Akmal Bashori
Universitas Sains al-Qur'an Jawa Tengah di Wonosobo

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

AKOMODASI ‘URF TERHADAP UPAYA PRIBUMISASI FIKIH MU’ÂMALÂT DI INDONESIA Akmal Bashori
DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum Vol 17 No 2 (2019): DIKTUM: JURNAL SYARIAH DAN HUKUM
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.08 KB) | DOI: 10.35905/diktum.v17i2.821

Abstract

Urf (tradition) is an aspect that can not be separated from humans, because ‘urf is an integral whole with actions that are repeatedly practiced and agreed upon by the local community. This tradition becomes a cultural symbol in which the culture (‘urf) in the perspective of fiqh epicemology becomes one of the elements in its formulation. The effort of indigenous jurisprudence mu’âmalât through cultural channels reap a positive response in society that is still recognized its existence. Like the principle of mutual “legowo” (QS 4: 29), the tradition of "maro" in the fiqh of mu’âmalât is called mudharobah, tradis “Ijon” (salam). All of it gets the legitimacy of Jurisprudence because fiqh is responsive and accommodative to the ‘urf, in addition to the basic law of fiqh mu’âmalât is permissible.
Otentisitas Ḥadīs Āḥād Dalam Diskursus Uṣūl al-Fiqh: Dialektika Mazhab Mutakallimin dan Ahnaf Akmal Bashori; Marhumah Marhumah
Syariati: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum Vol 9 No 2 (2023): SYARIATI : Jurnal Studi Al Qur'an dan Hukum
Publisher : Fakultas Syari'ah dan Hukum (FSH) UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/syariati.v9i2.5506

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang perdebatan seputar ḥadīs āhād di kalangan mazhab Ahnaf dan Mutakallimin. Mana yang dijadikan prioritas sebagai hujjah ḥadīs āhād ataukah qiyās? Di isini menariknya, karena mazhab Mutakallimin berpandangan ḥadīs āhād harus dijadikan hujjah dalam hukum Islam, sementara mazhab Ahnaf lebih memprioritaskan pengunaan qiyās daripada penggunaan ḥadīs āhād. Perbedaan tersebut berimplikasi juga pada produk hukum yang pada tataran iplikatifnya juga iterjadi perbedaan, seperti halnya pada lapangan fikih mu’amalat iatau hukum ekonomi syari’ah.