Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Fourier Transform Infrared Spectroscopy dan Chemometrics: Analisis Boraks pada Bakso Sri Mulyani; Ulfah Ulfah; Hesti Meilina; Edi Munawar
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan Vol 2, No 2 (2021): JURNAL INOVASI RAMAH LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.123 KB)

Abstract

Boraks merupakan jenis garam natrium yang sering digunakan dalam berbagai industri nonpangan. Ironisnya, boraks telah disalahgunakan sebagai bahan pengawet makanan seperti bakso, mie basah, tempura, cilok dan sosis. Keberadaan boraks dalam makanan perlu diindentifikasi karena boraks merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Identifikasi senyawa boraks selama ini dilakukan menggunakan metode konvensional (nyala api, kertas kunyit dan tusuk gigi) yang memerlukan bahan kimia dan waktu analisis yang relatif lama.bPenelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode Fourier Transform Infrared (FT-IR) Spectroscopy dan chemometrics dalam menganalisis kandungan boraks yang terdapat pada bakso. Hasil penelitian menunjukkan analisis secara kualitatif yang dilakukan dengan metode Principal Component Analysis (PCA) mampu mengelompokkan bakso dengan baik berdasarkan konsentrasi masing-masing pada panjang gelombang 1420 nm dan 1900 nm, sedangkan untuk perbedaan spectrum dengan metode subtraction juga mampu membedakan antara kedua jenis bakso. Analisis secara kuantitatif yang dengan menggunakan metode spektrofotometri UV - VIS diperoleh kandungan boraks yang terdapat dalam bakso sebesar 0,006 0,1318 gr dari setiap gr boraks yang ditambahkan ke dalam bahan 100 gr adonan. %Akurasi boraks diperoleh sebesar 0 4,393%. Dapat disimpulkan untuk analisis boraks dalam bakso menggunakan metode spektrofotometri UV - VIS tidak dapat diterapkan sehingga metode tersebut tidak dapat dikombinasikan dengan metode FTIR.
Pengaruh Resirkulasi Lindi Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca dari Bioreaktor TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Edi Munawar; Adisalamun Adisalamun; Qawiatul Haifa; Siti Rafika Sugihen
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan Vol 2, No 3 (2021): JURNAL INOVASI RAMAH LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.112 KB)

Abstract

Seperti negara-negara berkembang lainnya, Indonesia menghadapi masalah serius dengan jumlah sampah padat perkotaan (MSW), dan sejauh ini penimbunan lahan masih merupakan pilihan utama untuk menghadapinya. Penimbunan sampah padat perkotaan (MSW) ke tempat pembuangan akhir (TPA) berhubungan dengan masalah lingkungan, terutama karena lindi yang dihasilkan mengandung bahan berbahaya dan mengeluarkan gas landfill, yang terutama mengandung CO2 dan CH4 yang masih dikategorikan sebagai gas ruma kaca. Produksi lindi dan gas TPA dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kondisi iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resirkulasi l indi terhadap roduksi lindi dan emisi gas rumah kaca di wilayah iklim tropis. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua reaktor simulator landfill (LSRs) yang terbuat dari pipa polyethylene densitas tinggi dengan diameter luar 50 cm dan panjang 150 cm. Sampel yang digunakan dikumpulkan dari TPA regional Banda Aceh. Reaktor simulator landfill dioperasikan dibawah kondisi operasi yang berbeda, reaktor simulator landfill pertama beroperasi tanpa resirkulasi lindi. Namun sejumlah air ditambahkan untuk mensimulasikan operasi pada tempat pembuangan akhir (TPA) konvensional. Sedangkan reaktor simulator landfill kedua beroperasi dengan resirkulasi lindi untuk mewakili penimbunan bioreaktor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resirkulasi lindi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju degradasi limbah dan produksi gas. Konsentrasi metana tertinggi dalam LSR I adalah sekitar 58%, sedagkan LSR II sekitar 59%. LSR yang beroperasi dengan sirkulasi lindi memproduksi gas metana lebih tinggi daripada LSR yang beroperasi tanpa sirkulasi lindi. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, dimana gas tempat pembuangan akhir (TPA) yang dihasilkan dari sampah padat perkotaan (MSW) dioperasikan sebagai bioreaktor tempat pembuangan akhir (TPA).