Abstract. Social capital among stakeholders is very important in tourism development. Social capital is closely related to collectivity values that grow and develop in networks to create reciprocity. Cirebon City, which is known as the City of Culture, is the only city in West Java that has three palaces. Of the three palaces, the Kasepuhan Palace is visited more often by tourists because the facilities owned by the Kasepuhan Palace are quite adequate and have many attractions in it, while the Kanoman and Kacirebonan Palaces are less attractive to tourists because their condition looks unkempt. The level of tourist visits to the Cirebon Palace is classified as fluctuating, but efforts to revitalize the Palace are still being carried out, this is due to cooperation and collaboration between stakeholders. Seeing the components of social capital that can be a positive factor for tourism development, it means that the development of tourism in Cirebon City is due to good social capital. The purpose of this study was to identify social capital, namely the reciprocal relationship between stakeholders in the development of the Keraton cultural tourism in Cirebon City. The approach method used is a qualitative approach while the analytical method used is content analysis. The conclusions obtained include the absence of mutual promotion between palaces, but promotion is carried out in collaboration with the government by making tour packages, besides that there is a relationship of mutual help between palaces in terms of borrowing goods when there are events, with the government, namely there are funds given to the palace for making events and maintaining the palace, while the palace allows the public to rent a palace when holding event. Abstrak. Modal sosial diantara pemangku kepentingan sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Modal sosial erat kaitanya dengan nilai kolektivitas yang tumbuh kembang dalam jaringan hingga menciptakan sebuah resiprositas (hubungan timbal balik). Kota Cirebon yang dijuluki sebagai Kota budaya merupakan satu-satunya Kota di Jawa Barat yang memiliki tiga Keraton. Dari ketiga Keraton tersebut Keraton Kasepuhan lebih sering dikunjungi wisatawan karena fasilitas yang dimiliki Keraton Kasepuhan cukup memadai serta memiliki banyak daya tarik didalamnya, sedangkan keberadaan Keraton Kanoman dan Kacirebonan kurang diminati wisatawan karena kondisinya yang terlihat tidak terawat. Tingkat kunjungan wisata di Keraton Cirebon tergolong fluktuatif namun upaya revitalisasi Keraton masih terus dilakukan, hal ini karena adanya koordinasi dan kerjasama antar stakeholders. Melihat komponen modal sosial yang dapat menjadi faktor positif bagi pengembangan pariwisata artinya perkembangan wisata di Kota Cirebon karena adanya modal sosial yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi modal sosial yaitu hubungan timbal balik antara pemangku kepentingan dalam pengembangan wisata budaya Keraton di Kota Cirebon. Metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis isi. Kesimpulan yang didapatkan diantaranya tidak adanya saling promosi antar Keraton namun promosi dilakukan dengan kerjasama bersama pemerintah dengan membuat paket wisata, selain itu adanya hubungan timbal balik saling membantu antara Keraton dalam hal meminjamkan barang ketika adanya event, dengan pemerintah yaitu adanya dana bantuan yang diberikan kepada Keraton untuk pembuatan event dan perawatan Keraton, sedangkan dengan masyarakat, Keraton memperbolehkan menyewa ruangan di Keraton ketika akan membuat acara.