Dewanti Widya Astari
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Entropion : A Nursing Case Study Dewanti Widya Astari
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 12 No 3 (2022): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Juli 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.412 KB)

Abstract

Entropion adalah kondisi dimana kelopak mata membelok ke dalam dan menyebabkan bulu mata terus menerus bergesekan dengan mata. Insidensi diperkirakan sebanyak 148 pasien dari tahun 2021 sampai dengan Mei 2022. Entropion merupakan salah satu manifestasi ocular dari Steven-Johnson syndrome. Dimana terjadi suatu kondisi hipersensitivitas yang meliputi imun kompleks yang melibatkan kulit dan membrane mukosa. Melaporkan kasus entropion ditinjau melalui proses keperawatan. Studi kasus pada pasien An D dengan entropion di rumah sakit rujukan tersier. Anak perempuan usia 16 tahun dengan keluhan mata perih, berair, kering, silau, dan bulu mata menusuk-nusuk ke dalam mata semenjak 5 bulan yang lalu. Klien mempunyai riwayat Steven-Johnson syndrome 5 bulan yang lalu dan mempunyai alergi paracetamol. Tanda-tanda vital dalam kondisi stabil. Visus mata kanan 0,4 dan visus mata kiri 0,5. Tekanan bola mata sulit diperiksa. Posisi bola mata bleparospasme. Palpebra tampak entropion baik di palpebra superior dan palpebra inferior mata kanan dan kiri. Klien mengatakan malu dengan kondisi tubuhnya saat ini disertai dengan kondisi klien tampak sering menunduk dan menghindari kontak mata saat berkomunikasi dengan perawat. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan entropion diantaranya berfokus pada nyeri, resiko infeksi dan gangguan citra tubuh. Intervensi keperawatan yang diberikan berupa taping eyelids, pembersihan eyelids, persiapan pasien untuk operasi, perawatan pasien sesudah operasi, promosi citra tubuh, pemberian dukungan serta membantu klien dalam menerima perubahan kondisi fisiknya. Asuhan keperawatan yang tepat dapat mengatasi perburukan kondisi kerusakan organ internal mata yang dapat mengakibatkan kebutaan. Support system keluarga merupakan bagian penting dalam upaya peningkatan citra tubuh positif pasien.  
Karakteristik Pasien Pasca Operasi Lasik Dewanti Widya Astari; Intan Cahyani; Inah Erlinah; Eli Rosanah
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 12 No 3 (2022): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Juli 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.067 KB)

Abstract

Di Indonesia, sekitar 20,7% kasus keterbatasan penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi. Kelainan refraksi dapat dikoreksi dengan Laser-Assisted In Situ Keratomileusis (LASIK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien pasca operasi LASIK di rumah sakit rujukan tersier. Penelitian deskriptif dengan subjek penelitian adalah seluruh pasien yang melakukan LASIK di rumah sakit rujukan tersier pada bulan Januari – Desember 2021. Data dikumpulkan dengan cara mengobservasi keluhan dan kepuasan pasien pasca operasi LASIK dan mencantumkannya dalam lembar observasi. Analisis deskriptif dilakukan secara univariat pada setiap variabel karakteristik dan uji wilcoxon untuk perbedaan high order aberration pre dan pasca LASIK. Penelitian dilakukan kepada 122 responden pasien pasca operasiLASIK. Keluhan yang dirasakan adalah 100 % pasien pasca operasi mengeluh nyeri, 41 % mengeluh glare, 0,8 % terjadi peningkatan tekanan intra ocular, 68,9 % mengeluh kesulitan penglihatan dekat, 69,7 % mengeluh rasa mengganjal, terjadi peningkatan high order aberration untuk mata kanan dari 16,37% menjadi 22,8% (p value = 0,007), dan untuk mata kiri dari 16,3 % menjadi 22,6% (p value = 0,031). Sebagian besar pasien (92,62%) menyatakan puas sesudah melakukan LASIK. Pemberian obat tetes mata, pengunaan pelindung mata, anjuran untuk tidak boleh berenang dan tidak boleh mengucek mata merupakan hal esensial yang dilakukan pada pasien pasca operasi LASIK. Asuhan keperawatan yang tepat dapat digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan pada pasien pasca operasi LASIK.
Hubungan Peran Perawat sebagai Edukator dengan Pengetahuan dan Kesadaran pada Pasien Diabetic Retinopathy Dewanti Widya Astari; Afni Noviantani; Iqbal Pramukti
Jurnal Keperawatan Vol 14 No 1 (2022): Jurnal Keperawatan: Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.542 KB) | DOI: 10.32583/keperawatan.v14i1.19

Abstract

Diabetic retinopathy (DR) adalah salah satu komplikasi kronis dari diabetes mellitus terhadap mata. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka DR dapat menyebabkan kebutaan. Peran perawat yaitu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guna melakukan pengontrolan terhadap penyakitnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara peran perawat sebagai educator dengan pengetahuan dan kesadaran pada pasien diabetic retinopathy di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan di instalasi rawat jalan rumah sakit rujukan tersier. Sumber data berupa data primer melalui kuesioner peran perawat sebagai edukator dan kuesioner Knowledge and Awareness of Patients With Diabetic Retinopathy dan data sekunder berupa data pasien diabetic retinopathy tahun 2020. Responden terdiri dari 97 pasien DR. Penelitian dilakukan bulan April sampai dengan Juni 2021 di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara peran perawat sebagai edukator dengan pengetahuan dan kesadaran pada pasien DR (p = 0,003). Semakin tinggi nilai peran perawat sebagai edukator maka semakin tinggi pengetahuan dan kesadaran pada pasien DR. Penelitian ini mengungkapkan bahwa perawat harus dapat mengoptimalkan pendidikan kesehatan untuk pasien DR sehingga pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya.