Kebutuhan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia, sebagaimana hal ini diterangkan dalam teori hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow. Salah satu upaya untuk memenuhi setiap kebutuhan adalah menjadikan guru sebagai suatu profesi dengan tujuan untuk mencari penghasilan, akan tetapi tidak jarang terjadi apabila kompensasi yang diharapkan tidak sesuai dengan realita yang diterima berdampak pada turunnya semangat guru dalam mengajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-eksploratif dengan model studi kasus di Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (MI PUI) Kaum Banjarsari. Subjek penelitian diantaranya adalah Kepala Madrasah serta tenaga pendidik yang sudah mengabdi kurang lebih selama 35 tahun. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian data akan dianalisis melalui tahap transcript, coding, grouping, comparing, contrasting. Teknik validasi dan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil menunjukkan bahwa ketika seorang pendidik menerapkan konsep ihsan yang dibarengi dengan ikhlas, maka tujuan dalam hidupnya akan tercapai. Ihsan merupakan bentuk dari transendensi diri dalam Islam, karena seseorang melakukan suatu hal atas dasar mencari ridha Allah SWT. Sehingga, ketika seorang guru menerapkan ihsan dalam mengajar peserta didiknya, maka kegiatannya dalam memberi pengajaran kepada siswa akan selalu didominasi oleh motivasi yang tinggi untuk beribadah kepada Allah.