Luh Egitha Widyarama Putri
Universitas Mataram

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Sindrom Digeorge pada Masyarakat Luh Egitha Widyarama Putri; Ima Arum Lestarini
Jurnal PRIMA Vol 8, No 2 (2022): PrimA: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : STIKES Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47506/jpri.v8i2.310

Abstract

DiGeorge sindrom (DGS) merupakan suatu kelainan mikrodelesi genetik yang paling sering terjadi pada manusia. DiGeorge sindrom terjadi akibat adanya mikrodelesi dari kromosom 22 yaitu pada bagian lengan panjang q di lokus 11.2 sehingga sering disebut sindrom delesi kromosom 22q11.2. Prevalensi dari sindrom mikrodelesi 22q11.2 terjadi sekitar 1 per  4000 – 6000 kelahiran. Adapun manifestasi klinik yang ditemukan pada anak dengan DiGeorge sindrom berupa fitur wajah dismorfik, bentuk bulbus nasal bulat, dagu kecil, lipatan mata dalam, serta telinga yang berlipat. Kelainan klinis lainnya berupa malformasi jantung, hipotonia, dan imunodefisiensi.  Penegakan diagnosis DGS dilakukan dengan mendeteksi kejadian mikrodelesi 22q11.2 menggunakan  metode Fluorescence In Situ Hibridisasi (FISH). Tatalaksana DGS membutuhkan perawatan interprofesional yang intesif, sangat bergantung pada usia, serta sesuai dengan keparahan gejala atau keluhan yang dialami. Kurangnnya pengetahuan masyarakat mengenai DGS menyebabkan kelainan bawaan ini sering tidak terdeteksi.
Polyarteritis Nodosa: Sebuah Tinjauan Pustaka Luh Egitha Widyarama Putri; Aulia Riezka Rahim
Journal of Excellent Nursing Students (JENIUS) Vol. 1 No. 2 (2023): Journal of Excellent Nursing Students (JENIUS)
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jenius.v1i2.9

Abstract

Polyarteritis nodosa (PAN) merupakan vaskulitis nekrotikans sistemik yang sebagian besar menargetkan pembuluh darah arteri berukuran sedang. Faktor risiko lingkungan yang terkait dengan polyarteritis nodosa adalah infeksi virus hepatitis B. Manifestasi klinis polyarteritis nodosa menyerang multisistemik. Diagnosis polyarteritis nodosa membutuhkan integrasi dari manifestasi klinis, temuan angiografi, dan biopsy. Terapi pada polyarteritis nodosa sangat bergantung pada keparahan penyakit. Pengobatan yang diberikan berupa kombinasi kortikosteroid dosis tinggi dan agen imunosupresif. Polyarteritis nodosa yang tidak diterapi dapat memiliki prognosis yang buruk, namun hasilnya dapat meningkat signifikan dengan melakukan pengobatan. Pendekatan tim interprofesional dapat mencapai manajemen perawatan yang baik. Pasien dengan polyarteritis nodosa harus diberikan edukasi terkait dengan proses penyakit, progresivitas penyakit, serta sangat penting disarankan untuk menjaga kepatuhan obat untuk mencegah komplikasi.