Johan Nurwardana
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KETERBUKAAN DIRI DALAM INTERAKSI SOSIAL: STUDI PADA INDIVIDU USIA PRODUKTIF PENDERITA LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) Johan Nurwardana; Fadli Rahman
Inquiry: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 13 No 02 (2022)
Publisher : Universitas Paramadina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51353/inquiry.v13i02.693

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keterbukaan diri dalam melakukan interaksi sosial pada individu usia produktif penderita penyakit autoimun Lupus Eritematosus Sistemik atau LES (Systemic Lupus Erythemathosus). Penyakit autoimun merupakan penyakit dimana antibodi yang secara fisiologis berfungsi melindungi tubuh dari serangan kuman penyakit justru tidak mengenali tubuh dan kemudian antibodi tersebut berbalik menyerang tubuh. Gejala penyakit Lupus pada umumnya kerontokan rambut, kelelahan yang sangat terasa, demam yang sering, serta perubahan warna jari tangan atau anggota tubuh lain menjadi pucat, dari ungu kebiruan ke kemerahan sebagai akibat dari penyempitan pembuluh darah. Penyakit LES juga berdampak pada kondisi psikologis yang pada umumnya berupa depresi, putus asa, rendah diri, dan merasa tidak akan sembuh. Kondisi tersebut terjadi karena penyakit LES terjadi tanpa ada gejala yang tetap dan hasil diagnosa tidak pasti sehingga sering disebut sebagai penyakit seribu wajah, dan terjadi dalam rentang waktu yang lama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, wawancara dilakukan pada subyek penderita LES serta dilengkapi wawancara pada informan yang merupakan significant others dari subyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek membutuhkan proses serta waktu yang cukup lama untuk menerima kenyataan bahwa LES sebagai penyakit autoimun pada waktu tersebut belum dipahami oleh masyarakat secara umum, sehingga terjadi penilaian yang tidak tepat dan insensitivitas secara psikologis terhadap kondisi subyek oleh lingkungan sosial terdekat. Setelah beberapa tahun, secara bertahap subyek mulai menerima kondisi yang ada dan lebih bisa melakukan interaksi secara terbuka dimulai dari lingkungan sosial terdekat yaitu keluarga. Keterbukaan diri dalam melakukan interaksi sosial lebih terkait dengan kondisi fisik, kondisi psikologis, reaksi emosi yang dominan, dan hal-hal lain yang merupakan substansi umum maupun substansi privat.
Pola Berpikir Abstrak pada Mahasiswa dalam Proses Akademik Ningsih, Elis; Johan Nurwardana; Elfandrian Putra; Fang Riyu
Inquiry: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 15 No 1 (2024): Perspektif Psikologi: Attachment, Spiritualitas, dan Pola Pikir
Publisher : Universitas Paramadina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51353/inquiry.v15i01.928

Abstract

Peneliti ingin mengetahui pola berpikir abstrak pada mahasiswa terkait dengan prosespembelajaran, dimana berpikir abstrak berkaitan erat dengan perencanaan jangka panjang yangmemerlukan komponen rinci serta aspek konsekuensi dan evaluasi jika diperlukan. Kemampuanberpikir abstrak tergambar dari kemampuan seseorang dalam menilai dan bertindak tidak hanyasecara fungsional, misalnya kursi tidak hanya dinilai sebagai tempat duduk, tetapi dalam suatusituasi, kursi juga dapat menjadi pijakan untuk memungut benda-benda tinggi. Prosespembelajaran adalah suatu proses dimana terdapat kegiatan interaksi antara dosen dan mahasiswaserta komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuanpembelajaran. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif berusia 18-25 tahun.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknikpengumpulan data melalui pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) dengan 15 responden. Hasilpenelitian melalui analisis tematik menunjukkan pemikiran abstrak dalam proses belajarditunjukkan mahasiswa dengan idealisme mengenai kualitas mahasiswa, berpikir antisipatifmengenai manfaat belajar untuk masa depan mereka, serta memaknai proses belajar sebagaitahapan yang kompleks, bukan hanya sekedar mendengarkan ceramah, dan memahami sistempendukung eksternal dalam menunjang hasil pembelajaran.