Suparman Suparman Suparman
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MEMBANGUN KARAKTER DAN SEMANGAT NASIONALISME SISWA MELALUI KECINTAAN DAN PEMAHAMAN SERTA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP YANG DIMILIKI SEKOLAH Suparman Suparman Suparman
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 1 No 2 (2014): Seuneubok Lada
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.668 KB)

Abstract

Sekolah merupakan tempat berlatih anak untuk bermasyarakat, disamping kehidupan di lingkungan rumah atau kehidupan keluarga. Di lingkungan sekolah inilah anak mulai mengenal kehidupan bermasyarakat diluar kehidupan rumah. Oleh karena itu dilembaga pendidikan mulai dari PAUD atau TK dan Sekolah Dasar dasar-dasar kehidupan bermasyarakat harus mulai diperkenalkan pada anak dalam arti yang senyata-nyatanya. Nilai-nilai kebersamaan, nilai-nilai toleransi, nilai-nilai cinta kasih, nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai kebangsaan dan bernegara serta nilai-nilai patriotisme harus mulai diperkenalkan dalam keseharian anak dilingkungan sekolah, utamanya pada saat anak sedang bermain sesama teman maupun saat berinteraksi dengan guru-gurunya.
EFFECTIVELY HUITT LEARNING MODEL WITH QUESTION MEDIA CARD AND PQ4R LEARNING MODEL WITH FLIP BOX MAKER MEDIA IN RESULT OF BEKL LOGIC MATHEMATIC IN STUDENT CLASS X PUBLIC SENIOR HIGH SCHOLL 1 SEMARANG Suparman Suparman Suparman; Sri Kadarwati; Nurmawati Nurmawati
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 2 No 1 (2015): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.712 KB)

Abstract

Mathematic always consider difficult subject from elementary, junior, until senior high school students, this happens because mathematic consider connected with abstract objects, because of that mathematics teacher should have great understanding within subject, able to choose great strategy learning, also able to use learning model that can improve student motivation in learning and student will become active in learning. With all those considerations can be used to improve students learning progress. In fact, show that learning progress mathematic on Logic material class X in public senior high school I Semarang teacher still dominated. Students look passive – only receive material that teacher gave. Also, the teacher not using learning media, not yet used strategy and method which can stimulate students then understanding of the material still below expectation. To handle passivity within lack of understanding students in logic material class X Huitt learning model with Question Card media and PQ4R learning model with Flip Box Maker Media. Through this two learning model will be supervised a student's effective so can improve the result of students learning. This research used experimental kinds with two classes as an experiment and one class as control class, as populated in this research is entire students of class X which consider from eight classes, and continue randomly chosen, three classes. One class as an experiment I which applied Huitt learning model with Question Card Media, another class as experiment class II which applied PQ4R learning Flip Box Maker media, the rest of the class as a control class. Data processing has used a statistic (Normality test, Homogenates test, and ANOVA test). Point of this research is to: 1) to get that there are differences in mathematic learning which students applied Huitt learning model with Question card media, PQ4R learning model with Flip Box Maker Media, and Ekospositori learning model on material discussion mathematic logic curriculum 2014/2015. From this research shows there is differences students result in learning mathematic which applied Huitt learning model with question card media, PQ4R learning media with Flip Box Maker media, and Ekospositori learning model, learning more effective and there are differences in students learning Mathematic Logic curriculum 2014/2015.
PERANAN PERGURUAN TINGGI (LPTK) DALAM MEWUJUDKAN TENAGA PENDIDIK YANG PROFESIONAL Suparman Suparman Suparman
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 3 No 2 (2016): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.218 KB)

Abstract

Peranan Perguruan Tinggi ( LPTK ) sebagai lembaga penyelenggara program pendidikan bagi tenaga kependidikan yang diharapkan dapat menghasilkan tenaga pendidik yang profesional. Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik, memiliki kesempatan untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu. Dengan demikian maka profesi guru menjadi “profesi terbuka”, artinya mereka yang diterima menjadi guru tidak harus lulusan dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ( LPTK ). Dengan demikian maka peluang bagi lulusan LPTK menjadi berkurang, sebab harus bersaing dengan mereka yang keluaran dari non LPTK. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengantisipasi agar eksistensi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan tetap ada dan berdiri kokoh, artinya keberadaan LPTK tersebut tetap ada dan tidak hilang. Namun di lain pihak masih tersimpan harapan yang ditujukan kepada LPTK sebagai lembaga yang mencetak guru, yaitu hendaknya senantiasa dapat meningkatkan peranannya sehingga dapat menghasilkan tenaga pendidik yang paripurna dan sekaligus profesional.
PEMBELAJARAN SAINS DAN TEKNOLOGI UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Suparman Suparman Suparman
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 4 No 1 (2017): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.294 KB)

Abstract

Pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga juga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Kecenderungan pendidikan karakter di sekolah dibebankan pada mata pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan dan mata pelajaran lain hanya mengajarkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya ilmu, teknologi atau seni. Padahal seharusnya proses pembelajaran nilai-nilai karakter idealnya diintegrasikan di dalam setiap mata pelajaran atau antar mata pelajaran. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pelaksanaannya dapat ditempuh dengan pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran yang menanamkan akan pentingnya nilai-nilai, dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Ada banyak cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam mapel sains, antara lain : mengungkapkan nilai-nilai ke dalam sains, pengintegrasian langsung di mana nilai-nilai karakter menjadi bagian terpadu dari sains, mengubah hal-hal negatif menjadi nilai positif, mengungkapkan nilai-nilai melalui diskusi, menggunakan cerita untuk memunculkan nilai-nilai, menceritakan kisah hidup ahli atau penemu dalam bidang sains, dan lain sebagainya. Integrasi nilai karakter dalam pelaksanaan pembelajaran sains terjadi melalui kegiatan pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi), dan penutup. Integrasi pembelajaran sains dengan nilai karakter diharapkan agar peserta didik selain menunjukkan perilaku berkarakter sains juga menunjukkan perilaku berkarakter yang diterima secara universal.