Munir
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Konsep Manusia Dalam Pandangan Sayyed Hossein Nasr Sayyid Musthofa Ahmad; Munir; Maman Lukmanul Hakim
al-Afkar, Journal For Islamic Studies Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/afkarjournal.v6i1.471

Abstract

. Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan memberikan penjelasan tentang konsep manusia dalam pandangan Seyyed Hossein Nasr. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan Library Research dalam menganalisis sebuah objek penelitian. Selain dari pada itu dalam metode tersebut memiliki dua sumber data yaitu primer dan sekunder. Yang dimaksud dengan sumber primer yaitu sumber utama penelitian yang disusun langsung atau yang berkaitan langsung dengan penelitan. Sedangkan sumber sekunder yaitu sumber pendukung terhadap objek penelitian baik itu berupa artikel, jurnal, buku-buku atau lain sebagainya. Menurut Sayyid Hossein Nasr kodrat manusia dalam istilah yang disebutnya filsafat tradisional, filsafat abadi, tetapi argumennya sungguh berbeda dengan sudut pandang modern yang berbasis sains. Nasr percaya bahwa penjelasan lengkap tentang sifat manusia dapat ditemukan dengan jelas dalam teks-teks tradisional dan agama. Hasil penelitian ini menjelaskan mengenai kodrat manusia bahwa manusia adalah cerminan dari Nama-nama dan Sifat-sifat Tuhan. Pantulan sifat Tuhan dalam diri manusia adalah seperti cermin yang memantulkan cahaya matahari. Dia menghubungkan ini dengan meniupkan Roh Tuhan ke dalam tanah liat yang menjadi sumber asli manusia. Nasr juga mengungkapkan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk menjadi perwujudan Tuhan, sebagai cerminan dari atribut dan namanya. Lebih jauh, ia menemukan konsep umum dalam agama dan tradisi, khususnya Yahudi dan Kristen, tentang peristiwa manusia yang diberkahi dengan aspek ilahi. Dalam penelitian ini menjelaskan juga mengenai upaya Sayyid Hossein Nasr dalam mengkritik modernitas dan rasionalitas barat, karena Sayyid Hossein Nasr disini terpengaruhi oleh sebuah konsep insan kamil atau manusia tradisional. Manusia telah menjadi alam, dia adalah struktur yang paling sempurna dengan tiga fungsi dasar. Sebagai bagian dari alam, sebagai sarana penyataan wahyu Tuhan, dan sebagai pancaran spiritual dari Tuhan. Ketiga hal ini menempatkan orang pada sisi sebenarnya.
Makna Simbolis Pada Pelaksanaan Tradisi Ngalaksa Sebagai Bentuk Rasa Syukur (Studi Deskriptif Tradisi Ngalaksa Di Kampung Cijere Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang) Silvy Nurlatifah Sahroni; Iu Rusliana; Munir
al-Afkar, Journal For Islamic Studies Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/afkarjournal.v6i1.494

Abstract

Ritual adat banyak dijumpai di kalangan masyarakat adat Indonesia untuk menunjukkan kebangsawanan nilai-nilai yang mereka yakini. Artikel ini merupakan uraian tentang ritual adat Ngalaksa yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang provinsi Jawa Barat. Artikel ini berpendapat bahwa ritual adat Ngalaksa bukan sekedar rangkaian aktivitas tahunan masyarakat Aborigin Rancakalong, namun juga dapat dilihat sebagai bentuk makna simbolik tentang acara yang berhubungan dengan komunitas adat tersebut. Dengan menggunakan metode deskriptif, artikel ini menguraikan bahwa adat ngalaksa bagi masyarakat kecamatan Rancakalong sangatlah sakral dari tahapan acaranya dan mengandung banyak makna simbol yang diharapkan dapat merealisasikannya didalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu dapat diidentifikasikan bahwa simbol-simbol yang sebenarnya berasal dari yang biasa atau dengan kata lain profan. Namun dari waktu ke waktu, profan bisa berubah menjadi sesuatu yang sakral seperti kendi, buah-buahan, kemenyan, bunga, pohon, keris, dan hal lain yang dipakai dalam acara tradisi ngalaksa ini selama orang menyadarinya dan meyakininya sebagai sesuatu yang sakti dan luar biasa, maka menjadi sakral ada kemungkinan untuk menjadi.