Qanszelir GB Pandjaitan XIV
Universitas Pelita Harapan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbandingan Pembuatan dan Implementasi Kebijakan Indonesia dalam Menghadapi Status Darurat Narkotika dengan Filipina dan Portugal [The Making and Implementation of Indonesia's Policy in Facing the Narcotics Emergency Status in Comparison with the Philippines and Portugal] Qanszelir GB Pandjaitan XIV; Selly Stefany Novelina
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 14, No 28 (2022): July - December
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v14i28.6572

Abstract

Indonesia is one of the countries that have to deal with narcotics problems. Even since the first period of President Joko Widodo's administration in 2014, Indonesia is often in the narcotics emergency status, where President Joko Widodo and other government officials have consistantly mentioning that status on numerous occassions. However, the making and the implementation of the narcotics-related policies in Indonesia have not reflecting any kind of seriousness in facing that aforementioned status. This is resulting in the number of any forms of narcotics-related crime that have not showed any signs of significant decline yet. In addition, people are often shocked with the kinds of people who became the actors of the narcotics-related crimes in Indonesia. Not only the civil society, but the government officials, celebrities, even the law enforcement officials are also the actors of the narcotics-related crime. This research is using the case study and comparative method by looking at the Philippines and Portugal who are also facing the similar status with Indonesia. The result of this research shows that Indonesia, either the government or the civil society, still have a lot of homeworks in dealing with the narcotics emergency status in comparison with the Philippines and Portugal who are facing the similar narcotics emergency status with Indonesia.Bahasa Indonesia Abstract: Indonesia adalah salah satu negara yang selalu harus berurusan dengan permasalahan narkotika. Bahkan, sejak memasuki periode pertama Presiden Joko Widodo pada 2014, Indonesia sering disebut berada dalam status darurat narkotika, di mana Presiden Joko Widodo dan para pemangku jabatan pemerintahan lainnya juga sering menyampaikan status tersebut di berbagai kesempatan. Namun, pembuatan dan implementasi kebijakan di Indonesia yang berkaitan dengan narkotika belum bisa mencerminkan adanya keseriusan dalam menghadapi status darurat narkotika tersebut. Hal ini berujung kepada angka kejahatan narkotika dalam berbagai bentuk belum menunjukkan adanya tanda-tanda mengalami penurunan yang berarti. Bahkan, variasi pelaku kejahatan narkotika di Indonesia cukup membuat banyak orang terheran-heran. Tidak hanya rakyat biasa, tetapi juga para pemangku jabatan, selebritas, bahkan aparat penegak hukum juga tidak luput sebagai pelaku kejahatan narkotika. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan komparatif dengan melihat Filipina dan Portugal yang kurang lebih berada dalam status darurat narkotika yang mirip dengan Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia, baik pemerintah dan masyarakat, masih memiliki pekerjaan rumah yang besar dalam menghadapi status darurat narkotika jika dilihat dari perbandingan dengan Filipina dan Portugal yang menghadapi status darurat narkotika yang serupa.
Analisis Kebijakan Luar Negeri Australia: Studi Kasus Penguatan Ketahanan Pangan Indonesia (2013-2021) [Australia Foreign Policy Analysis: The Study Case of Indonesia Food Security Strengthening (2013-2021)] Patricia Onasis Theda; Elyzabeth Bonethe Nasution; Qanszelir GB Pandjaitan XIV
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 15, No 29 (2023): January - June
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v15i29.7406

Abstract

Australia and Indonesia have a turbulent relationship. One of Australia's foreign policies towards Indonesia is assistance in efforts to strengthen Indonesia's food security through the Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (AIP-PRISMA) program. This is indeed unique, considering that Australia usually supports food security globally or specifically to countries on the continent of Oceania and underdeveloped countries. This research is conducted to examine the factors that influenced Australia in implementing the program and the impact the program gives as an effort to strengthen Indonesia's food security. This research uses a qualitative approach; explanatory, case study, and descriptive methods; and narrative and illustrative analytical techniques. The data used is collected through literature studies and online searches. The research employs Constructivism theory, with the concept of identity and action, the logic of appropriateness, national interest, and foreign policy. This research focuses on the elaboration of Australia's identity and its foreign policy orientation towards a country it considers important, such as Indonesia. The results of the research show that the implementation of the AIP-PRISMA program is driven by Australian identity and national interests. The AIP-PRISMA program itself has succeeded in strengthening Indonesia's food security, especially in Eastern Indonesia. Subsequently, the implementation of the program in turn helped Australia achieve its national interests.Bahasa Indonesia Abstract: Australia dan Indonesia memiliki hubungan yang dipenuhi dengan gejolak. Salah satu kebijakan luar negeri Australia terhadap Indonesia adalah bantuan dalam upaya penguatan ketahanan pangan Indonesia melalui program Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (AIP-PRISMA). Hal ini tergolong unik, mengingat Australia biasanya mendukung ketahanan pangan secara global atau secara khusus ke negara di Benua Oceania dan negara-negara terbelakang. Penelitian ini dilakukan untuk menelaah faktor-faktor yang memengaruhi Australia dalam menjalankan program tersebut dan dampak penerapan program terhadap upaya penguatan ketahanan pangan Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif; metode eksplanasi, studi kasus, dan deskriptif; serta teknik analisis naratif dan ilustratif. Data yang digunakan dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan penelusuran daring. Kemudian, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Konstruktivisme dengan konsep identitas dan aksi, logic of appropriateness, kepentingan nasional, dan kebijakan luar negeri. Penelitian ini berfokus pada penjabaran terhadap identitas Australia serta orientasi kebijakan luar negerinya terhadap negara yang dianggapnya penting seperti Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan program AIP-PRISMA didorong oleh faktor identitas dan kepentingan nasional Australia. Program AIP-PRISMA sendiri berhasil memperkuat ketahanan pangan Indonesia, khususnya di Indonesia Timur. Penerapan program tersebut pada akhirnya membantu Australia dalam mencapai kepentingan nasionalnya.