Eddy Ariyono Subroto
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Studi Geokimia Organik Batuan Sedimen Berumur Trias Di Cekungan Maliana, Timor-Leste: Tinjauan Awal Kemungkinan Sebagai Batuan Induk Joanico Pires; Eddy Ariyono Subroto; Asep H.P. Kesumajana
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 58 No. 1 (2024): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kondisi lingkungan purba yang bervariasi sangat berpengaruh terhadap karakteristik batuan induk di suatu daerah. Daerah penelitian terletak di daerah Bobonaro, Cekungan Maliana, di area daratan (onshore) Timor-Leste. Kajian yang dilakukan di dalam penelitian ini meliputi tatanan geologi, struktur geologi, dan kondisi geologi lainnya, serta dilakukan pengambilan sampel batuan sedimen yang khusus diambil dari formasi yang berumur Trias Tengah-Akhir (Formasi Babulu) dan Trias Akhir (Formasi Aitutu). Sampel batuan sedimen yang diambil berjumlah 136 sampel. Terhadap sampel tersebut dilakukan analisis dasar geokimia, yaitu kekayaan (TOC dan S2). Data nilai TOC dipergunakan untuk seleksi awal dengan batas bawah kandungan TOC 0,5% berat. Untuk seleksi kedua yang seharusnya didasarkan atas nilai kandungan S2 (hasil analisis Rock-Eval) tidak dilakukan, karena hasil analisis kematangan berdasarkan Tmax dan kemudian dikonfirmasi dengan data reflektansi vitrinit (Ro), sampel batuan sedimen tersebut pada umumnya menunjukkan tingkat kematangan yang tinggi, di atas 440oC untuk Tmax dan 0,8% Ro. Setelah seleksi awal dilakukan, ternyata jumlah sampel yang terpilih tersisa delapan sampel, enam sampel dari Formasi Aitutu dan dua sampel Formasi Babulu. Kedelapan sampel ini kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Berdasarkan analisis data TOC, Formasi Babulu memiliki kekayaan sedang sampai dengan baik dengan nilai TOC antara 0,52 % dan 5,54%, sedangkan Formasi Aitutu memiliki nilai TOC antara 0,54% dan 12,25%. Analisis kematangan yang dilakukan terhadap anggota klastik dan serpih Formasi Babulu dan anggota karbonat Formasi Aitutu, menunjukkan bahwa sampel tersebut sudah memasuki kematangan jendela minyak, dengan Tmax 428-5540 C dan Ro antara 0,68 dan 1,47%.Tipe kerogen yang dikandung sampel Formasi Babulu dan Formasi Aitutu adalah campuran tipe II-III, tetapi terdapat juga kerogen tipe 1 di dalam sebuah sampel Formasi Aitutu. Hasil analisis menyeluruh menunjukkan bahwa kedua formasi tersebut (Babulu dan Aitutu) dapat dikategorikan sebagai batuan induk efektif, batuan induk yang sudah mampu menghasilkan hidrokarbon.
Karakteristik Geokimia dan Biomarker Rembesan Minyak di Daerah Torete, Morowali, Sulawesi Tengah Fahruddin, Achmad; Ariyono Subroto, Eddy; Susanto, Very; Dwita Santy, Lauti; Adlan, Ryandi
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 25 No. 4 (2024): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v25i4.806

Abstract

Dua buah rembesan minyak bumi diambil dari daerah Torete, Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Kedua sampel rembesan telah dilakukan analisis GC (gas chromatography) dan GCMS (gas chromatography and mass spectometry). Analisis geokimia biomarker dilakukan untuk mengetahui karakter minyak bumi berupa asal material organik, lingkungan pengendapan, dan tingkat kematangan. Pada kromatogram alkana normal, kedua sampel menunjukkan satu puncak (unimodal) sebelum nC20 dengan rasio Pr/Ph 0,87 dan 0,92. Fragmentogram m/z 217 menunjukkan sedikit dominasi pada sterana C29 dibanding sterana C27 dan sedikit kehadiran dari diasterana. Fragmentogram m/z 191 menunjukkan adanya dominasi pada terpana trisiklik C23 dan terpana tetrasiklik C24 serta kehadiran terpana trisiklik C26+. Pada terpana pentasiklik menunjukkan dominasi Tm terhadap Ts, hopana C29 terhadap hopana C30, kehadiran seri norhopana C30 dan gamaserana, serta homohopana C35 yang sedikit lebih tinggi dari homohopana C34. Biomarker petunjuk tumbuhan tinggi (oleanana dan bikadinana) tidak hadir pada kedua sampel. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sampel minyak bumi berasal dari batuan induk karbonat dengan material organik alga, plankton, radiolaria, atau diatom lingkungan pengendapan anoksik-suboksik (lingkungan transisional), dan tingkat kematangan awal matang sampai level matang. Katakunci: biomarker, GC, GCMS, Torete, Morowali, Sulawesi Tengah.
Penentuan Model Total Organic Carbon dengan Menggunakan Metode Artificial Neural Network dan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System untuk Estimasi Potensi Gas Serpih di Cekungan Jawa Barat Utara Muhammad Rizqy Septyandy; Eddy Ariyono Subroto; Aveliansyah Aveliansyah
Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Asia Vol 17 No 1 (2023): Volume 17 Nomor 1 (8)
Publisher : LP2M INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS ASIA MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32815/jitika.v17i1.889

Abstract

Gas serpih adalah jenis gas alam yang dihasilkan dan terperangkap dalam batuan serpih yang kaya material organik. Potensi sebagai batuan induk gas serpih harus dibuktikan melalui analisis geokimia. Analisis geokimia hidrokarbon meliputi parameter kekayaan/total karbon organik (TOC), kematangan, dan jenis kerogen. Parameter kekayaan (TOC) hanya tersedia untuk empat sumur (SA-13, SA-11, E-5, dan JB-7), sehingga TOC sintetik harus dimodelkan. Artificial Neural Network (ANN) dan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) adalah jenis kecerdasan artifisial yang memberikan cara paling efektif untuk menentukan nilai TOC di sumur tanpa data hasil analisis laboratorium. Metode ANN adalah metode terbaik di Sub-cekungan Arjuna Selatan, E15, dan Jatibarang bagian barat dengan nilai korelasi 0,98. Metode ANFIS adalah metode terbaik di Jatibarang bagian timur dengan nilai korelasi mencapai 0,88.
LESSON LEARN OF GEOCHEMISTRY OF HYDROCARBON GASES AND CO2 IN MESOZOIC PETROLEUM SYSTEM OF PAPUA NEW GUINEA: IMPLICATION FOR THE FOLD BELT PLAY CONCEPT IN EASTERN PAPUA, INDONESIA Penggalih, Muhammad Saung; Subroto, Eddy Ariyono; Susanto, Very
Bulletin of Geology Vol 8 No 1 (2024): Bulletin of Geology Vol. 8 no. 1
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2024.8.1.5

Abstract

The potential of oil and gas discovery at the Fold Belt Play concept in eastern Papua could be learned from the multiple production fields in Papua New Guinea Fault and Thrust Belt area which has similar geological condition. Therefore, the geochemical characteristic of hydrocarbon gases and CO2 at the Fold Belt Play concept is expected to be predictable by the analogy of those gases occurrence in Mesozoic petroleum system of Papua New Guinea Fault and Thrust Belt area. The hydrocarbon gases are of thermogenic origin, generated from Type II/III kerogen of Jurassic-Cretaceous source rock with gas maturity of about 1.2 to 2.0% Ro equivalent. The average CO2 percentage in Mesozoic reservoir at Papua New Guinea is ~1.58%. The relatively light d13C-CO2 (-25.2 to -10.4‰) unequivocally confirm that the low volume of CO2 is generated from kerogen maturation mechanism. For the Fold Belt Play concept in eastern Papua, the hydrocarbon gases are expected to have similar characteristic with the gases in Papua New Guinea. The low CO2 may probably only be found at Northern Fold Belt due to the preservation of thin-skinned deformation that have the basal detachment surface in the Kembelangan Group (Kopai Formation). On the other hand, the Central and Southern Fold Belt are predicted to contain moderate to high volume of inorganic CO2 migrated from Modio/Brug Dolomite. Key words: the Fold Belt Play, Mesozoic petroleum system, analogous, Papua New Guinea, eastern Papua