Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

DIGITALISASI DESA DI DESA CIKOLE LEMBANG irland fardani; Gina Puspitasari Rochman; Lely Syiddatul Akliyah; Hani Burhanuddin
RESONA : Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah (LPPI) Universitas Muhammadiyah Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35906/resona.v5i2.806

Abstract

Desa merupakan salah satu level terkecil dari pemerintahan di Indonesia. Dalam program digitalisasi yang sedang digalakan oleh pemerintah Indonesia, desa merupakan ujung tombak dalam penerapannya. Dalam penerapannya, banyak desa yang tidak terlebih dahulu melakukan kajian kesiapan desa dalam penerapan desa  digital. Tujuan dari pengabdian ini adalah menilai kesiapan pemerintah desa dalam penerapan desa  digital dan membangun system informasi desa yang berisikan pendataan dan pemetaan pembangunan yang dilakukan oleh desa. Aktivitas yang dilakukan adalah (1) wawancara mendalam dengan pihak perangkat desa, (2) FGD, (3) survey lapangan dan (4) pelatihan system informasi desa. Hasil yang didapatkan dari kegiatan ini adalah (1) penilaian terhadap kesiapan pemerintah desa menerapkan desa digital dilai cukup baik yaitu mendapatkan nilai 3.16 dan (2) system informasi yang berisikan data pembangunan desa. Dari kegiatan ini juga dihasilkan sebuah sistem informasi desa yang menyimpan dan menampilkan kegiatan-kegiatan pembangunan di Desa Cikole.  Abstract. The Village is one of the smallest levels of government in Indonesia. In the digitalization program that the Indonesian government promotes, the Village is one of the spearheads in its implementation. In its application, many villages do not first conduct a village readiness study in the application of digital villages. The purpose of this research is to assess the readiness of the village government in implementing digital villages and building a village information system that contains data collection and development mapping carried out by the Village. The activities carried out were (1) in-depth interviews with village officials, (2) FGDs, (3) field surveys, and (4) village information system training. The results obtained from this activity are (1) an assessment of the village government's readiness to implement a digital village which is considered quite good, namely getting a score of 3.16, and (2) an information system containing village development data. With this program, you can prepare Cikole villages in the application of digital villages. From this activity, a village information system was produced which contain activities that store and display development activities in Cikole Village.
Destinasi Wisata Kolong Bekas Tambang: Analisis Pengembangan dan Konvektivitas Wisata Novalia Ega Saputri; Gina Puspitasari Rochman
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1465.697 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.149

Abstract

Abstract. Terong Village, in Belitung Regency's Sijuk District, has potential to enhance tourism activities. The development of the Aik Rusa' Berehun tourist attraction, which exploits previously abandoned tin mine land to become a unique tourist destination with increased potential value, is one of Terong Village's possible uses. The Aik Rusa' Berehun community group, as well as the local community of Terong Village, collaborated on the establishment of this attraction. The purpose of this study is to determine the growth of tourism components such as Attraction, Amenity, Accessibility, and Ancilliary, or the 4A component, in the tourist destination of Aik Rusa' Berehun, as well as its linkage with pre-existing tourist sites. Observations and identification of the deficiency were carried out in this research. Observations and identification of the Aik Rusa' Berehun Tourism Destination's development conditions were carried out in this study based on field observations. This study was supported by a qualitative technique based on exploratory research. Observation, interviews, and documentation are used to obtain primary data. Purposive sampling was employed in conjunction with in-depth interviews with key informants, such as stakeholders. Literature studies utilize secondary data collection approaches. Descriptive analysis was used to conduct the investigation. Data compilation, data reduction, and the creation of study outcomes narratives are all examples of data processing. The development of Aik Rusa' Berehun Tourism Destinations is positive, as evidenced by the available 4A components that can be used to properly support tourist activities so that visitors can feel safe and comfortable while enjoying existing tourist attractions, though some aspects still require improvement. The Aik Rusa' Berehun tourist destination, based on its proximity to other tourist sites, has emerged as a new tourist destination in Terong Village, as well as a supporting tourist destination for nearby tourist locations. Abstrak. Desa Terong terletak di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung kegiatan pariwisata. Salah satu pemanfaatan potensi Desa Terong yaitu melalui pengembangan destinasi wisata Aik Rusa’ Berehun yang memanfaatkan kolong bekas tambang timah yang sebelumnya terbengkalai menjadi destinasi wisata yang unik dan lebih memiliki nilai potensial. Pengembangan destinasi ini dilakukan dengan melibatkan kelompok masyarakat Aik Rusa’ Berehun dan juga mengikutsertakan masyarakat lokal Desa Terong. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengembangan komponen wisata yang terdiri dari Attraction, Amenity, Accessibility, Ancilliary atau biasa disingkat menjadi komponen 4A di destinasi wisata Aik Rusa’ Berehun serta konektivitasnya dengan destinasi wisata sekitar yang sudah ada sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan dan identifikasi mengenai kondisi pengembangan Destinasi Wisata Aik Rusa’ Berehun berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. Untuk mendukung penelitian ini digunakan metode pendekatan kualitatif menggunakan jenis penelitian exploratif (Exploratory Research). Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Teknik sampling menggunakan purposive sampling yaitu dilakukan wawancara mendalam kepada informan kunci yaitu para pemegang kepentingan. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi literatur. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif. Pengolahan data dilakukan dalam bentuk kompilasi data, reduksi data, dan penyusunan narasi hasil penelitian. Perkembangan Destinasi Wisata Aik Rusa’ Berehun sudah baik dapat diidentifikasi dari komponen 4A yang tersedia sudah bisa digunakan untuk menunjang kegiatan wisatawan dengan baik sehingga wisatawan yang berkunjung dapat merasa nyaman dan aman serta menikmati objek wisata yang ada meskipun di beberapa aspek masih butuh pembenahan. Dilihat dari konektivitas dengan destinasi wisata lain yang ada di sekitar, destinasi wisata Aik Rusa’ Berehun menjadi sebuah destinasi wisata baru di Desa Terong sekaligus berfungsi sebagai destinasi wisata pendukung bagi destinasi wisata sekitar.
Kapasitas Adaptif Masyarakat Pesisir terhadap Bencana Abrasi Pantai berdasarkan Sumber Daya Sosial: Studi Kasus : Desa Simpang Ayam, Bengkalis, Riau Annisa Talazur Akyun; Gina Puspitasari Rochman
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3367

Abstract

Abstract. Global warming is a global issue that is the main cause of climate change. One of the causes of the increasing potential for coastal abrasion in coastal areas is sea level rise due to climate change, tides, waves and exacerbated by human activities in coastal areas. This can pose risks to life in coastal areas such as loss of life, damage to housing and infrastructure and loss of livelihoods. Risk can be reduced if a region has adaptive capacity. Thus, the formulation of the problem in this study is how the adaptive capacity of coastal communities to coastal abrasion disaster in Simpang Ayam Village, Bengkalis, Riau. The approach method used is a quantitative method with scoring analysis techniques. Data was collected by distributing questionnaires, observations, interviews and data from the relevant agencies. In this study, the sample was taken using probability sampling technique by means of simple random sampling so that the sample used was 77 respondents. The results of this study indicate that the adaptive capacity of coastal communities to coastal abrasion disasters in Simpang Ayam Village based on social resources is 3.52 which is included in the high class. This means that the community is able to adapt and reduce the risk of abrasion disasters. Abstrak. Pemanasan global merupakan isu dunia yang menjadi penyebab utama terjadinya perubahan iklim. Meningkatnya potensi abrasi pantai di wilayah pesisir salah satunya disebabkan oleh naiknya muka air laut akibat dari perubahan iklim, pasang surut, gelombang dan diperparah dengan aktivitas-aktivitas manusia di wilayah pesisir. Hal tersebut dapat menimbulkan risiko bagi kehidupan di wilayah pesisir seperti korban jiwa, rusaknya tempat tinggal dan infrastruktur serta hilangnya mata pencaharian. Risiko dapat berkurang jika suatu wilayah memiliki kapasitas adaptif. Sehingga, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kapasitas adaptif masyarakat pesisir terhadap bencana abrasi pantai di Desa Simpang Ayam, Bengkalis, Riau. Metode pendekatan yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis skoring. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, observasi, wawancara serta data dari instansi yang terkait. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability sampling dengan cara simple random sampling sehingga diperoleh sampel yang digunakan sebanyak 77 responden. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa kapasitas adaptif masyarakat pesisir terhadap bencana abrasi pantai di Desa Simpang Ayam berdasarkan sumber daya sosial adalah sebesar 3,52 yang termasuk dalam kelas tinggi. Artinya, masyarakat mampu untuk beradaptasi dan melakukan pengurangan risiko bencana abrasi.
Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Lamajang Kabupaten Bandung Faizal Hamada; Gina Puspitasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.258 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3424

Abstract

Abstract. Tourism is one of the leading sectors that contributes the highest foreign exchange in Indonesia. Tourism activities are unlikely to be successful if there is no participation from the community. Lamajang Village is one of the villages in Indonesia which has been a tourism village since 2011. The purpose of this study was to determine the level of community participation in the development of the Lamajang Tourism Village. The method used is quantitative descriptive statistics with scoring analysis methods and participation rate analysis. From the results of the analysis, it can be concluded that the level of participation of the people of Lamajang Village is high, seen from the 4 stages, namely the planning stage of 92%, the implementation stage of 85.4%, the utilization stage of the results of 87%, the evaluation stage of 81% and the average percentage of participation. the average is 86.25%. However, the enthusiasm of the community has not been optimally supported by the village government in terms of funding so that the development of the Lamajang Tourism Village has not been optimal. Abstrak. Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan penyumbang devisa tertinggi di Indonesia. Kegiatan Pariwisata tidak mungkin berhasil apabila tidak adanya partisipasi dari masyarakat. Desa Lamajang salah satu desa di Indonesia yang merupakan Desa Wisata sejak tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Lamajang. Metode yang digunakan yaitu statistik deskriptif kuantitatif dengan metode analisis skoring dan Analisis tingkat partisipasi. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bawah tingkat partisipasi masyarkat Desa Lamajang yaitu tinggi, dilihat dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan sebesar 92%, tahap pelaksanaan sebesar 85,4%, tahap pemanfaatan hasil sebesar 87%, tahap evaluasi sebesar 81% dan persentase partisipasi rata-rata yaitu sebsar 86,25%. Namun, antusias masyarakat tersebut belum didukung secara optimal oleh pemerintah desa dari segi pendanaan sehingga, pengembangan Desa Wisata Lamajang belum optimal.
Evaluasi Kondisi Pariwisata Kawasan Wisata Gunung Galunggung Dofi khaikal Arwani; Gina Puspitasari Rochman
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.189 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3633

Abstract

Abstract. The tourist area of Mount Galunggung is one of the leading natural tourist areas in Tasikmalaya Regency. This area will be developed into a geotourism area. Prior to development, it is necessary to evaluate the tourism condition in this area. This is because there are several problems that exist in the Mount Galunggung tourist area including the discovery of a large amount of garbage scattered about, the existence of vandalism by visitors, accessibility to the damaged Galunggung crater, and things that worsen the tourism situation due to the Covid-19 pandemic which resulted in the closure of the Mount Galunggung tourist area for some time and caused considerable losses for the tourist area. Therefore, the purpose of this study is "to assess the feasibility of tourism conditions in the Mount Galunggung tourist attraction area during the covid 19 pandemic". This is based on theories and policies regarding evaluation, tourists, tourist objects and attractions and tourism components. The existence of this theory so that researchers use a quantitative and qualitative approach to determine a hypothesis test that has been determined. With scoring analysis method and data testing method, namely normality test, validity test, and reliability test. Therefore, the conclusion of this study is that the components of tourist attractions (Attraction), amenities (amenities), accessibility (accessibility), and tourism support (Ancilliary Services) in the Galunggung Tourism Area are in good condition based on tourist ratings. With that, there are suggestions from researchers, namely improving the condition of the tourism component, building lodging around tourist areas, increasing the application of Health protocols, and increasing promotion and information media. Abstrak. Kawasan wisata gunung galunggung adalah salah satu Kawasan wisata alam unggulan di Kabupaten Tasikmalaya. Kawasan ini akan dikembangkan menjadi Kawasan geowisata. Sebelum dilakukan pengembangan, diperlukan adanya suatu evaluasi kndisi pariwisata di Kawasan ini. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa permasalahan yang ada dikawasan wisata gunung galunggung diantaranya ditemukan banyaknya sampah yang berserakan, adanya vandalism yang dilakukan oleh para pengunjung, aksesibilitas menuju ke kawah galunggung yang rusak, serta hal yang memperburuk keadaan wisata tersebut karena adanya pandemi Covid-19 yang berakibat pada ditutupnya Kawasan wisata Gunung Galunggung selama beberapa waktu dan menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi kawasan wisata tersebut. Maka dari itu tujuan dalam penelitian ini yaitu “Untuk mengevaluasi kondisi pariwisata di Kawasan objek wisata Gunung Galunggung”. Hal tersebut didasari dengan teori serta kebijakan mengenai evaluasi, wisatawan, objek dan daya tarik wisata serta komponen wisata. Adanya teori tersebut sehingga peneliti menggunakan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menentukan suatu uji hipotesis yang sudah ditetapkan. Dengan metode analisis skoring serta metode pengujian data yaitu uji normalitas, uji validitas, dan uji reliabilitas. Maka dari itu kesimpulan dari penelitian ini yaitu Komponen atraksi wisata (Attraction), Amenitas (amenities), Aksesibilitas (accessibility), dan pendukung wisata (Ancilliary Services) di Kawasan Wisata Galunggung berada dalam kondisi baik berdasarkan penilaian wisatawan. Dengan itu adanya usulan dari peneliti yaitu peningkatan kondisi komponen wisata, pembangunan penginapan di sekitar kawasan wisata, peningkatan penerapan protokol Kesehatan, dan peningkatan media promosi dan informasi.
Kapasitas Adaptif Masyarakat Pesisir terhadap Bencana Abrasi Pantai berdasarkan Sumber Daya Sosial : Studi Kasus : Desa Simpang Ayam, Bengkalis, Riau Annisa Talazur Akyun; Gina Puspitasari Rochman
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.659 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.4255

Abstract

Abstract. Global warming is a global issue that is the main cause of climate change. One of the causes of the increasing potential for coastal abrasion in coastal areas is sea level rise due to climate change, tides, waves and exacerbated by human activities in coastal areas. This can pose risks to life in coastal areas such as loss of life, damage to housing and infrastructure and loss of livelihoods. Risk can be reduced if a region has adaptive capacity. Thus, the formulation of the problem in this study is how the adaptive capacity of coastal communities to coastal abrasion disaster in Simpang Ayam Village, Bengkalis, Riau. The approach method used is a quantitative method with scoring analysis techniques. Data was collected by distributing questionnaires, observations, interviews and data from the relevant agencies. In this study, the sample was taken using probability sampling technique by means of simple random sampling so that the sample used was 77 respondents. The results of this study indicate that the adaptive capacity of coastal communities to coastal abrasion disasters in Simpang Ayam Village based on social resources is 3.52 which is included in the high class. This means that the community is able to adapt and reduce the risk of abrasion disasters. Abstrak. Pemanasan global merupakan isu dunia yang menjadi penyebab utama terjadinya perubahan iklim. Meningkatnya potensi abrasi pantai di wilayah pesisir salah satunya disebabkan oleh naiknya muka air laut akibat dari perubahan iklim, pasang surut, gelombang dan diperparah dengan aktivitas-aktivitas manusia di wilayah pesisir. Hal tersebut dapat menimbulkan risiko bagi kehidupan di wilayah pesisir seperti korban jiwa, rusaknya tempat tinggal dan infrastruktur serta hilangnya mata pencaharian. Risiko dapat berkurang jika suatu wilayah memiliki kapasitas adaptif. Sehingga, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kapasitas adaptif masyarakat pesisir terhadap bencana abrasi pantai di Desa Simpang Ayam, Bengkalis, Riau. Metode pendekatan yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis skoring. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, observasi, wawancara serta data dari instansi yang terkait. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability sampling dengan cara simple random sampling sehingga diperoleh sampel yang digunakan sebanyak 77 responden. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa kapasitas adaptif masyarakat pesisir terhadap bencana abrasi pantai di Desa Simpang Ayam berdasarkan sumber daya sosial adalah sebesar 3,52 yang termasuk dalam kelas tinggi. Artinya, masyarakat mampu untuk beradaptasi dan melakukan pengurangan risiko bencana abrasi.
Kohesi Sosial dalam Pengembangan Wisata Budaya: Studi terhadap Generasi Muda Kota Cirebon Muhammad Ziauddin Mas’ud; Gina Puspitasari Rochman
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrpwk.v2i2.1405

Abstract

Abstract. Social cohesion is important in the implementation of development, including the development and preservation of culture. Cohesiveness or harmony in development is able increased stakeholders collaboration. This study aims to measure the level of social cohesion of the younger generation in the development of cultural tourism in the city of Cirebon. This study uses a quantitative approach, descriptive statistical analysis, and scoring methods. The data collection method used a questionnaire with 100 youths aged 18-35 years as respondents who were randomly selected. The results is the level of social cohesion of the younger generation in Cirebon City in the development of cultural tourism is moderate/enough or 76.1 percent based on the level of linear relationship, unity, and emotional attachment respectively 78 percent (high), 78 percent (high), and 72.8 percent (low). According to the younger generation, the community with the palace and local government related to cultural tourism have carried out their respective roles, there are no conflicts, but the willingness and emotional ties between them in developing cultural tourism are low. Thus, the cohesiveness of the younger generation still needs to be improved to develop cultural tourism through increased interaction and the role of the younger generation in cultural activities. Abstrak. Kohesi sosial penting dalam implementasi pembangunan, termasuk pengembangan dan pelestarian budaya. Kohesivitas atau harmoni dalam pembangunan mampu mendorong peningkatan kolaborasi antar pemangku kepentingan. Untuk itu, studi ini bertujuan mengukur tingkat kohesi sosial generasi muda dalam pengembangan wisata budaya di Kota Cirebon. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif serta menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan skoring. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah responden sebanyak 100 pemuda/i yang berusia 18–35 tahun yang dipilih secara acak. Hasil pengukuran dikategorikan menjadi 5 (lima) tingkat, yakni sangat rendah, rendah, cukup/sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa tingkat kohesi sosial generasi muda di Kota Cirebon dalam pengembangan wisata budaya adalah sedang/cukup atau sebesar 76, 1 persen berdasarkan tingkat hubungan liniasi, persatuan, dan keterikatan emosi masing - masing sebesar 78 persen (tinggi), 78 persen (tinggi), dan 72,8 persen (rendah). Menurut generasi muda, komunitasnya dengan pihak keraton dan pemerintah daerah terkait wisata budaya sudah menjalankan perannya masing – masing, tidak berkonflik, tetapi kesediaan dan ikatan emosi diantara mereka dalam mengembangkan wisata budaya rendah. Namun demikian, kohesivitas generasi muda masih perlu ditingkatkan untuk mengembangkan wisata budaya melalui peningkatan interaksi dan peran generasi muda di kegiatan budaya.
Identifikasi Prinsip Ekowisata Pada Pengembangan Desa Wisata Cibeusi, Kabupaten Subang Doni Riswandi; Gina Puspitasari Rochman
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i1.6077

Abstract

Abstract. The variety of potentials owned by Cibeusi Village makes a high selling point for the tourism sector. Cibeusi Village has abundant natural and cultural potential. This potential can be used as a tourist attraction for the development of tourist villages. In addition, the development of tourism in Cibeusi Village, on the other hand, is the conversion of agricultural land into tourism activities such as stalls, recreation areas and lodging or the influence of tourists that damage environmental sustainability. On the other hand, Cibeusi Village has a wealth of biological resources in the form of flora and fauna and natural beauty due to there being tours and there are also resources that must be protected and preserved in their beauty. Thus, it is necessary to study the identification of ecotourism principles, from the description of the problem raises research questions in Cibeusi Village, namely "To what extent are ecotourism principles applied to tourism activities in Cibeusi Tourism Village?" The purpose of this research is to identify ecotourism principles in tourism activities in Cibeusi Village. The approach method used is descriptive qualitative method while the analytical method used is content analysis where the researcher proceeds from documents such as interview transcripts, news media and articles as well as direct observation to Cibeusi Village. In this study, using combined principles that have been adjusted to the conditions in Cibeusi Village itself, the results of the combined principles of the experts produced six principles which will be used as the basis for the ecotourism aspect. The results of the identification of tourism activities in Cibeusi Village with ecotourism principles based on ecotourism principles in Cibeusi Village only fulfill 4 of the 6 principles, the results of this study are expected as recommendations to the management and government of Cibeusi Village. Abstrak. Beragamnya potensi yang dimiliki Desa Cibeusi menjadikan nilai jual yang tinggi bagi sektor pariwisata. Desa Cibeusi mempunyai potensi alam dan budaya yang berlimpah. Potensi tersebut bisa dijadikan daya tarik wisata untuk pengembangan desa wisata. Selain itu, Berkembangnya wisata di Desa Cibeusi disisi lain ada alih fungsi lahan pertanian menjadi kegiatan wisata seperti warung, tempat rekreasi dan penginapan atau pengaruh wisatawan yang merusak kelestarian lingkungan disisi lain juga Desa Cibeusi memiliki kekayaan sumber daya hayati berupa flora dan fauna serta keindahan alamnya dikarenakan ada wisatanya dan ada juga sumber daya yang harus dilindungi dan dilestarikan keasriannya. Dengan demikian, perlu dilakukan kajian identifikasi prinsip-prinsip ekowisata, dari uraian permasalahan memunculkan pertanyaan penelitian yang ada di Desa Cibeusi, yaitu “Sejauh mana prinsip-prinsip ekowisata di aplikasikan pada kegiatan wisata di Desa Wisata Cibeusi?” Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip ekowisata pada kegiatan wisata di Desa Cibeusi. Metode pendekatan yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis isi dimana peneliti berproses dari dokumen seperti transkrip wawancara, media berita dan artikel serta observasi langsung ke Desa Cibeusi. Pada penelitian ini dari menggunakan prinsip gabungan yang telah disesuaikan dengan kondisi di Desa Cibeusi itu sendiri, hasil dari gabungan prinsip para ahli dikeluarkan enam prinsip yang akan dijadikan dasar untuk aspek ekowisata. Didapatkan hasil identifikasi kegiatan wisata di Desa Cibeusi dengan prinsip ekowisata berdasarkan prinsip-prinsip ekowisata Di Desa Cibeusi hanya memenuhi 4 dari 6 prinsip, hasil dari penelitian ini diharapkan sebagai rekomendasi kepada pihak pengelola maupun pemerintah Desa Cibeusi.
Hubungan Timbal Balik Antar Aktor Dalam Pengembangan Wisata Budaya Keraton di Kota Cirebon Wiwin Yuli Astari; Gina Puspitasari Rochman
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i1.6275

Abstract

Abstract. Social capital among stakeholders is very important in tourism development. Social capital is closely related to collectivity values that grow and develop in networks to create reciprocity. Cirebon City, which is known as the City of Culture, is the only city in West Java that has three palaces. Of the three palaces, the Kasepuhan Palace is visited more often by tourists because the facilities owned by the Kasepuhan Palace are quite adequate and have many attractions in it, while the Kanoman and Kacirebonan Palaces are less attractive to tourists because their condition looks unkempt. The level of tourist visits to the Cirebon Palace is classified as fluctuating, but efforts to revitalize the Palace are still being carried out, this is due to cooperation and collaboration between stakeholders. Seeing the components of social capital that can be a positive factor for tourism development, it means that the development of tourism in Cirebon City is due to good social capital. The purpose of this study was to identify social capital, namely the reciprocal relationship between stakeholders in the development of the Keraton cultural tourism in Cirebon City. The approach method used is a qualitative approach while the analytical method used is content analysis. The conclusions obtained include the absence of mutual promotion between palaces, but promotion is carried out in collaboration with the government by making tour packages, besides that there is a relationship of mutual help between palaces in terms of borrowing goods when there are events, with the government, namely there are funds given to the palace for making events and maintaining the palace, while the palace allows the public to rent a palace when holding event. Abstrak. Modal sosial diantara pemangku kepentingan sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Modal sosial erat kaitanya dengan nilai kolektivitas yang tumbuh kembang dalam jaringan hingga menciptakan sebuah resiprositas (hubungan timbal balik). Kota Cirebon yang dijuluki sebagai Kota budaya merupakan satu-satunya Kota di Jawa Barat yang memiliki tiga Keraton. Dari ketiga Keraton tersebut Keraton Kasepuhan lebih sering dikunjungi wisatawan karena fasilitas yang dimiliki Keraton Kasepuhan cukup memadai serta memiliki banyak daya tarik didalamnya, sedangkan keberadaan Keraton Kanoman dan Kacirebonan kurang diminati wisatawan karena kondisinya yang terlihat tidak terawat. Tingkat kunjungan wisata di Keraton Cirebon tergolong fluktuatif namun upaya revitalisasi Keraton masih terus dilakukan, hal ini karena adanya koordinasi dan kerjasama antar stakeholders. Melihat komponen modal sosial yang dapat menjadi faktor positif bagi pengembangan pariwisata artinya perkembangan wisata di Kota Cirebon karena adanya modal sosial yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi modal sosial yaitu hubungan timbal balik antara pemangku kepentingan dalam pengembangan wisata budaya Keraton di Kota Cirebon. Metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis isi. Kesimpulan yang didapatkan diantaranya tidak adanya saling promosi antar Keraton namun promosi dilakukan dengan kerjasama bersama pemerintah dengan membuat paket wisata, selain itu adanya hubungan timbal balik saling membantu antara Keraton dalam hal meminjamkan barang ketika adanya event, dengan pemerintah yaitu adanya dana bantuan yang diberikan kepada Keraton untuk pembuatan event dan perawatan Keraton, sedangkan dengan masyarakat, Keraton memperbolehkan menyewa ruangan di Keraton ketika akan membuat acara.
Modal Sosial Pemuda Bagi Keberlanjutan Wisata Budaya di Kota Cirebon Gina Puspitasari Rochman; Muhammad Ziauddin Mas'ud
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 17 No. 2 (2022)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v17i2.1564

Abstract

Modal sosial berkontribusi terhadap peningkatan keberlanjutan pembangunan di sektor pariwisata. Modal sosial memacu kolaborasi antar pemangku kepentingan tanpa mengenal usia, profesi, maupun gender. Berkaitan dengan itu, pemuda sebagai generasi yang cenderung lebih adaptif terhadap arus perkembangan pengetahuan dan teknologi potensial berperan dalam keberlanjutan pembangunan. Kota Cirebon dikenal melalui sejarah dan budayanya yang masih terpelihara hingga kini dan ditunjukan dengan keberadaan keraton – keraton yang berkembang menjadi destinasi wisata. Di sisi lain, perkembangan budaya di Kota Cirebon sendiri mulai luntur akibat masuknya budaya asing yang mempengaruhi generasi muda. Studi ini bertujuan mengukur tingkat modal sosial pemuda bagi keberlanjutan wisata budaya di Kota Cirebon. Pendekatan studi menggunakan statistik deskriptif dengan metode analisis skoring berdasarkan hasil kuesioner. Kuesioner skala linkert digunakan terhadap 100 responden yang dipilih secara random dengan kriteria yakni penduduk Kota Cirebon berusia 18 – 35 tahun. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa tingkat modal sosial pemuda bagi keberlanjutan wisata budaya di Kota Cirebon dikatakan cukup/sedang (75,16%). Hasil ini berdasarkan penilaian terhadap faktor tingkat pengetahuan budaya sangat tinggi (82,6%), tingkat jejaring sosial sangat rendah (70,8%), tingkat kepercayaan tinggi (78,2%), tingkat hubungan timbal balik (76,2%), dan tingkat interaksi sosial (68%). Dengan demikian, pemuda Kota Cirebon memiliki sumber daya atau kekuatan untuk berperan memelihara keberlanjutan budaya di Kota Cirebon, tetapi belum ada tindakan kolektif maupun kontribusi yang berdampak. Untuk itu, perlu ditingkat komunikasi dan kolaborasi pemuda dengan pihak keraton (pengelola wisata budaya), serta pemerintah daerah sehingga pariwisata budaya di Kota Cirebon lebih berkelanjutan dan dapat bersaing.