Stunting pada anak merupakan kondisi gagal pertumbuhan baik tubuh maupun otak yang disebabkan kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Peluang stunting pada anak dapat terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Anak pada usia dua tahun pertama kehidupan disebut dengan baduta terjadi perkembangan fisik, emosi dan komunikasi. Stunting berbahaya jika terjadi pada baduta karena berisiko lebih tinggi mengidap penyakit degeneratif, kanker, diabetes, dan terjadi obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya stunting pada baduta (12-24 bulan) di Desa Krakitan Bayat. Jenis penelitian analitik dengan metode non-eksperimen dan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, jumlah perolehan sampel sebanyak 117 balita. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan pengukur tinggi badan. Uji statistik menggunakan chi square dan multivariate menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baduta di Desa Krakitan Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten adalah sebesar 44,4% baduta telah diberikan ASI eksklusif dan memiliki hubungan dengan faktor kejadian resiko stunting (p value 0,046), berat badan lahir memiliki hubungan dengan faktor kejadian resiko stunting (p value 0,037), pemberian imunisasi memiliki hubungan dengan faktor kejadian resiko stunting (p value 0,033) dan pendapatan orang tua memiliki hubungan dengan faktor kejadian resiko stunting (p value 0,001). Sedangkan pendidikan orangtua tidak memiliki hubungan dengan faktor kejadian resiko stunting (p value 0,244). Pemberian imunisasi menjadi faktor yang paling mempengaruhi kejadian stunting dengan hasil analisis OR (odds ratio) 4,091 kali. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif, berat badan lahir, pemberian imunisasi, dan pendapatan orang tua memiliki hubungan dengan faktor kejadian resiko stunting.