstract

Akromegali merupakan penyakit yang sangat jarang dan sering tidak disadari, sehingga menimbulkan keterlambatan diagnosis serta munculnya komplikasi sistemik. Peningkatan kadar growth hormone pada pasien akromegali menyebabkan munculnya penyakit diabetes mellitus (DM). Laporan kasus ini bertujuan untuk  membahas makroadenoma hipofisis fungsional dengan manifestasi akromegali dan diabetes melitus tipe lain yang tidak terkontrol. Laki-laki berusia 39 tahun dirujuk ke RS Dr. Mohammad Hoesin karena DM yang tidak terkontrol, sering sakit kepala, nyeri di tangan dan kaki serta pandangan mata kabur. Pasien merasakan perubahan pada tubuh yang bertambah besar sejak tahun 2004. Pada tahun 2018 pasien mulai menderita DM dengan terapi insulin yang dosisnya meningkat bertahap. Pada pemeriksaan fisik dijumpai gambaran khas akromegali mulai dari muka serta jari tangan dan kaki. Pemeriksaan mata dengan tes Humprey didapatkan gangguan lapangan pandang pada kedua mata. Pemeriksaan penunjang didapatkan kadar insulin-like growth factor-1 (IGF-1) yang sangat tinggi dan gambaran massa di hipofisis yang berukuran 32 x 22 x 28 mm. Pasien menjalani operasi transpheonidal (TSS) dengan hasil pemeriksaan patalogi didapatkan suatu adenoma hipofisis. Pasien didiagnosis dengan akromegali oleh karena makroadenoma hipofisis fungsional dengan DM tipe lain. Lima hari setelah operasi pasien didapatkan kebocoran liquor cerebro spinal (LCS) dan kembali dilakukan operasi untuk mengatasi kebocoran LCS. Pasien menderita DI permanen setelah 2 minggu setelah operasi. Setelah TSS didapatkan ukuran tumor berkurang sekitar 54% dan pasien mendapat terapi lanjutan somatostatin analogs (SSA) octretide long-acting release (LAR). Kondisi post TSS terjadi perbaikan klinis dan kadar gula darah.