Dewa Putu Arwidiana
Program Studi Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN STRESS KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI Dewa Putu Arwidiana; Ni Ketut Citrawati
Jurnal Ilmiah Cakrawarti Vol 6, No 1 (2023): Cakrawarti
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47532/jic.v6i1.809

Abstract

Manajemen sumber daya manusia di setiap organisasi/badan usaha berperan memfasilitasi kinerja organisasi. Kinerja pegawai merupakan perilaku nyata yang dihasilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam suatu badan usaha. Badan usaha pemberi kerja seharusnya memperhatikan kinerja sumber daya manusia dan stres kerja pada pegawai. Menurut Robbins (2008). Stres kerja merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi yang mempengaruhi dirinya. Stres di tempat kerja merupakan hal yang hampir setiap hari dialami oleh para pegawai. Dinamisasi pemanfataan Teknologi Informasi dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Para pegawai yang selalu disibukkan dengan deadline penyelesaian tugas, tuntutan peran di tempat kerja yang semakin beragam dan kadang bertentangan satu dengan yang lain, masalah keluarga, beban kerja yang berlebihan dan masih banyak tantangan lainnya yang membuat stress menjadi suatu faktor yang hampir tidak mungkin untuk dihindari. Permaslahanya apakah ada hubungan antara stress kerja dengan kinerja pegawai? Penelitian bertujuan untuk mengidentifkikasi stress kerja dan kinerja serta mengetahui hubungan stress kerja dengan kinerja. Metode penelitian ini  adalah deskripsi kuantitatif dengan Analisa data menggunakan Spearmen rho dengan kemanknaan 0.005, jumlah sample 37 orang (total sampel). Pembahasan, Tingkat stress yang rendah kinerja karyawan meningkat. Konsep stress mengindikasikan dalam stress yang adaptif dan stress malladaptif, Stress adaptif mengarah pada tantangan sedangkan stress malladaftif mengarahkan perilaku individual pada prilaku stagnan dan cendrung understimulation. Kondisi understimulation, pegawai tidak memiliki tantangan sampai pada suatu titik optimal tertinggi akan mempengarauhi penurunan kinerja. Stress kerja yang adaftif mencipatakan ide-ide yang inovatif, antusiasme, dan output yang konstruktif. Tingkat stress malladaftif yang berlebihan akan menyebabkan karyawan dalam kondisi tertekan, karena tidak mampu lagi mengatasi tugas yang terlalu berat , SImpulan : semakin rendah stress kerja semakin meningkat kinerja pegawai. 
BAKTERI PENYEBAB BAKTEREMIA DAN POLA RESISTENSI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA KULTUR DARAH I G A Ag. Wira Santhi Premandari; Moh. Fairuz Abadi; Dewa Putu Arwidiana
Jurnal Insan Cendekia Vol 10 No 3 (2023): Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35874/jic.v10i3.1239

Abstract

Pendahuluan: Bakteremia adalah kondisi ditemukannya bakteri pada aliran darah. Angka kejadian kasus infeksi bakteremia pada anak dilaporkan cukup tinggi, sehingga sangat penting untuk segera melakukan diagnosis bakteremia pada anak-anak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bakteri penyebab bakteremia dan antibiotik yang paling resisten serta sensitif pada bakteri tersebut. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan purposive sampling. Data sekunder yang digunakan adalah hasil pemeriksaan kultur darah di Laboratorium Klinik Prodia Denpasar Tahun 2021-2022. Hasil: Hasil penelitian ditemukan bahwa penyebab bakteremia yaitu Acinetobacter baumanii (23.88%) Klebsiella pneumoniae (23.88%) Escherichia coli (20.90%) Staphylococcus haemolitycus (16.42%) Stapylococcus hominis (14.92%). Antibiotik paling resisten dari Acinetobater baumanii adalah Piperacillin-Tazobaktam dan Ciprofloxacin (68.8%) dan antibiotik yang paling sensitif adalah Trimethoprim-Sulfamethoxazole (93.7%). Seluruh (100%) isolat Klebsiella pneumoniae resisten terhadap Ampicilin dan paling sensitive terhadap Ertapenem (100%). Kesimpulan: Dari hasil yang didapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa Acinetobacter baumanii dan Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri yang paling menyebabkan bakteremia dan sebagain besar isolat bakteri telah mengalami Multi Drug Resisten.