M. Baharudin, M.
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

The Transcendent Unity Behind the Diversity of Religions and Religiosity in the Perspective of Perennial Philosophy and Its Relevance to the Indonesian Context Baharudin, M.; Luthfan, Muhammad Aqil
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 25, No 2 (2017)
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.25.2.2025

Abstract

This study is conducted to answer an important question: is there any transcendent unity behind the diversity or plurality of religions and religiosity? This question will be answered through perennial philosophy approach. The study found that, according to perennial philosophers, there is a transcendent unity behind the diversity or plurality of religions and religiosity. This transcendent unity is seen in ‘the common vision’, or what in Islam is called the ‘basic message of religion’, namely ‘submission’ to always fear God and live His presence in everyday life. Further, the perennial philosophers argue that the True God is one; therefore, all religions emerging from the One are in principle the same for they come from the same source. In other words, the diversity of religions and religiosity lies only in the exoteric level, and all religions actually have a transcendent unity in the esoteric level. However, in this case, the perennial philosophers do not mean to unify or equate all religions. In fact, they try to open a way to a spiritual ascent through the reviving of the religious traditions in every religion.Penelitian ini dilakukan untuk menjawab sebuah pertanyaan penting: adakah kesatuan transenden di balik keragaman atau pluralitas agama dengan religiusitas? Pertanyaan ini akan dijawab melalui pendekatan filsafat perennial. Penelitian ini menemukan bahwa, menurut para filsuf perennial, ada kesatuan transenden di balik keragaman atau pluralitas agama dan religiusitas. Kesatuan transenden ini terlihat dalam pandangan bersama, atau apa yang di dalam Islam disebut pesan dasar agama, yaitu tunduk untuk selalu takut kepada Tuhan dan menjalani kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, para filsuf perennial berpendapat bahwa Tuhan yang Sejati adalah satu. Oleh karena itu, semua agama yang muncul dari Yang Satu pada prinsipnya sama karena mereka berasal dari sumber yang sama. Dengan kata lain, keragaman agama dan religiusitas hanya terletak pada tingkat eksoteris, dan semua agama benar-benar memiliki kesatuan transenden di tingkat esoteris. Namun, dalam kasus ini, filsuf perennial tidak bermaksud menyatukan atau menyamakan semua agama. Sebenarnya, mereka mencoba membuka jalan menuju pendakian spiritual melalui kebangkitan kembali tradisi keagamaan di setiap agama.
EKSISTENSI TUHAN DALAM PANDANGAN ATEISME Baharudin, M.
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 2, No 1 (2015): Wahana Akademika
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v2i1.824

Abstract

-
KRITIK ATAS CORAK PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM KH. SIRADJUDDIN ABAS Baharudin, M.
Jurnal THEOLOGIA Vol 27, No 2 (2016): TEOLOGI ISLAM DAN ISU-ISU KEBANGSAAN
Publisher : Fakulta Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/teo.2016.27.2.1070

Abstract

Abstract: The article aims to elaborate patterns of theological thought of KH Siradjuddin Abbas (1905-1980). In the midst of mainstream theological schools established in the Islamic world: traditionalists (Sunni) and rationalists (Mu'tazila), Abbas turns out consistently defend traditional theology. In theological thinking, Abbas positioned parallel to al-Ash'arite classical theology (Ahl al-Sunnah wa ’l-Jamā’ah). He stressed all a round of God, revelation paced and use the reason is very little. He put God as absolute ruler, do as His Will. Therefore, theology of Siradjuddin Abbas is very strong hold on revelation and theocentric pattern, and everything begins and centered on God, good or bad all determined by God. Thus theology Siradjuddin Abbas less in line with modern thinking, which is progressive and forward the reason. In other words, theology of Siradjuddin Abbas less actual and contextual for the purposes of contemporary social reality if that expected from such thinking is an applicative conceptual thinking.Abstrak: Artikel ini bertujuan mengelaborasi corak pemikiran teologi K.H. Siradjuddin Abbas (1905-1980). Di tengah mainstream aliran teologi yang sudah mapan di dunia Islam: tradisionalis (Sunni) dan rasionalis (Mu’tazilah), Abbas ternyata konsisten membela teologi tradisional. Dalam pemikiran teologinya, Siradjuddin Abbas sejalan dengan pemikiran teologi klasik al-Asy’ariyah (Ahl al-Sunnah wa ’l-Jamā’ah). Ia menekankan segala suatu serba Tuhan, serba wahyu dan sangat sedikit menggunakan akal pikiran. Ia menempatkan Tuhan sebagai berkuasa mutlak semutlak-mutlaknya, berbuat sehendak-Nya. Karena itu, teologi Siradjuddin Abbas sangat kuat berpegang pada wahyu dan bercorak teosentris, dan segalanya bermula dan memusat pada Tuhan, baik atau buruk semua ditentukan oleh Tuhan. Dengan demikian teologi Siradjuddin Abbas yang ber­corak tradisional ini kurang sejalan dengan pemikiran modern, yang bersifat progresif dan lebih mengedepankan akal. Dengan kata lain, teologi Siradjuddin Abbas yang bercorak tradisional kurang aktual dan kontekstual untuk keperluan realitas sosial kontemporer jika yang diharapkan dari pemikiran tersebut adalah sebuah pemikiran yang bersifat konseptual aplikatif.
EKSISTENSI TUHAN DALAM PANDANGAN ATEISME Baharudin, M.
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 2, No 1 (2015): Wahana Akademika
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v2i1.824

Abstract

-
PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Baharudin, M.
AL-ADYAN Vol 5 No 1 (2010): Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/ajsla.v5i1.477

Abstract

Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam dan para ilmuan baik itu muslim maupun non Muslim untuk melakukan kajian secara mendalam terhadap perkembangan pemikiran teologis dalam masyarakat Islam. Dalam konteks ke Indonesiaan sejarah pemikiran teologis cukup berkembang dan menarik untuk dikaji, ditengah arus globalisasi pembangunan dan pro dan kontra modrenisasi pemikirin ditengah-tengah umat Islam Indonesia. Dari sisi ini penulis mencoba mengkaji keberadaan pemikiran teologis Mu’tazilah. Mu'tazilah adalah suatu Aliran pemikiran dalam Islam yang berusaha membahas masalah dasar-dasar agama dengan cara filosofis dan menjauhi kemusyrikan dan menyesuaikan kepercayaan agama dengan akal pikiran. Aliran ini di Indonesia belum begitu dikenal karena tidak pernah didiskusikan dengan cara yang baik, karena dianggap mempunyai pendapat-pendapat yang menyimpang dari ajaran agama Islam yang benar.
KONSEPSI KETUHANAN SEPANJANG SEJARAH MANUSIA Baharudin, M.
AL-ADYAN Vol 9 No 1 (2014): Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/ajsla.v9i1.1406

Abstract

Diketahui bahwa manusia, sejak mula pertama pemikiran, sudah mengetahui adanya kekuatan-kekuatan yang mengatasi manusia, suatu yang dianggap Maha Kuasa, dan mendatangkan kebaikan maupun keburukan serta dapat mengabulkan doa dan ke inginan manusia. Akan tetapi hal tersebut belum dinamai Tuhan. Tetapi baru diberikan nama-nama seperti mana, numia, dewa, dan sebagainya. Dalam sejarah manusia muncul konsepsi-konsepsi tentang Tuhan beberapa rupa antara lain muncul: (1) Paham Teisme; (2) Paham Deisme (3) Paham Panteisme; (4) Paham Penenteisme. Dari empat paham tersebut tidak ada yang benar-benar memuaskan para agamawan dan filosof. Namun demikian konsepsi-konsepsi ketuhanan di atas telah memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif terhadap pemikiran keagamaan. Akan tetapi tidak lepas dari kelemahan dan kritik.