Luh Putu Suciati
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37 Jember

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Strategi Pengembangan Kawasan Inti Agropolitan Seroja Kabupaten Lumajang Dalam Mendukung Pembangunan Desa Ifna Nabila; Luh Putu Suciati; Nunung Nuring Hayati
MATRAPOLIS: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 3 No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.695 KB) | DOI: 10.19184/matrapolis.v4i1.34538

Abstract

Pertanian merupakan salah satu sektor yang berkontribusi dalam produk domestik bruto nasional dan menjadi roda penggerak ekonomi negara. Karakter wilayah pedesaan memiliki kegiatan utama pertanian. Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah yang sektor pertaniannya dikembangkan sebagai kawasan agropolitan yaitu kawasan agropolitan Seroja, dengan dua desa inti yaitu Desa Senduro dan Desa Sarikemuning, Kecamatan Senduro. Perkembangan kawasan agropolitan memiliki permasalahan antara lain infrastruktur penunjang tidak digunakan secara maksimal, petani cenderung fokus terhadap kwalitas dan kawasan agropolitan Seroja kurang dikenal oleh masyarakat. Tujuan penelitian untuk mengetahui kinerja pelayanan infrastruktur pendukung kawasan inti agropolitan Seroja dan untuk mengetahui strategi pengembangan kawasan inti agropolitan Seroja. Metode penelitian yang digunakan yaitu importance performance analysis dan force field analysis. Hasil penelitian menunjukkan kinerja pelayanan infrastruktur memiliki aksesibilitas yang baik dengan nilai 84,57% dan kualitas yang sangat baik dengan nilai 86,15%. Hasil analisa dalam force field analysis menunjukkan faktor pendorong tertinggi adalah D4 yakni fasilitas pendukung kawasan agropolitan lengkap dan D2 Peternakan sapi perah, peternakan kambing, padi dan pisang mas kirana menjadi produk unggulan. Faktor penghambat tertinggi adalah H4 yakni sub terminal agribisnis dan tempat bongkar muat belum memiliki SOP dan H3 yaitu kurangnya promosi dan inovasi pemasaran produk lokal unggulan. Strategi yang dirumuskan yaitu pembuatan standart operasional prosedur sesuai dengan pedoman terkait Pengembangan Terminal dan Sub Terminal Agribisnis, peningkatan implementasi sub terminal agribisnis dan tempat bongkar muat sesuai dengan fungsinya, diadakan event produk unggulan kawasan agropolitan, pelatihan pengemasan produk sebagai inovasi pemasaran dan pembuatan landmark sebagai penanda yang menjadi ciri khas dibanding kawasan lainnya.
Pengembangan Infrastruktur Perdesaan Dalam Mendukung Produktivitas Pangan Di Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Firda Wahyu Puspita Sari; Luh Putu Suciati; Nunung Nuring Hayati
MATRAPOLIS: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 3 No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.388 KB) | DOI: 10.19184/matrapolis.v3i2.36645

Abstract

Pengembangan produktivitas padi dapat menjadi baik apabila didukung dengan infrastruktur perdesaan yang memadai sebagai salah satu penunjang produktivitas padi. Analisis yang di lakukan yaitu analisis skoring, analisis korelasi Spearman Rank dan Force Field Analysis (FFA). Analisis skoring di dapatkan hasil sebesar 56% yang dimakan kondisi infrastruktur dalam kondisi cukup baik. Keterkaitan infrastruktur perdesaan dengan produktivitas padi sebesar 0,651 yang termasuk kategori kuat, sehingga keterkaitan infrastruktur perdesaan kuat dengan produktivitas pangan di Kecamatan Ambulu dan untuk stategi yang di dapatkan berdasarkan pendorong dan penghambat yang telah di pilih dengan cara menyinerginakan antara beberapa pihak yang terkait dan dapat membantu perwujudan keberadaan pengembangan infrastruktur perdesaan dalam mendukung produktivitas pertanian Kecamatan Ambulu agar di manfaatkan secara kontinyu. Tidak hanya sampai disitu, diperlukan juga pendampingan kelompok – kelompok tani yang bisa membantu para petani dalam mendukung tercapainya panen padi sehingga bisa dilakukan evaluasi secara berkala. Melakukan Forum Group Discussion (FDG) yang mana setiap masukan dan kendala dari para petani bisa didiskusikan secara bersama untuk mencarikan solusi yang tepat.
Arah Pengembangan Kawasan Peternakan Sapi Unggul Ras Madura Di Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan Emelia Zain; Luh Putu Suciati; Dewi Junita Koesoemawati
MATRAPOLIS: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 3 No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (886.844 KB) | DOI: 10.19184/matrapolis.v4i1.34536

Abstract

Pengembangan kawasan peternakan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh kesesuaian lingkungan fisik dan ketersediaan hijauan pakan yang memadai sebagai sumber makanan ternak. Analisis dilakukan dengan metode overlay pada berbagai jenis peta (Peta penggunaan lahan, peta tanah, peta administrasi, peta suhu, kerengan, dan curah hujan) menggunakan GIS pada analisis kesesuaian lahan, data tabular pada analisis ketersediaan hijauan pakan, serta analisis FFA (Force Field Analysis). Luas kesesuaian fisik lingkungan untuk peternakan sapi yang dikandangkan 5.875,794 Ha (83,6%) dari luas wilayah, lahan yang tidak sesuai 19,1 Ha (0,27%), dan tidak dinilai seluas 1.133,212 Ha (16,1%). Sedangkan lahan yang sesuai untuk berbagai hijauan pakan ternak seluas 5.852,83 Ha (83,2%) dari luas wilayah, lahan yang tidak sesuai seluas 34,60 Ha (0,5%), dan tidak dinilai 1.140,74 Ha (16,3%). Daya dukung hijauan di Kecamatan Waru berada pada kriteria aman di 4 desa (Bajur, Sumberwaru, Sana Laok, Tampojung Tengah), 6 desa dengan kriteria rawan, dan 2 desa (Waru Barat, Tagangser Laok) dengan kriteria kritis. Hasil analisis FFA diketahui faktor kunci pendorong adalah memiliki ketersediaan lahan yang luas, serta peningkatan harga sapi, sedangkan faktor penghambat kunci adalah konversi lahan menjadi kawasan terbangun, dan minimnya dukungan infrastruktur dasar. Arahan pengembangan kawasan peternakan sapi di Kecamatan Waru dilakukan dengan mengoptimalkan potensi ketersediaan lahan.