This Author published in this journals
All Journal LOKO KADA
Barbalina Bulawan
Sekolah Tinggi Teologi Mamasa

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Makna Mantunu Tedong dalam Upacara Kematian di Kalangan Masyarakat Mamasa Ronald Arulangi; Barbalina Bulawan
Jurnal Loko Kada Vol 2 No 02 (2022): LOKO KADA: JURNAL TEOLOGI KONTEKSTUAL DAN OIKUMENIS
Publisher : STT Mamasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (889.115 KB)

Abstract

Mantunu Tedong dalam masyarakat Mamasa merupakan warisan budaya yang terus bertahan hingga saat ini, tradisi ini dilakukan dengan cara mengorbankan atau memotong hewan pada upacara kematian (rambu solo’). Selain sebagai sebuah tradisi, keberadaan warisan budaya ini juga mempunyai tujuan penting yaitu untuk mempererat relasi atau hubungan di dalam keluarga besar maupun masyarakat secara luas. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantunu tedong merupakan bentuk penghormatan, kasih sayang, ucapan terima kasih terhadap keluarga atau orang terkasih yang telah mendahului kita (meninggal dunia). Adapun jumlah hewan yang dikurbankan dalam upacara tersebut, tergantung tingkat kemampuan keluarga. Fungsi dalam mantunu tedong pada masa lalu ialah dipercaya sebagai bekal kubur atau “kendaran” arwah menuju alam baka yang disebut Puya (Tana Toraja) atau Pullondong (Mamasa) dalam kepercayaan Aluk Toyolo. Ketika kekristenan datang, pelaksanaan ritual ini di kalangan Kristen tidak lagi menekankan pada hewan yang dikurbankan. Jika kerbau dipotong, ada upaya memaknainya sebagai sebuah kurban syukur dan persembahan kepada Tuhan atas keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus. Hewan yang dikurbankan dikonsumsi bersama hadirin dan keluarga atau kerabat yang turut hadir membagi duka, dan mungkin juga sebagai tanda persekutuan mereka dengan orang yang telah meninggal tersebut.